Bab 29

33 2 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah bunyi sejak tadi, kini ke empat siswi sudah kumpul di lapangan.

Pak Randy juga sudah ada disana bersama Abian.

Si Kala juga malah melambai-lambai pada Anya, membuat Anya kesal.

"Hukumannya saya bagi, Sonia dan Reni membersihkan kamar mandi.." Ucap Pak Randy.

"Lah, bapak. Jangan begitu dong.. Masa sayan harus bersihin kamar mandi sih.." Keluh Sonia.

"Kamu mau saya tambah hukumannya?" Lanjut Pak Randy.

"Ya jangan lah Pak.." Sonia dan Reni harus menerima hukumannya meski terpaksa.

"Dan untuk kalian berdua, Anya dan Jeni mengepel ruang olahraga indoor." Ucap Pak Randy, "kalau di antara kalian ada yang berani kabur.. Orang tua kalian saya panggil."

"Jangan dong pakk.." Ucap mereka kompak.

"Sudah, sana kerjakan hukuman kalian." Pak Randy memegang kepala nya yang terasa pusing.

Kenapa murid-murid sekolah jaman sekarang tuh banyak sekali yang susah di atur, padahal mereka hanya harus mematuhi aturan sekolah yang sekarang tidak serumit jaman dulu.

Dan mereka masih beruntung hanya mendapatkan hukuman bersih-bersih, jika jaman dulu mungkin satu pukulan akan melayang.

Pak Randy memilih ke ruangannya, dan Abian yang akan mengawasi mereka.

Pertama, Abian menuju toilet khusus perempuan dimana ada Sonia dan Reni disana tengah menggosok lantai.

Tatapan Abian tajam pada mereka, meski mereka kakak kelas.

Terdengar decakan mereka.

Meskipun Sonia menyukai Abian, tapi jika dirinya harus seperti ini Sonia mulai memutuskan untuk tidak menyukai Abian lagi.

Setelah memastikan pekerjaan Sonia dan Reni, sekarang Abian menuju ruang olahraga indoor yang tempatnya berada di ujung.

Di dalam gedung olahraga.

Anya menggosok sisi sebelah kiri sedangkan Jeni di sebelah kanan.

Jeni inilah yang memandang ketidak sukaannya pada Anya begitu jelas, tapi Pak Randy malah menjadikan mereka harus mengerjakan hukuman bersama.

Tidak ada pembicaraan di antara mereka sampai pintu gedung terbuka, membuat kedua siswi ini menoleh ke arah pintu.

Abian.

Cowok itu memandang mereka berdua, namun dengan cepat Anya memalingkan wajahnya. Menggosok lantai dengan keras, melampiaskan kemesalannya.

Awas saja, pulang nanti gue cubit ginjal lo.
Batin Anya.

Sudah hampir satu jam, dan bertepatan hukuman mereka sudah selesai.

Anya memilih duduk di lantai di luar gedung olahraga, sedangkan Jeni. Cewek itu sudah pergi entah kemana, mungkin menyusul Sonia dan Reni untuk pulang.

Abian berjalan menghampiri Anya dan memberikan sebotol air putih.

"Makasih." Ucap Anya yang terdengar ketus.

Abian ikut duduk di samping Anya, "Sorry.." Ucap Abian mengusap keringat yang ada di pelipis Anya.

"Bukan salah lo." Lanjut Anya.

"Mau gue anterin pulang?" Tanya Abian, sontak Anya menoleh.

"Lo kan bawa motor." Ucap Anya yang di angguki Abian, "terus, Lo mau anterin gue gimana?" Tanya Anya.

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang