Setelah acara selesai Alea langsung saja pulang ke rumahnya, tadi juga dirinya sudah mendengar cerita dari Abian.
Alea bersyukur ada Abian yang berada disamping Anya saat itu, entahlah jika tidak ada Abian apa yang terjadi.
Jika Dean- suami Alea juga Ayah Anya tau tentang ini, dia akan khawatir.
Alea tiba dirumah, saat membuka pintu suasana sepi yang dia rasakan.
"Anya.." Panggil Alea pelan, tidak ada jawaban.
Alea berjalan ke lantai dua untuk memeriksa kamar anaknya, dan benar saja saat pintu kamar Anya dibuka terlihat gadis itu tertidur pulas.
Alea juga melihat beberapa obat dan salep di nakas dekat kasur Anya, lalu merapihkannya.
Alea mengecup pelan kening Anya dan merapihkan selimut nya, Alea merasa miris melihat pergelangan anaknya dibalut perban.
"Seberapa memarnya ini sayang? Apa sangat sakit??" Alea berbicara sendiri dengan pelan agar tidak membangunkan Anya.
Alea memilih pergi dari kamar Anya dan menuju kamarnya di lantai bawah, membersihkan tubuhnya dan berganti baju.
Alea memilih tidur bersama anaknya, memeluk Anya dengan lembut.
Anya juga memeluk Alea dengan mata yang masih terpejam, membuat Alea terkekeh.Alea berniat memberitahu Dean, namun dia urungkan. Dia tidak ingin mengganggu suami tercintanya, dan memilih besok pagi menelponnya saja.
Dan di pagi harinya Anya tidak bisa bergerak dengan bebas, bahkan menuruni tangga pun akan sulit.
Hari ini, hari minggu.
Anya terbangun di jam delapan lebih, dan setelah selesai menuruni tangga berjalan ke dapur. Ada sesosok pria.Siapa?
Namun saat cowok itu berbalik dan memberikannya senyuman, membuat kening Anya mengkerut.
"Ngapain lo pagi-pagi di rumah gue?" Dengan nada ketusnya Anya menghampiri ke dapur."Gue bawain lo bubur.." Jawab Abian yang memang sedang memegang mangkuk berisi bubur.
"Buat gue?" Tanya Anya yang sekarang sudah duduk di kursi meja makan.
Abian mengangguk.
"Ehh, udah bangun ternyata.. " Tiba-tiba suara Alea terdengar, dan juga berjalan menuju dapur dengan membawa beberapa kantong kresek.
Anya bisa tebak, pasti sudah belanja sayur dari depan.
"Hmm..." Jawab Anya karena dirinya sedang minum air putih.
"Ohh, iya.. Tadi Abian ke sini mau liat keadaan kamu.. Jadi Mama suruh dia masuk aja." Lanjut Alea yang seolah mengerti tatapan anaknya.
Anya tidak menjawab, dan Abian meletakan mangkuk berisi bubur di hadapan Anya.
"Thanks.." Padat singkat dan jelas.
"Hmm.." Jawab Abian.
"Nak Abian juga sarapan ya.. Mau tante buatin roti.." Ucap Alea dan langsung dapet tolakan dari Abian.
"Gak usah tante.. Gak papa.. Tadi Abian udah sarapan sebelum ke sini.."
"Caper banget lo.." Sinis Anya.
"Sayang.. " Alea menegur anaknya, yang membuat Anya mendengus.
Namun tetap memakan bubur yang di bawa Abian.Menghargai.
Ting tong..
Tiba-tiba bel rumah bunyi.
Anya heran tumben banget ada tamu, lalu dirinya menatap Abian yang juga dia tamu tanpa di undang.
"Biar saya saja tante.." Ucap Abian yang langsung berdiri, karena melihat Alea yang sibuk mencuci sayur sedangkan Anya masih memakan bubur darinya.
"Kalau begitu tolong ya nak Abian.." kata Alea.
Abian pun berjalan ke arah pintu depan, dan membukanya.
Seorang pria yang terlihat seumuran, bahkan tinggi mereka bisa dilihat hampir sama."Siapa lu?" Kata pertama yang keluar saat baru saja pintu terbuka.
Anya yang mengenal suara tak asing itu langsung berteriak dari arah dapur.
"VINO MASUK AJA.. GUE DI DAPUR.."
Alea yang melihat itu hanya menggelengkan kepala.
Ternyata tamu itu adalah Vino.
Vino menatap cowok yang membukakan pintu untuknya dari atas sampai bawah dengan tatapan tidak suka.
"Minggir lu.." Vino mendorong bahu Abian, lalu pergi menuju dapur.Abian menghela nafas, dan bertanya-tanya siapa cowok yang bernama Vino.
Bahkan di sekolah tidak pernah melihat wajah itu.
Abian menutup kembali pintunya setelah berdiam beberapa saat.
Lalubl dirinya menyusul ke dapur.
"Tante, saya pamit pulang dulu.." Ucap Abian yang membuat Anya menoleh.
"Lohh, kok buru-buru amat nak?" Tanya Alea yang tengah sibuk mengisi kulkas.
"Iya tante maaf gak bisa lama.." Lanjut Abian menghampiri Alea berniat menyalami.
Alea pun menerima salam dari Abian, "Gak main dulu disini?" Tanya Alea sekali lagi.
Abian menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah, Hati-hati di jalannya.. Dan terimakasih ya.." Ucap Alea yang dibalas anggukan sambil tersenyum oleh Abian.
"Gue pulang dulu.." Pamit Abian saat di sebelah Anya, "cepet sembuh.." Lanjutnya..
Abian mengisyaratkan dirinya akan pergi, Alea yang udah sibuk kembali tidak melihat Abian.
Anya yang hanya diam memperhatikan, membiarkan Abian pergi.
"Siapa?" Pertanyaan Vino membuat Anya menoleh.
"Abian.." Jawabnya singkat.
Anya masih belum menghabiskan buburnya.Lama amat makan.
"Tau.. Gue gak budek kok.. Maksud gue siapa Abian tuh.." Tanya Vino lebih jelas.
Anya yang baru saja menelan bubur itu lalu di dorong dengan air putih, terlihat Vino yang menunggu jawabannya. Membuat Anya tersenyum tipis, sangat tipis.
"Temen sekolah gue.." Jawab Anya.
Kening Vino menggerut, "lo kan gak terlalu deket sama temen sekolah lo?" Pertanyaa Vino berlanjut.
Anya menghela nafas, "Gak usah dipikirin.. Biarin aja.. "
Lah, jawaban Anya ini tidak memuaskan rasa penasaran Vino sama cowok yang namanya Abian itu.
(Wahh saingan cuk)
Vino hanya diam tidak melanjutkan bertanya lagi, meski banyak banget yang mau dia tanyakan.
Setelah selesai sarapan, mereka ngobrol di halaman belakang.
.
.
.
Abian tadi pagi..
** Lagi-lagi ngehayal oppa eun woo 😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Anya Oktaviani (SLOW UP)
Novela JuvenilJangan lupa follow akun author yaa 🥰🥰 Cerita baru lagi nih.. Jangan lupa tambah ke cerita favorit kalian 😊 Typo bertebaran 🙏🙏 Semoga gak moodyan ya nulis nya 😁😁😁🙏🙏.. Mohon maaf bila ada kesamaan dalam Nama, tempat dllnya.. Ini real ceri...