Bab 59

21 2 0
                                    

Matahari sudah terbit, setelah sarapan. Para remaja ini sudah bersiap untuk pergi ke rumah Bu Muni, pakaian biasa saja pakai kaos dan celana jeans.

"Kalian tunggu aja, nanti bakal ada yang jemput.. Papa sama Mama pergi dulu, kalian hati-hati oke.." Ucap Dean yang sudah siap dengan setelan jas nya, juga Alea yang tak kalah cantik memakai dress panjang.

"Kita pergi dulu ya.. Sayang, kamu hati-hati oke.." Pamit Alea lalu menghampiri Anya mengusap lembut pipi anaknya.

Anya mengangguk, "Papa Mama juga hati-hati ya.." Ucap Anya yang di angguki mereka berdua.

Setelah melihat mobil yang di kendarai Dean keluar dari halaman vila, lalu muncul satu mobil lagi. Yang mereka kira itu adalah jemputan, dan ternyata memang benar.

Semua bersiap berdiri di luar menunggu mobil memarkirkan dengan benar, lalu pintu mobil di buka. Satu persatu masuk, seperti biasa Anya selalu duduk disamping Abian.

Kala memilih sendiri didekat jendela sisi kanan, sedangkan Daniel di sisi kiri. Pintu mobil tertutup, dan mobil kembali melaju ke tempat tujuan.

Perjalanan ini seperti biasa selalu ada perdebatan kecil dari Kala dan Anya, semenjak mereka saling terbuka. Anya selalu mengutarakan pendapatnya, dan terkadang Kala selalu tidak sejalan dengannya.

Tak lama mereka pun sampai, dan bisa mereka lihat ada seseorang yang menyambutnya.

"Selamat datang Non, Aden.. Saya Muni.." Sapa Bu Muni saat keempat remaja itu sudah turun dari mobil.

"Halo Bu, saya Anya.. Ini Kala.. Lalu ini Abian.. Dan ini Daniel.." Ucap Anya memperkenalkan diri dan yang lainnya.

"Ahh, putrinya nyonya Alea kan.. Ayo.. Mari masuk ke dalam.. Maaf cuma seadanya." Bu Muni mengajak mereka untuk masuk.

Anya tersenyum dan mengikuti langkah Bu Muni, yang pertama mereka lihat adalah ada beberapa orang yang duduk lesehan di teras rumah Bu Muni.

Terlihat orang-orang tersebut tengah membuat aksesoris atau cindra mata dari kerang.

"Ayok semuanya masuk.." Bu Muni kembali mempersilahkan mereka untuk masuk.

Langkah mereka yang sempat terhenti, kini kembali berjalan dan masuk ke dalam rumah Bu Muni yang terdapat beberapa hiasan dari kerang.

Para remaja itu duduk di kursi, dan Bu Muni menyiapkan air minum untuk mereka.

Sedang asik memperhatikan isi rumah, Bu Muni datang dengan nampan yang berisi camilan dan air minum.

"Silakan di minum.." Ucap Bu Muni.

"Makasih Bu.. Maaf Bu kalau boleh nanya, Orang-orang di depan tadi lagi bikin apa?" Tanya Anya.

"Ohh itu, disini memang tempatnya membuat aksesoris atau hiasan dari kerang.. Non mau nyoba?"

"Mau dong Bu.." Jawab Kala selalu antusias.

"Apa boleh bu?" Tanya Abian.

"Tentu saja boleh.. Mungkin Nyonya Alea memberitahukan tentang ini pada kalian siapa kalian tahu cara membuat hiasan dari kerang.. Ayo, kita ikut gabung sama mereka.." Ajak Bu Muni lalu berdiri.

Keempat remaja pun ikut berdiri dan kembali keluar rumah, terlihat Bu Muni sedang berbicara pada orang-orang itu. Seperti memberitahu jika para remaja ini ingin belajar dan bergabung bersama mereka.

Setelah itu Bu Muni menyuruh remaja ini untuk menghampiri dan memembuat mereka duduk di setiap orang yang sedang membuat hiasan ini.

Anya yang duduk di samping pembuat hiasan kaca, Kala duduk di samping yang membuat tirai, Abian duduk disamping yang membuat hiasan jam dinding, sedangkan Daniel duduk di samping seseorang yang membuatkan aksesoris.

Ya itulah pilihan mereka.

Mereka mulai belajar dari pemilihan kerang agar cocok mana yang harus di tempel, disini juga membutuhkan jiwa seni.

Banyak yang mereka pelajari, dan mereka juga banyak bertanya sambil membantu membuat hiasan.

Bu Muni mengambil gambar mereka yang sibuk, dengan ponsel miliknya. Lalu mengirimkan pada Alea, memberitahukan bahwa para remaja ini sangat antusias dan juga membantu.

Para remaja ini juga membuat suasana menjadi seru, tinggal Kala yang selalu ceria membuat yang lain ikut merasa gembira.

Para remaja ini jadi tau, betapa rumitnya membuat satu karya ini.

Mereka juga berpikir, meskipun hidup terlihat rumit. Namun jika kita bisa dan mau belajar, perlahan itu akan terbiasa dan mudah.

Anya yang mengingat kejadian sebelumnya, kejadian dimana dirinya mendapatkan trauma tentang teman. Lalu penculikan, dan sekarang semuanya sudah berubah.

Dengan perlahan dan belajar dari sebelumnya, Anya mencoba melangkahkan kakinya menuju hal baru. Lembaran baru, dan berharap semuanya akan baik-baik saja.

Melihat Abian, Anya tersenyum.

Seandainya tidak ada Abian saat itu, entah apa yang akan terjadi dengan dirinya saat ini. Abian selalu ada diwaktu yang sangat dia butuhkan, Abian juga yang membuatnya kembali terbangun.

Abian juga yang membantu dirinya menemukan pintu untuk melangkah ke hal yang baru.

Saat masih menatap Abian, cowok itu pun menatapnya lalu tersenyum.

Senyuman Abian yang selalu membuat jantungnya bersabar lagi dan lagi, terimakasih Abian dan aku mencintaimu.

Setelah asik membantu orang-orang disini, Bu Muni mengajak mereka untuk makan siang.

Karena ternyata hari sudah semakin petang, Anya dan Kala membantu Bu Muni menyiapkan makan siang mereka.

Disini tidak hanya mereka saja, tapi dengan orang-orang tadi. Dan kami makan siang bersama, diteras rumah Bu Muni dengan alas makan oleh daun pisang.

Hal baru lagi yang Anya rasakan.

Dan itu menyenangkan.

Ternyata, jika perasaan buruk di lepaskan.. Maka hal baik dan hal baru yang menyenangkan menyambutnya tanpa ragu.

Sekarang Anya mengerti, tak perlu banyak teman namun tak setia..

Satu atau dua teman saja sudah cukup, asal mereka selalu ada di sampingnya..

Berjalan bersamaan, bukan saling beradu siapa untuk di posisi depan..

Dan itu sudah cukup.

Cukup seperti saat ini, sesederhana ini, namun tetap menyenangkan..

☘️☘️☘️

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang