Bab 63

17 1 0
                                    

Di dunia ini ternyata banyak hal tak terduga, saat tiba di tempat makan. Yang tak lain Abian memilih naspad, mereka berdua seolah de javu.

Bertemu teman lama.
(Untuk Anya)

Anya terdiam mematung, matanya tak sengaja saling temu dengan Vino yang juga menatap dirinya.

Benar-benar de javu.

Abian yang merasa Anya tidak mengikutinya, lalu berbalik dan melihat Anya yang hanya diam dan melihat sesuatu.

Abian ikut melihat apa yang Anya lihat, ternyata orang yang sama seperti saat itu. Abian masih ingat, karena Abian sendiri yang menyaksikan betapa kacaunya Anya pada saat itu.

Abian menghampiri Anya dan menggenggam tangan Anya.

"Ayo.." Ajak Abian.

Anya tersadar dan menoleh pada Abian.

Sakit.

Saat melihat ekspresi Anya saat ini.

Apa luka itu masih belum hilang?

"Anya.. Tunggu.. Tolong tunggu sebentar." Vino berlari menghampiri mereka berdua.

Anya tidak bergerak sama sekali, dan ini menjadi sebuah keberuntungan untuk Vino bisa menjelaskan apa yang terjadi.

"Tolong, hanya sebentar saja.." Ucap Vino sekali lagi.

Anya menatap Abian, lalu di balas anggukan.

"Kalau begitu, aku beli makanan dulu.. Kalian bicaralah." Ucap Abian lalu meninggalkan mereka berdua.

Anya masih diam di tempat.

Anya juga bisa melihat disana ada teman-teman lamanya.

Vino berusaha meraih tangan Anya, namun gadis itu menolak.

Vino menghela nafas sebentar.

"Aku minta maaf.. Sungguh.." Ucap Vino, "Sekarang aku tau ini bukan saatnya membela diri atau memberikan alasan apapun.. Kita mengaku salah, pada saat itu kita memang masih belum terbiasa dengan apa yang kamu usulkan.. Anak-anak lain masih sering ikut balapan tanpa sepengetahuan kamu.. Kami minta maaf.. Sungguh.. Kami minta maaf.. Setelah ini, kami tidak mengharapkan apapun, kami hanya minta maaf." Lanjut Vino menjelaskan.

Anya kembali memandang ke belakang Vino, mereka semua menundukan kepalanya.

Anya menghela nafas, lalu dengan berani meraih tangan Vino.

"Harusnya gue yang minta maaf." Ucap Anya.
(Disini Anya tidak mengubah panggilannya, tidak seperti Vino yang memang mengubah menjadi aku-kamu.)

"Seharusnya gue gak ikut campur sama hal pribadi kalian.. Harusnya gue dukung apa yang kalian suka.. Maaf, gue udah seenaknya." Lanjut Anya.

"Bukan gitu." Tiba-tiba Adit bicara dari belakang, dan berjalan menghampiri.

Anya menatap Adit yang sekarang sudah ada di sebelah Vino, tangannya melepas genggaman pada Vino.

Anya tersenyum, sama seperti dulu. Senyuman Anya tidak berubah, Adit merasa bersalah.

"Kalian gak salah.. Gue juga udah sadar diri, seharusnya gue gak terlalu masuk sama dunia kalian.. Saat itu, gue cuma ngerasa bahwa gue bisa punya teman.. Tapi ternyata, gue sendiri yang merusak pertemanan ini.. Mau kalian minta maaf atau tidak pun, gue udah maafin.. Dan sekarang gue yang minta maaf sama kalian." Lanjut Anya.

Abian sudah selesai membeli makanan nya, melihat Anya yang masih mengobrol. Dan juga melihat sekitar yang memperhatikan mereka, membuat Abian risih.

Ini bukan tontonan.

Abian segera menghampiri Anya.

"Sorry kalau gue nyela.. Tapi, lebih baik cari tempat yang nyaman buat ngobrol.. Gak disini, gak nyaman diliatin." Ucap Abian.

Anya, Vino dan Adit pun melihat sekeliling, ternyata Abian benar. Mereka jadi bahan tontonan.

"Kita di cafe itu dulu sebentar, kalau masih ada yang harus dibicarakan." Usul Abian.

Anya memandang Abian, ada sedikit keraguan dalam dirinya. Namun Abian mengangguk, meyakinkan Anya untuk menyelesaikan permasalahannya ini.

"Baiklah.." Jawab Vino setelah berdiskusi dengan Adit.

Mereka semua masuk ke dalam cafe yang tak jauh dari tempat tadi, Teman-teman yang lain pun ikut masuk hanya tidak satu meja saja.

Anya memesan minum, juga membelikan mereka minum dan camilan.

Anya benar-benar tidak berubah.

"Dan sekali lagi, sorry gue harus duduk diantara kalian.. Gue gak mau hal yang sama terulang lagi, karena gue gak mau ngeliat Anya gue di titik rendah seperti saat itu." Ucap Abian memulai percakapan.

Vino dan Adit terkejut mendengar apa yang Abian katakan, lalu menatap Anya yang sedang meminum minumannya.

Anya meletakan gelasnya, lalu menggelengkan kepalanya, "Tidak, itu bukan salah kalian." Sahut Anya, membuat Abian menoleh.

Abian menghela nafas, dan membiarkan gadisnya menyelesaikan masalahnya.

Disini mereka sudah saling memaafkan dengan kesehatan masing-masing, namun Anya tidak bisa lagi bergabung dengan mereka.

Awalnya mereka terkejut dan merasa mereka masih belum termaafkan, namun Anya menjelaskan alasannya lagi.

Anya tidak ingin apa yang pernah terjadi terulang lagi, dan mengatakan mereka masih berteman dengannya. Mereka juga bisa saling sapa jika bertemu dimana pun, hanya saja tidak ada dirinya lagi dalam kumpulan itu.

Mereka memilih menyetujui apa yang Anya inginkan, dan tidak akan memaksa Anya untuk ikut nongkrong lagi bersama mereka.

Sudah tiga puluh menit berlalu, Anya merasa lapar. Anya melupakan bahwa dirinya akan makan bersama di tempat Abian.

Nasi padang yang tadi Abian beli entah akan seperti apa bentuknya.

"Kalau gitu, gue sama Abian pamit duluan.. Kalau ketemu gue dijalan, jangan lupa sapa.. Dan terimakasih karena sudah pernah membuat kenangan buat gue.. Gue pamit dulu, bye semuanya.." Pamit Anya lalu berdiri dan menggenggam tangan Abian.

Setelah mendapatkan anggukan, Anya dan Abian pergi dari sana lalu keluar dari cafe.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Abian, mereka berjalan menuju parkiran.

Anya mengangguk, "Iya, aku merasa lega sekarang." Jawab Anya.

Abian tersenyum, lalu mengusap pelan rambut Anya.

"Sekarang ke tempat aku, kita makan.. Kaya nya nasinya agak dingin, kamu gakpapa?"

"Iya aku gak papa.. Yuk berangkat." Setelah tiba di tempat parkir dan Anya juga sudah memakai helmnya.

Mereka berdua pergi dari sana.

Anya tidak memandang ke belakang, biarkan itu menjadi masa lalu yang memberikannya sebuah kenangan baik sekaligus buruk dalam hidupnya.

Sekarang Anya akan terus berjalan dan melihat kedepan, ada seseorang yang selalu di sampingnya. Abian, ya pria ini tidak merasa lelah saat bersamanya.

Anya sangat mencintai Abian.

Sungguh.

Cinta itu tidak memandang apapun.

Dan cinta itu datang tanpa permisi.

Untuk sekarang dan seterusnya, Anya berharap selalu bahagia.


.TBC.

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang