Bab 55

21 2 0
                                    

Setelah dua jam perjalanan hingga tiba di bandara bali, butuh waktu setengah jam lagi untuk mereka tiba di vila.

Dan akhirnya mereka tiba, Anya meregangkan otot-ototnya yang pegal saat turun dari mobil.

Sudah lama sekali tidak berkunjung ke tempat ini, seingat Anya mungkin saat dirinya masih usia 7tahun.

Saat merayakan ulang tahun sang kakek di vila ini.

Dan sekarang, banyak yang tidak berubah dan tetap ter-rawat. Udara sejuk juga menyambutnya, angin sepoi-sepoi menerpa wajah dan rambutnya.

Abian menghampiri Anya yang sudah membantu Dean mengeluarkan koper mereka, mengusap pelan puncuk kepala Anya.

Gadis itu mendongak dan tersenyum manis pada Abian.

"Yuk semuanya pada masuk." Ucap Alea yang sudah membukan pintu vila.

Kala yang juga ikut senang berlari menyusul Alea ke dalam.

Anya menggenggam tangan kiri Abian dan mereka masuk bersama.

Alea menyebutkan dimana kamar mereka, Anya dan Kala satu kamar di lantai dua. Sedangkan Abian sendiri dulu sampai Daniel datang, di kamar lantai satu.

Alea dan Dean memiliki kamar khusus di lantai satu, bahkan pintunya pun rahasia. 😒

Semuanya memasuki kamar masing-masing, untuk menyimpan barang bawaan mereka. Dan membiarkan mereka istirahat terlebih dahulu, dan bertemu lagi saat jam makan siang.

Abian yang sudah tiba di kamar, meletakan tas ranselnya di sofa single yang tak jauh dari ranjang. Sedangkan Abian merebahkan tubuhnya di atas kasur, merogoh ponselnya yang disaku celana.

Mengirim pesan pada Daniel, memberitahukan jika dirinya sudah tiba di Vila. Tak lupa Abian mengirim lokasinya juga, lalu tanpa diminta rasa ngantuk menyerang dan membuat Abian tertidur tanpa berganti dahulu.

Sedangkan di kamar lantai dua, Anya yang langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Berbeda dengan Kala yang langsung keluar kamar karena ada balkon, melihat pemandangan laut yang begitu luas.

Entah kenapa, Kala jatuh cinta dengan laut bali di pandangan pertama.

Mungkin kalian memandang Kala, terlihat sering liburan ke luar kota atau keluar negeri. Namun, nyatanya tidak.

Kala benar-benar dijaga oleh Ayahnya, dan sulit untuk merasakan moment liburan bersama keluarga.

Dan Kala beruntung mendapatkan izin bisa ikut berlibur bersama keluarga Anya, dan di bantu sedikit juga oleh Anya saat meminta izin.

Kala tersenyum namun matanya sendu.

Mengingat rasa cintanya yang seluas dan sedalam lautan, namun tak bisa digenggaman.

Kala terkekeh pelan agar tidak mengganggu Anya yang sudah tertidur, saat dirinya berbalik menatap ke arah ranjang.

Mata Kala kembali tertuju pada lautan yang tak terlihat ujungnya, menertawakan dirinya yang bodoh. Mengejar seseorang yang bahkan tidak secuil ujung kuku memandangnya sebagai seorang wanita.

Kala mengusap wajahnya dengan gerakan cepat, karena tanpa sadar air matanya tiba-tiba keluar.

"Kala gak boleh nangis, disini harusnya seneng-seneng." Gumam Kala pelan.

Kala yang betah menatap lautan, enggan beranjak dari sana. Menikmati angin laut yang berhembus pada wajahnya, membiarkan detik demi detik terlewati.

Hai laut, kamu begitu luas dan indah.. Namun kamu juga terlalu dalam, dan sulit untuk di genggam.. Tapi, aku jatuh cinta padamu.. Kamu terlihat berkilau dengan pantulan cahaya matahari.. Dan aku takut untuk serakah..

.

.

Matahari sudah terlihat sangat tinggi, Alea membantu menyiapkan makan siang untuk mereka. Kala dan Anya yang sudah berganti pakaian terlihat menuruni anak tangga, begitu juga Abian yang keluar dari kamarnya memakai kaos berwarna hitam dan celana pendek.

Mereka bertiga berjalan menuju dapur, diatas meja makan sudah banyak tersedia berbagai makanan.

"Ayok, makan siang dulu sebelum main.. Tapi, menurut tante mending main di lautnya sore aja.. Setelah makan kalian keliling daerah sini aja ya.." Ucap Alea.

"Iya Ma, nanti jalan-jalan naik sepeda.. Ada kan Ma?" Tanya Anya.

Alea mengangguk, "Ada dong, nanti di siapin sama Pak Wadi."

Anya pun mengangguk.

"Oh iya, Om Dean kemana tante?" Tanya Kala setelah meneguk air minumnya.

"Tadi katanya mau cek ke garasi sih.. Bentar lagi juga dateng, kita makan duluan aja.." Jawab Alea.

Mereka berempat pun menikmati makan siang tanpa Dean, karena entah kemana pria itu.

Tidak ada pembicaraan saat mereka makan, hingga mereka selesai makan.

Para pekerja di vila yang dibagian dapur membantu membereskan piring kotor, Alea juga membantu menutup makanan yang masih ada.

"Ma, kita ke depan ya.." Izin Anya yang di angguki Alea.

Anya menggandeng lengan Abian dan berjalan keluar vila.

"Lah, gue di tinggal." Ucap Kala memandang pasangan bucin di depannya.

Anya terkekeh mendengar dumelan Kala meski tidak jelas.

"Tadi aku dapet kabar dari Daniel.. Katanya dia agak sore Ke sininya." Sahut Abian.

"Emang rumit ya kalau di jelasin tentang Daniel?" Tanya Kala yang kini langkahnya sudah sejajar.

Abian mengangguk dan sedikit berpikir, "Hmm, mungkin sih.. Karena ya.. Keluarga Daniel memang begitu.. Banyak yang tertutup." Jawab Abian.

Sekarang mereka sudah sampai di garasi, melihat Dean yang sedang mengeluarkan motor listrik.

"Papa.." Panggil Anya, membuat fokus Dean teralih.

Dean tersenyum dan menghampiri Anya dengan motor listrik ditangannya.

"Jalan-jalannya pake ini ya.. Biar kalau capek goes tinggal gas aja." Ucap Dean.

"Boleh deh om.. Kala pinjem satu ya." Kala yang mendapat anggukan mengambil motor listrik satunya lagi.

"Papa ikut jalan-jalan gak?" Tanya Anya lagi.

Dean sempat diam beberapa saat, "Kayanya gak deh.. Nanti sore aja.. Kalian hati-hati ya mainnya." Jawab Dean yang membuat Anya bingung.

Belum sempat bertanya lagi Anya sudah di suruh naik di kursi bonceng, karena Abian yang bawa.

Abian yang cukup peka, kenapa Dean tidak memilih ikut jalan-jalan. Karena Dean ingin menghabiskan waktu yang tak banyak ini bersama Alea, disini mereka memang harus menghargai waktu sebaik mungkin.

"Kita jalan-jalan dulu Pa.." Pamit Anya melambaikan tangannya, karena Abian sudah mulai mengayuh.

Tipe motor listrik mereka ada pedal sepeda ya...
Ya gitulah ya..

"Iya.. Hati-hati..!" Jawab Dean sambil teriak, karena mereka sudah keluar gerbang dari vila.

Alea keluar dan menghampiri Dean, "Anak-anak kemana sayang?"

Dean merangkul istri tercintanya, "Main.. Sekarang kita yang main ya..😚"

Dean menarik Alea kembali ke dalam vila, Alea terkekeh karena Dean yang terus mengecup kepalanya.

Ada maunya aja..
-_-

☘️☘️☘️

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang