Bab 3

106 5 0
                                        

Lanjuuuttttt....

Kalian masih disini??
Menurut kalian sampai sini ada saran atau apa gitu??

Masih mau lanjut kan??

Jangan lupa vote dan komen yaa..
Thanks.. 😗😗😗

Happy Reading..

.
.
.
.

Tak lama mereka pun tiba, meskipun pada masih memakai seragam sekolah. Tapi mereka bisa masuk ke tempat ini, ya bisa lah. Apa yang gak bisa buat Anya and the geng. Hahah

Anya langsung mencari tempat yang kosong, matanya juga mencari dimana keberadaan Vino.

Ketemu.

Vino sudah ada di dalam arena, Anya merasa gugup padahal yang ada di arena si Vino.

Hadiah pertandingan ini lumayan untuk posisi pertama maupun ke dua, hanya saja jika mendapati posisi pertama. Pemenang akan di bawa masuk ke pertandingan yang lebih tinggi kelasnya.

Anya dan teman-temannya selalu menerima apa pun hasil dari pertandingan Vino.

Pertandingan pun di mulai di babak pertama Vino sudah mendapatkan luka di wajahnya. Semuanya berteriak memanggil nama pemain yang mereka dukung.

Hingga babak terakhir pun Vino berusaha untuk tetap bangun, lukanya menambah di beberapa bagian tubuhnya.

Anya khawatir, dan berharap Vino tidak memaksakan dirinya.

Dan akhirnya Vino terjatuh, dan itu tandanya dia kalah.
Anya langsung berlari menuju arena menghampiri Vino yang setengah sadar.

"Gak papa.. Lo udah ngelakuin yang terbaik.." Ucap Anya mengusap kepala Vino.

Vino hanya tersenyum lalu pingsan karena tidak bisa menahan rasa sakit di kepalanya.

Vino di bawa oleh tim medis ke ruangan belakang, yang diikuti oleh Anya dan yang lainnya.

Vino menjadi pemenang kedua, itu tidak apa-apa. Hadiahnya juga lumayan berupa uang tunai.

Anya menemani Vino di dalam ruangan, sedangkan yang lain menunggu di depan.
Vino sedang di bantu oleh tim medis mengobati lukanya, tak lama kemudian Vino tersadar meringis merasakan perih pada lukanya.

"Lo diem dulu, jangan banyak gerak. " Ucap Anya sambil menahan badan Vino yang akan bangun.

"Gakpapa, gue udah ngerasa baikan.. Sss.." Jawab Vino sambil meringis perih di bagian ujung bibirnya yang sedikit robek.

"Sorry gue gak bisa jadi yang pertama.." Lanjut Vino.

Anya menggelengkan kepalanya, "Gak, lo gak usah maksain diri lo.. Tadi lo udah berusaha yang terbaik.. Kita coba lain kali oke.." Ucapan Anya dengan senyum yang manis itu membuat hati Vino tersentuh.

Sudah beberapa bulan ini Vino merasakan hal yang berbeda jika berada di dekat Anya, Vino sadar dengan perasaan yang lebih ini.

Tapi Vino tidak bisa mengungkapkan isi hatinya, karena dirinya takut ada yang berubah dari Anya. Bahkan hal buruknya Anya bisa saja meninggalkan dirinya dan membenci nya.

Itu yang tidak Vino harapkan sama sekali, lebih baik seperti ini. Masih bisa merasakan perhatian kecil dari Anya.

"Thanks, lo selalu dukung gue.." Vino meraih tangan Anya dan menggengamnya.

"Gak hanya gue kok yang dukung lo.. Yang lain juga sama.." Satu tangan Anya juga meletakannya di atas tangan Vino.

Tim medis yang tadi membantu Vino kini sudah pergi, dan teman mereka pun masuk untuk melihat kondisi Vino.

Dengan cepat Vino melepaskan tangannya yang menggengam tangan Anya, Anya terkekeh melihat hal itu.

"Lo baik-baik aja kan?" Tanya Rara yang langsung duduk di tempat Anya tadi, karena Anya udah berdiri.

"Lo gak liat Ra, pada bonyok kaya gitu? Di bilang baik-baik aja.." Sahut Dito.

"Ihh kan basa basi aja dulu.." Jawab Rara sinis. Lalu tersenyum saat matanya menatap Vino.

"Ular..." Bisik Dito pelan, agar tidak di dengar Rara.

"Gue udah baikan kok, kalian gak usah khawatir.. Gue juga bisa langsung pulang." Jawab Vino sambil bangun menjadi duduk.

Mereka berbincang sebentar, setelah itu mereka mengantar Vino ke tempat kosan nya. Karena Vino tinggal jauh dari orang tuanya dan memilih kost di dekat sekolah cowok itu.

Dito dan teman cowok lain nya memilih menginap untuk temenin Vino, Rara dan Anya memilih pamit pulang.

Rara diantar oleh salah satu teman mereka, dan Anya memilih pulang dengan taxi.

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang