Anya sudah tidak tau harus bagaimana lagi menanggapi orang di depannya, lelah mendengar ocehan cowok ini yang ngelantur.
Membicarakan yang bahkan Anya tidak paham sama sekali.
Anya juga tidak tau sudah jam berapa saat ini, Anya yakin orang tuanya pasti khawatir karena tidak ada kabar darinya. Juga Abian yang belum sempat dia hubungi tadi, memikirkan Abian. Apa yang sedang cowok itu lakukan?
Apa Abian memikirkan dirinya?
Apa Abian mencarinya saat ini?
Anya hanya bisa berharap yang masih belum pasti.
Bahkan teman-teman yang dulu selalu ada, kini tidak ada harapan untuk Anya berharap mereka mencarinya.
Memikirkan ini lagi membuat hatinya terluka lagi.
Anya memejamkan matanya, ingin menangis berteriak. Namun tidak bisa, Anya hanya bisa menangis dengan diam.
"Lohh, kenapa nangis cantik?" Ucap cowok itu dan Anya langsung membuka matanya.
Tangan cowok itu terulur untuk mengusap pipi Anya.
"Stttt.. Gak boleh nangis." Ucap cowok itu.
Tangan yang awalnya mengusap lelehan air mata kini beralih mengusap kepala Anya.
Anya takut, sangat takut. Namun Anya di paksa untuk tetap tenang, agar cowok itu tidak melukai dinya.
BRAKK..
Mereka tersentak mendengar suara keras dari arah pintu yang terbuka, bisa Anya lihat ada Abian disana yang tidak sendiri.
Raut wajah Abian yang khawatir sangat kentara, juga baju yang mereka pakai terlihat basah.
Ah, ternyata di luar hujan.
Air mata Anya keluar semakin deras, melihat mereka yang menemukannya.
Abian mengepalkan tangannya, saat melihat Anya yang menangis dan dia yang entah sedang apa karena tangannya yang berada di atas kepala Anya.
Tersenyum tipis menatap Abian, dan membenarkan duduknya. Lalu memposisikan kursi Anya agar membelakangi mereka, hal itu membuat kening Abian mengerut.
"Lumayan cepat juga.." Ucap dia yang mengalihkan pandangan Abian dari Anya dengan tangan yang terikat di belakang.
"Tolong.. Lepas Anya." Ucap Abian sebisa mungkin tetap tenang.
"Hmmm, boleh.. Bisa di atur." Ucapnya yang kini bangun dan berjalan ke arah meja dengan tumpukan kertas dan satu laptop. "Ini.. Lo harus tanda tangan di sini." Lanjutnya.
"Kenapa?? Ini tidak sesuai dengan kesepakatan." Sahut Abian yang tidak memperdulikan dengan tubuhnya yang mulai kedinginan.
"Oh ya??"
Abian kesal, ini tidak sesuai dengan kesepakatan terakhir kali.
"Gue udah bilang kan, setelah ujian selesai.. Dan lo? Ini apa maksud nya!!" Sudah di ambang batas Abian sangat kesal.
"Wow.. Wow.. Tenang.." Dia melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Bukannya ujian sudah selesai?? Gue gak salah.."
"Tolong.. Lepas Anya sekarang.." Ucap Abian yang mulai berjalan perlahan untuk mendekat
"Berani lo ngelangkah, gue pastiin cewek lo gak baik-baik aja.." Dia memberi peringatan pada Abian.
Daniel dan Kala masih diam di belakang Abian, namun diam-diam Daniel menekan tombol yang ada di saku celananya memberi isyarat pada orang-orangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anya Oktaviani (SLOW UP)
Teen FictionJangan lupa follow akun author yaa 🥰🥰 Cerita baru lagi nih.. Jangan lupa tambah ke cerita favorit kalian 😊 Typo bertebaran 🙏🙏 Semoga gak moodyan ya nulis nya 😁😁😁🙏🙏.. Mohon maaf bila ada kesamaan dalam Nama, tempat dllnya.. Ini real ceri...