Bab31

26 3 0
                                    

Setelah kejadian itu, Anya terus berpikir bahwa dirinya memang sejak awal tidak di perlukan.

Tapi kenapa?

Kenapa mereka lebih memilih berbohong?

Dan selalu tersenyum didepannya meski semua itu palsu.

Anya tertawa sambil menangis.

Menertawakan dirinya yang benar-benar bodoh.

Sejak itu juga Anya menjadi murung, disekolah tidak banyak melakukan aktivitas. Murid-murid di sekolah bahkan masih mencurigai Anya, juga cibiran mereka semakin tidak masuk akal.

Matanya sembab tuh..

Kayanya udah di pake deh, habis tiap hari keliatan lemes. Hihi.

Tapi, masa iya Abian ngelakuin hal kaya gitu sama dia sih..

Mungkin cari yang lain kali, Abian kan keliatan sibuk sama OSIS.

Bisa jadi, hahah.

Hahah..

Kasian amat..

Tangan Anya mengepal, omongan mereka bagaikan duri. Sakit, mana ada jika dibicarakan seperti itu merasa baik-baik saja.

Kala yang juga selalu membela Anya, namun mereka malah semakin mencecar.

Percuma membela diri juga, jika itu malah membuat mereka yakin dan percaya dengan omongan mereka sendiri.

Membela diri saja sudah salah, apa lagi diam.

Abian yang juga sering menemui Anya di kelasnya, karena khawatir. Padahal Anya tau, cowok itu sedang sibuk tapi masih sempat menemuinya.

Anya merasa bersalah, melibatkan Abian dalam situasi ini.

Anya juga berpikir, apa dirinya juga salah mencintai sosok seperti Abian?

"Makan ya." Abian yang datang membawa makanan untuk Anya.

Anya yang merebahkan kepalanya diatas meja, menatap Abian dan kantung kresek bergantian.

Kantung mata Abian terlihat menggelap, tangan kiri Anya terulur menyentuhnya. Abian terlihat memaksakan diri hingga tidak bisa menjaga dirinya.

"Kenapa?" Pertanyaan Anya membuat kening Abian mengerut.

"Apanya yang kenapa?" Abian tidak mengerti, dirinya menyuruh Anya makan namun gadis itu malah bertanya.

"Kenapa lo lakuin semua ini buat gua?" Anya bertanya dengan posisi yang sama, namun matanya tidak berani menatap mata Abian.

"Apa yang lo maksud? Ini?" Abian menunjuk pada kantung kresek item. "Gue beli supaya lo makan, gue khawatir lo kenapa-kenapa.. Kala bilang ke gue, kalau lo gak makan." Lanjut Abian.

Anya menggelengkan kepalanya, "Kenapa lo lakuin semua ini? Kenapa lo mau beliin gue makan? Kenapa lo deketin gue dari awal?"

Pertanyaan yang Anya berikan membuat Abian terkejut, "Ya, ini udah jelaskan.. Karena emang gue sayang sama lo."

Anya kembali menggelengkan kepalanya, "Tapi mereka gak percaya itu."

Kening Abian kembali mengerut, lalu Abian menghela nafasnya. "Gue udah bilang kan, jangan dengerin mereka.. Disini." Abian membawa tangan Anya menyentuh dadanya. "Detak jantung gue selalu seperti ini jika sama lo atau pun memikirkan lo.. Lo percaya kan?"

Anya tersenyum, namun setetes air keluar dari matanya.

Abian selalu mengungkapkan perasaannya berkali-kali, dan Anya tersadar bahwa dirinya belum menyatakan perasaannya.

"Gue seneng kok lo kaya gini, gue juga seneng lo selalu ada buat gue.." Kini tangan Anya menggengam tangan Abian. "Gue juga sayang kok sama lo." Lanjut Anya membuat Abian tersenyum.

"Lo percaya kan jika semuanya akan baik-baik saja?" Tanya Abian dengan satu tangannya yang bebas mengusap kepala Anya.

Anya mengangguk, lalu membenarkan duduknya. Sekarang Anya menyandarkan kepalanya di bahu Abian.

Sontak hal itu menjadi tontonan di kelas Anya.

"Mau apa pun yang mereka bilang, gue tetep sayang sama lo." Ucap Abian yang sedikit keras agar mereka mendengarnya.

Anya tersenyum lalu mengangguk, dan hal itu juga membuat seisi kelas jadi salah tingkah. Mereka juga tidak berani bisik-bisik, hanya saling tatap saja.

Kala yang duduknya pindah ke belakang, karena bangkunya di isi oleh Abian. Ikut tersenyum, merasa lega.

Abian akhirnya mengatakan itu, meski hanya di dalam kelas. Itu cukup untuk membungkam mulut mereka yang selalu bicara seenaknya.

Dan mulai sejak itu juga, Abian selalu berangkat sekolah bersama lagi dengan Anya. Bahkan Abian selalu menggenggam tangan Anya, mengantarkan Anya sampi ke dalam kelas.

Membuktikan bahwa dirinya lah yang memang menginginkan Anya. Anya juga sudah terlihat membaik dan tidak murung lagi.

Bahkan ada beberapa murid yang kembali menyapanya.

Anya senang.

Tentu saja.

Saat di kantin pun ada seorang siswi yang menghampirinya, mengatakan jika siswi itu ingin membela Anya. Namun dia takut, dengan orang-orang yang termakan omongan yang belum pasti itu.

Siswi itu juga meminta maaf pada Anya, karena tidak bisa membantu apa pun. Anya hanya bilang 'tidak apa-apa', lalu siswi itu pun pergi meninggalkan Anya.

Pikiran tentang teman-temannya kini sudah memudar, dan memutuskan bahwa ini memang salah dirinya sejak awal.

Lalu minggu ini Abian mengajaknya main, katanya buat merilekskan pikiran.

Dan Anya menyetujui Ajakan itu setelah mendapat izin dari Alea dan Dean.

☘️☘️

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang