"Anya.. Anya.." Suara yang terus memanggilnya terdengar samar karena hujan lebat.
Anya terkejut tiba-tiba tubuhnya sudah tidak terkena air hujan lagi, Anya mendongak menatap seseorang yang memayungi nya.
Anya kembali menangis terisak.
Rasanya meski nangis kencang pun belum merasa baik.
"Yuk, pulang." Ajaknya, namun Anya masih jongkok.
Bibirnya sudah pucat.
Abian khawatir.
Abian memakaikan jaketnya ke tubuh Anya, tubuh Anya bergetar.
Suara isakan terdengar jelas saat Abian ikut berjongkok.
"Pulang ya.." Abian mengajak Anya sekali lagi.
Abian membantu Anya berdiri dengan merangkul bahunya.
Memasuki taxi online yang sedari tadi menunggunya.
Tadi, saat di sekolah Abian akan pergi menuju suatu tempat. Tapi entah kenapa tiba-tiba terpikirkan Anya, Abian pun putar balik dan berniat menyusul Anya.
Namun tidak semudah itu, alhasil Abian berkeliling mencari Anya dimana-mana.
Tiba-tiba hujan turun di tengah pencariannya, Abian menyimpan motor di tempat parkir umum lalu memesan taxi online.
Dan tak lama matanya menemukan sosok yang dicari sedang di guyur hujan, Abian tidak tau itu sengaja atau tidak.
Tapi Abian melihat Anya yang langsung jongkok, Abian meminta mobil berhenti dan menunggunya tak lupa juga meminjam payung.
Sekarang, Anya mau ikut dengannya. Mereka sudah masuk ke dalam mobil, dan Abian memberitahukan tujuannya alamat rumah Anya.
Tubuh Anya bergetar, Abian juga masih mendengar tangisan Anya.
Abian menahan diri untuk bertanya apa yang terjadi, dan akan menunggu Anya yang berbicara dulu.
Meski dirinya dilanda khawatir.
Tak lama mobil pun tiba di rumah Anya, Abian membayar taxi online nya melalui aplikasi.
Lalu Abian membantu Anya lagi masuk ke dalam rumah.
"Loh neng Anya.." Ucap Bibi yang kaget melihat kondisi Anya. Saat mereka berdua masuk ke dalam rumah.
Ya, bibi ada di rumah jika Alea pergi kerja lagi.
"Bi, boleh minta tolong bikinin air minum teh anget buat Anya.. " Ucap Abian.
"Iya den, bibi buatin dulu.." Bibi langsung ke dapur, dan Abian membawa Anya ke kamarnya.
Menaiki tangga satu persatu hingga tiba di depan pintu kamar Anya, Abian berhenti.
Abian menoleh pada Anya yang sedari tadi diam.
"Boleh gue masuk juga?" Tanya Abian, dan Anya hanya mengangguk.Abian membuka pintu kamar Anya, wangi parfum Anya menyeruak di kamar ini.
Setelah didalam kamar Abian bingung, mana dulu yang harus dia lakukan. Karena tidak bisa sembarangan di kamar perempuan.
"Lo ganti baju dulu ya.. Gue tunggu di sini.. Lo bisa sendiri kan?" Ucap Abian memegang bahu Anya.
"Iya.. " Ah, suara Anya serak.
Abian duduk di kursi meja belajar Anya, saat gadis itu masuk ke dalam kamar mandi.
Tok.. Tok..
"Den.." Tak lama Bibi datang membawa dua gelas teh hangat.
"Bi, makasih ya bi.." Ucap Abian menerima nampan dari Bibi dan meletakannya di meja belajar.
"Den, neng Anya kenapa?" Tanya Bibi khawatir.
Abian menggelengkan kepalanya, "Saya juga gak tau bi, tadi ketemu di pinggir jalan." Jawab Abian.
"Astaghfirullah.." Bibi terkejut, "Den, Bibi ke bawah lagi.. Kalau ada apa-apa panggil bibi aja ya.." Ucap bibi yang langsung ke bawah setelah mendapat jawaban dari Abian.
Abian masih menunggu Anya yang tak kunjung keluar, Abian jadi tambah khawatir. Takut Anya melakukan hal yang tidak-tidak.
Abian beranjak dari duduknya, mendekat ke arah pintu kamar mandi dan mengetuk nya.
Tok.. Tok..
"Anya.. Anya lo denger gue?" Ucap Abian. "Anya? Lo gak papa?" Lanjut Abian yang tak dapat jawaban dari orang di dalam.Panik.
Itu yang Abian rasain.
"Anya.. Anya lo bisa jawab gue?" Lagi, Abian terus manggil nama gadis itu.
Klek..
Pintu kamar mandi terbuka, tapi hanya sedikit.
"Anya.. Lo gak papa?" Abian benar-benar khawatir sekarang.
"Ehkemm.. Lo bisa b-bantu gue?" Ucap Anya yang suaranya hampir menghilang.
"Bisa.. Bisa.. Apa yang bisa gue bantu?" Jawab Abian dengan cepat.
Tangannya meremas gagang pintu yang tertahan Anya, agar tidak terlalu terbuka semua. Pasalnya saat ini Anya hanya memakai jubah handuk saja, meski Abian tidak bisa melihatnya.
"B-bisa tolong ambilin b-baju piama gue?" Lanjut Anya.
"Piama? Di mana?" Tanya Abian.
"Di lemari kaca gue, pintu tengah." Jawab Anya.
Abian merasa kasian mendengar suara Anya yang seperti ini.
"Oke tunggu sebentar gue ambilin dulu.." Abian bergegas menuju lemari yang di sebutkan Anya tadi, membukanya lalu mengambil acak baju piama milik Anya.
Dalam lemari itu hanya deretan baju piama milik Anya.
Gak berlama-lama, Abian langung mengulurkan tangannya dengan membelakangi pintu kamar mandi, memberikan piama pada Anya.
"Makasih.." Abian memejamkan matanya, suara Anya seperti benar-benar akan hilang.
Abian kembali duduk di kursi meja belajar, menunggu Anya selesai.
Melirik jam yang ada di dinding, waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam.
Tak berselang lama, Anya keluar sudah memakai piama yang di pilih Abian. Piama lengan panjang motif sakura.
"Sini biar gue bantu keringin rambut lo." Abian melambaikan tangannya, Anya menurut dan duduk di kursi meja rias dengan Abian yang membantu mengeringkan nya.
Mata Anya menatap Abian dari pantulan kaca.
Kenapa?
Pertanyaan itu yang terus terulang dalam hatinya untuk Abian.
☘️☘️
KAMU SEDANG MEMBACA
Anya Oktaviani (SLOW UP)
Teen FictionJangan lupa follow akun author yaa 🥰🥰 Cerita baru lagi nih.. Jangan lupa tambah ke cerita favorit kalian 😊 Typo bertebaran 🙏🙏 Semoga gak moodyan ya nulis nya 😁😁😁🙏🙏.. Mohon maaf bila ada kesamaan dalam Nama, tempat dllnya.. Ini real ceri...