Sore pun tiba, bel rumah Anya kembali berbunyi. Sudah Anya tebak jika itu Abian, dan benar saja saat bibi membuka pintu ada Abian disana.
Anya yang berdiri di ambang pintu belakang, langsung berlari memeluk Abian. Terdengar kekehan Abian, namun tetap dibalas juga pelukannya.
"Ekhem.. Masih ada gue kali." Kala yang menyenderkan tubuhnya di pintu yang mengarah ke kolam belakang, sambil bersedekap dada.
Anya menoleh namun tetap memeluk tubuh sang pacar. "Biarin blee..." Anya mengulurkan lidahnya.
Abian mengusap kepala Anya lembut, melihat Anya yang sudah merasa baik-baik saja. Membuatnya cukup tenang, juga ada Kala yang menemani gadisnya.
Anya mengajak Abian untuk ke belakang rumahnya, tempat dimana tadi dirinya dan Kala berbincang sambil memakan semangka.
Tak lupa Anya meminta tolong pada bibi agar membawakan potongan buah semangka lagi dan tambahan minum untuk Abian.
"Kalian lagi ngapain tadi?" Tanya Abian yang sekarang duduk disisi kiri Anya sambil menggenggam tangan Anya.
"Cuma ngobrol biasa aja kok.. Oh iya, gimana sama keluarga kamu?" Tanya Anya sedikit memelankan suaranya.
"Tidak apa-apa.. Kak Galang di tangani sama dokter profesional kok.. Ada Ibu juga yang jagain.." Jawab Abian.
Anya mengusap punggung tangan Abian, "Semoga semuanya baik-baik saja ya."
Abian tersenyum lalu mengangguk, Kala yang merasa suasananya agak sedih tiba-tiba teringat tentang ajakan Anya padanya tadi.
"Oh iya, Nya.. Lo katanya mau ajak Abian juga." Ucap Kala.
"Ohh iya lupa.. Gini, Papa ajak kita liburan besok di villa kakek.. Kamu bisa ikut?? Daniel juga boleh kamu ajak ko." Sahut Anya.
Abian terlihat sedang berpikir.
Apa dirinya boleh seperti ini? Disaat keluarganya sedang tidak baik-baik saja?
"Gak papa kok kalo memang keberatan." Lanjut Anya, yang terdengar sedih di telinga Abian.
Abian mengusap kepala Anya, "Boleh, Aku ikut.. Memang liburan kemana??" Jawab Abian yang membuat Anya tersenyum lebar. Senang.
"Villa kakek yang di bali kata Papa." Ucap Anya.
"Kebetulan, Daniel juga lagi ada disana.. Kita bisa janjian aja sama dia disana." Abian memilih ikut, sekalian menenangkan pikiran nya yang sedikit kacau.
"Di bali? Ngapain?" Tanya Kala yang lumayan penasaran.
"Ada kerjaan sih.." Jawab Abian, namun tidak menjelaskan karena yakin Kala pasti mengerti.
Namun ternyata salah, Kala tidak mengerti. Dan Kala terus saja menanyakan perihal Daniel, sempat terpikir oleh Anya. Ada apa dengan Kala yang terus menanyakan tentang Daniel? Anya jadi curiga.
"Lo juga boleh ajak Kak Bima kok." Sahut Anya yang menyela pembicaraan mereka berdua.
Dan sekarang Kala hanya diam, dia hanya menatap Anya sebentar lalu menatap kolam.
Kening Anya mengerut, tidak biasanya Kala diam saat membicarakan tentang Kak Bima. Biasanya Kala selalu antusias jika membahas Bima sampai Anya bosan mendengarnya.
"Lo- gak papa?" Tanya Anya menepuk pelan bahu Kala.
"Ahh.. Gak, gue gak papa.. Kayanya gak usah di ajak deh.. Takutnya sibuk kuliah.." Jawab Kala yang sedikit terbata-bata.
Ada yang aneh dengan Kala.
"Jujur sama gue." Desak Anya.
Kala menghela nafas pelan, "Ternyata.. Selama ini gue gak di anggap apa-apa.." Jawab Kala dengan pelan.
"Maksud lo?" Kini Anya duduk menghadap Kala dan memegang kedua bahu Kala.
"Ternyata selama ini gue sia-sia.. Perasaan gue cuma dia anggap sebagai adik dari rekan kerja papanya.." Kala menunduk, matanya terasa panas.
Hatinya kembali terasa sakit, saat mengingat perkataan Bima malam tadi. Cintanya bertepuk sebelah tangan, dan Bima yang bersikap biasa saja.
Membuat hati Kala semakin sakit.
Anya memeluk Kala, mengusap punggung Kala. Tanpa Kala bisa tahan, air matanya pun menetes.
Untuk pertama kalinya Kala seperti ini, menunjukan sisi lainnya di depan Anya. Kala yang selalu ceria, hari ini benar-benar rapuh.
"Sssttt.. Gak papa, sekarang ada gue." Ucap Anya berusaha membuat Kala tenang. "Besok juga kan kita liburan.. Tadi kan lo udah dapet izin dari bokap." Lanjut Anya lalu melepaskan pelukan mereka.
Anya mengusap lelehan air mata Kala, "Udah ya.. Jangan sedih lagi.. Mungkin emang sulit untuk melupakan atau membuat perasaan yang lo bangun selama itu untuk hilang dalam sekejap.. Bahkan itu gak mungkin, jadi.. Pelan-pelan aja, gue ada di sini ko." Kala tersenyum lalu mengangguk.
"Nah.. Ini baru Kala yang selalu tersenyum.." Lanjut Anya lagi.
.
.
Keesokan pagi.
Anya yang sudah siap dengan satu kopernya, Alea yang di dapur tengah merapihkan sehabis sarapan tadi bersama bibi. Sedangkan Dean juga tengah memasukan koper miliknya ke dalam mobil.
"Sayang, Teman-teman kamu jadi ikut?" Tanya Dean menghampiri Anya yang berdiri di teras rumah sambil memegangi ponsel.
"Ikut kok pa.. Mungkin lagi di jalan, tunggu ya pa.." Jawab Anya, dan muncullah sebuah mobil yang Anya kenal.
Siapa lagi kalau bukan Kala yang di antar oleh supir bokapnya.
"Kala.." Anya melambaikan tangannya, saat Kala keluar dari mobil dan menarik kopernya.
"Abian mana?" Tanya Kala.
Dan bertepatan motor Abian masuk ke pekarangan rumah Anya. Abian menyimpan motornya di dalam garasi sesuai yang di suruh oleh Dean, agar lebih aman katanya.
Lalu Alea pun keluar rumah, "Semuanya sudah ada?" Tanya Alea sambil merapikan sedikit pakaiannya.
"Sudah.." Ucap mereka kompak.
Alea terkekeh, serasa di perusahaan jika seperti ini.
"Ya sudah, ayo masuk.. Jadwal penerbangan sebentar lagi." Lanjut Alea.
"Oke tante.." Sahut Kala.
Kala yang sudah menyerahkan kopernya pada Dean untuk di simpan di bagasi mobil, serta tas ransel Abian.
Mereka semua masuk satu persatu ke dalam mobil, Anya yang tentu saja duduk bersebelahan dengan Abian. Kala dengan Alea, dan Papa Dean di kursi depan samping supir.
"Semua siap??" Tanya Alea.
"Siaapp.." Jawab mereka kembali bersamaan.
"Let's Go...." Lanjut Alea penuh semangat, dan mobil pun melaju keluar pekarangan rumah.
Alea juga semangat tentang liburan ini, karena kesibukannya di perusahaan. Juga memang jarang ada waktu bersama suami dan anak, ini adalah kesempatan langka.
Tentu saja tidak akan dia sia-sia kan begitu saja, sekalian juga bulan madu kedua. Hahah.
Abian juga sudah mengabari Daniel yang disana, Daniel hanya meminta alamat villa kakeknya Anya. Dan dia bilang akan menyusul jika mereka sudah tiba disana, karena ternyata Daniel di bali sedang bersama ayahnya.
Dalam perjalanan menuju bandara, begitu menyenangkan. Dengan ocehan Kala yang di sahuti oleh Alea, membuat suasana di dalam mobil cukup menyenangkan.
Anya tertawa senang.
Alea dan Dean saling menatap dalam diam, sudah lama sekali tidak melihat tawa anaknya seperti ini. Ternyata memang benar, tidak salah membuat keputusan untuk berlibur dan cuti selama lima hari.
Alea dan Dean ikut senang melihat kembali mataharinya bersinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anya Oktaviani (SLOW UP)
Teen FictionJangan lupa follow akun author yaa 🥰🥰 Cerita baru lagi nih.. Jangan lupa tambah ke cerita favorit kalian 😊 Typo bertebaran 🙏🙏 Semoga gak moodyan ya nulis nya 😁😁😁🙏🙏.. Mohon maaf bila ada kesamaan dalam Nama, tempat dllnya.. Ini real ceri...