Bab 6

62 5 0
                                    

Masih lanjuuuutttt..
Jangan lupa vote sama komen ya..
Komen apa aja boleh lah 😁😁😁
Biar nambah semangat nulisnya nih 🥰🥰

Happy Reading 💜

.

.

.

.

.


Sekolah hari ini selesai, Anya langsung menuju mobilnya yang terparkir. Sedangkan Kala dia sudah di jemput oleh supir pribadi nya.

Anya duduk di kursi kemudi, di kepala nya masih memikirkan apa yang di bilang Abian saat jam olahraga tadi.

Tak lama Abian pun lewat di depan mobilnya dengan motor, Abian menoleh ke arah Anya mengangguk kecil lalu lanjut pergi.

"Apaan dihh.." Ucap Anya monolog.

Anya meraih ponselnya dan melihat ada beberapa pesan dari teman tongkrongannya, rencananya hari ini Anya di ajak untuk melihat kondisi Vino.

Dito memberi titik lokasi mereka kumpul, Anya langsung menyalakan dan menjalankan mobilnya ke tempat Dito dkk berada.

Tak lama Anya sampai dan melihat Dito yang melambaikan tangannya di ujung jalan sana. Anya membunyikan klakson tanda dia melihat mereka.

Anya menurunkan jendela mobilnya, "Ada yang mau ikut sama gue gak?" Tanya Anya pada Dito, setelah mobil berhenti tepat di samping cowok itu.

"Gue bawa motor, yang lain udah pada jalan duluan.. Si Rara juga lagi di jalan bareng si Adit.." Jawab Dito yang di angguki Anya.

"Ohh, oke.. Ya udah kita juga pergi sekarang aja.. Gue telat dikit ya, beli camilan dulu.." Ucap Anya.

Dito setuju, dirinya langsung menjalankan sepeda motornya menuju kost Vino. Sedangkan Anya mampir membeli beberapa camilan di mini market.

Setelah selesai belanja, Anya langsung menuju kost Vino. Ternyata yang lain sudah sampai, terlihat tempat parkir yang penuh dengan motor.

Anya menggelengkan kepalanya, melihat deretan motor yang tidak tersusun rapi.

"Mentang-mentang mantan geng motor.." Ucap dirinya pelan.

Anya menelepon Dito, menyuruh siapa saja yang turun kebawah untuk membantu dirinya membawa beberapa makanan yang di beli tadi.

Ada Adit dan Jaki ternyata yang turun kebawah, tempat kost Vino cukup luas jadi cukup menampung teman-temannya.

"Thanks Jak, Dit.." Ucap Anya.

"Udah gue aja yang bawa sini.." Jaki mengambil jinjingan yang ada di tangan Anya.

"Oke dehh.. Hahaha.." Anya hanya tertawa lalu melangkah ke lantai dua.
Kamar kost Vino ada di lantai 2.

Anya mengetuk pintu setelay tiba, dan Rara yang membukakan pintunya.
" Wihh.. Banyak banget bawaan lo.." Ucap Rara sambil membantu membawa satu bingkisan di tangan Adit.

"Gak usah repot-repot Nya.." Sahut Vino yang melihat dari dalam.

"Gak papa santai aja sama gue mah.." Jawab Anya lalu duduk bergabung sama yang lain.

Rara mengeluarkan beberapa camilan dan minuman.

"Gimana kondisi lo sekarang?" Tanya Anya.

"Gue udah mendingan kok, gue juga udah beres kontrol ke dokter nya.." Jawab Vino sambil membuka minuman kaleng.

"Syukur deh kalo udah mendingan, lo jangan maksain latihan dulu aja ya.. Lagian masih belum ada jadwal tanding lagi kan?" Lanjut Anya.

Vino mengangguk, "Oke siap cantik.." Jawab Vino yang langsung dapat timpukan dari Anya.

Yang lain tertawa terbahak, sambil memakan camilan.

Vino senang mendapat perhatian dari Anya.

Andai saja Anya tau perasaannya.

Tapi Vino masih takut untuk mengungkapkannya.

Vino mencuri pandang pada Anya, gadis cantik yang sedang berbincang dengan yang lainnya. Dan sesekali tersenyum tipis membuat jantungnya berdebar.

Ahhh siall..
Batin Vino.

Vino mengusap wajahnya agar tersadar dari harapannya.

Mereka menghabiskan waktu berjam-jam, banyak permainan yang mereka lakukan. Seperti bermain kartu,  mengobrol soal sekolah masing-masing. Menceritakan apa yang menurut mereka lucu.

Kesenangan yang tidak bisa Anya beli dengan uang, di sini Anya merasa dirinya bahagia. Anya terkadang ingin terus seperti ini, tapi mereka tentu saja ada urusan masing-masing.

Tidak seperti dirinya, jika selesai bersama mereka. Anya harus kembali ke dalam kesepian dirumahnya, itu membuatnya kesal.

Seperti biasa, Anya tiba di rumah pukul sepuluh malam. Dan selalu makan malam sendirian, itu pun sedikit.

Dirinya yakin, berat badannya pasti menurun.

Anya selalu sengaja pulang malam, berharap orang tuanya ada. Tapi semuanya tetap nihil, mereka masih tidak ada.

Dan ini lah alasan Anya selalu terlambat bangun, karena jam tidurnya sudah larut menunggu agar bertemu dengan orang tuanya.

Meskipun melakukan hal yang sia-sia, tapi Anya tetap melakukannya setiap hari. Karena selalu ada harapan untuk ingin bertemu.

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang