Bab 35

29 3 0
                                    

Anya menutup kembali kotak p3k setelah selesai mengobati Abian, dan bibi juga datang memberikan dua gelas teh hangat.

"Kenapa bisa kaya gini?" Tanya Anya dengan mata yang tak henti memandang luka di wajah Abian.

"Ini bukan apa-apa kok."

"Cowok itu boleh berkelahi.. Itu hal biasa, tapi kalau berbohong mau cowok atau cewek itu gak benar." Tiba-tiba Alea keluar dari kamar, dan sontak membuat Anya dan Abian terkejut.

Alea berjalan menghampiri kedua anak ini lalu duduk di tengah, diantara Anya dan Abian.

"Jika bisa di bicarakan dengan jujur, kenapa harus berbohong?" Lanjut Alea menatap Abian dan Anya bergantian. "Dengar, tante tau kamu bisa mengatasi apa yang terjadi.. Tapi ingat, lebih baik meminimalisir kebohongan itu harus." Ucap Alea memegang satu tangan Abian.

Abian menganggukan kepalanya, mengerti apa yang Alea ucapkan.
"Iya tante, A-abian cuma belum bisa mengatakannya sekarang." Jawab Abian.

"Kamu dengar sayang? Kamu harus mengerti.. Dan kalian juga harus saling mengerti." Lanjut Alea mengusap tangan Anya.

"Iya ma." Jawab Anya.

"Ya sudah, kalian lanjut ngobrol lagi.. Mama mau lanjutin kerjaan." Alea berdiri setelah mendapat anggukan dari kedua anak ini lalu masuk kembali ke kamar.

"Maaf." Abian memegang kedua tangan Anya, "kalo gue udah siap, gue bakal ceritain semuanya sama lo." Lanjut Abian.

Anya mengangguk, "ya, sekarang gue ngerti.."

"Makasih udah ngertiin gue."

"Seharusnya gue yang bilang makasih, karena lo selalu ada buat gue.. Disamping gue, cuma gue gak bisa bantu apa-apa buat lo.. Gue ngerasa ini gak adil." Anya menundukan kepalanya.

"Enggak, lo gak boleh ngomong gitu.. Maaf, gue cuma gak mau lo ikut kepikiran masalah gue.. Gue cuma mau liat lo bahagia disamping gue." Ucapan Abian membuat mata Anya berkaca-kaca.

Anya memeluk Abian, tidak peduli jiga bibi atau Alea melihatnya. Anya ingin menyalurkan apa yang dia rasakan sekarang.

"Udah ya.. Gue ke sini pengen liat lo tersenyum bukan sedih kaya gini.. Gue kangen sama lo." Abian membalas memeluk Anya, membiarkan gadis itu mendengar detak jantung nya.

"Gue juga, gue juga kangen sama lo." Ucap Anya sambil mendongak untuk melihat Abian.

Abian terkekeh, Anya pun tersenyum.
"Nah gitu senyum, kan makin cantik."

Wajah Anya memerah mendengar hal itu, tangan mungilnya memukul pelan punggung Abian. Membuat cowok itu meringis, namun kembali terkekeh.

Meskipun hanya dua hari tidak melihat sang pacar, jujur. Abian rindu dengan tingkah Anya yang seperti ini, Abian rindu melihat senyum manis Anya. Abian rindu segalanya yang ada pada Anya.

"Jangan terlalu memaksakan, lo bisa bersandar ke gue.." Ucap Anya melepas pelukan Abian lalu menangkup kedua pipi Abian.

Abian tersenyum lalu mengangguk.
"Akan di usahakan." Jawab Abian yang membuat Anya mendengus.

Abian masih selalu saja bercanda disaat serius seperti ini.

Abian mengusap lembut kepala Anya.

Gadis itu sekarang bersandar di bahu Abian, nyaman.

"Besok gue udah masuk sekolah lagi, besok gue jemput lo." Ucap Abian setelah meminum tehnya.

"Motor lo simpen aja di sini, jadi berangkatnya pake mobil gue aja."

"Kenapa? Lo gak mau motoran sama gue?"

"Bukan gitu, lo kan lagi luka.. Kalau kena debu gimana?"

"Kan gue pake helm fullface sayang.." Abian gemas sambil mengacak rambut Anya.

Anya cemberut, "ya udah." Jawabnya ketus.

"Lah, kok jadi marah sih.." Abian mencolek pipi Anya, membuat gadis itu mendengus. "Iya, iya.. Besok pake mobil lo.." Lanjut Abian.

"Gak usah me-mak-sa-kan." Ucap Anya sambil mengeja niat ejek Abian.

"Haha.. Engga, beneran.. Pake angkutan umum juga ayok, asal sama kamu." Jawaban Abian membuat wajah Anya langsung memerah.

Abian memeluk Anya, gadis itu menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Apa, jangan di tutup gini.." Abian berusaha melepas tangan Anya.

"Haha.. Gak mau." Anya terkekeh karena geli, suara Abian tepat di telinganya.

"Dihh, kenapa gitu.. Ayo lepasin.. Katanya rindu~" Tangan Abian tidak lagi mencoba melepas tangan Anya dari wajahnya, kini beralih memeluk Anya.
(Posisi peluk dari belakang)

Dengan perlahan Anya melepas tangannya, lalu mendongak untuk melihat Abian.

Abian tersenyum saat mata mereka saling bertatapan. "Makasih.." Ucap Anya tiba-tiba.

Kening Abian mengerut, "Buat?"

"Semuanya.. Semuanya yang lo lakuin buat gue." Kini Anya mengubah posisi duduknya agar menghadap Abian. "Jadi, apapun yang terjadi sama lo.. Gue bakal tetep ada di samping lo.. Lo juga percaya gue kan?" Lanjut Anya.

Kini Abian kembali tersenyum dan mengusap lembut pipi Anya, kepalanya mengangguk.

"Ya, gue percaya sama lo.. Terimakasih." Ucap Abian, lalu mengecup kening Anya sebentar.

"Ekhemm.. Ekhemm.." Tiba-tiba Alea berjalan melewati mereka berdua, dengan memakai piama panjang motif lebah. Pura-pura tidak melihat dua makhluk Tuhan yang sedang kasmaran.

Anya dan Abian malah tertawa.

Dan Abian, bisa melupakan sedikit permasalahannya.

☘️☘️

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang