Setelah hari itu.
Setiap harinya berjalan seperti biasa, Abian selalu menyempatkan waktunya untuk bertemu dengan Anya di sekolah. Masih di lakukan, sampai sekarang ini.
Padahal ujian akhir semester tinggal menghitung hari, apa waktu berlalu begitu saja?
Tapi rasanya masih berjalan lambat.
Apa itu hanya berlaku untuk Anya? Entah kenapa? Semenjak Abian datang ke rumahnya sore itu, ada perasaan mengganjal dalam hatinya.
Anya berharap itu bukanlah hal yang serius.
Setelah pulang sekolah hari ini, Abian mengajak belajar bersama di perpustakaan kota. Ya, Anya tidak bisa menolak meski malas.
Sudah pernah Anya katakan, meskipun memiliki pacar ketua OSIS pun sama saja, tidak ada bedanya.
Namun ada satu perkembangan yang diluar dugaan nya, namanya sudah hampir tidak tertulis di buku kesiswaan semenjak pergi sekolah bersama Abian.
Ya, satu atau dua kali masih pernah sih. -_-
Mata pelajaran setiap kelas pun menambah jam pelajarannya, untuk kisi-kisi ujian akhir semester nanti.
Maka, tak jarang hampir seluruh siswa mengeluh karena otaknya sudah terisi maksimal.
Termasuk Anya dan Kala, saat ini sedang ada di kantin membeli es.
Iya, hanya es batu saja yang di makan mereka.
Alasannya?
Siapa tau otaknya juga mendingin dan meleleh.
Setelah mata pelajaran matematika yang sejuta rumur itu selesai, kedua siswi itu dengan segera pergi ke kantin.
Dan akhirnya seperti ini.
Tidak ada pengaruhnya.
Isi kepala Anya masih terasa berat.
Jadi, Anya memikirkan pulang sekolah nanti belajar bersama Abian. Akan seperti apa otaknya ini?
"Hahhh..." Anya menghela nafas keras membuat Kala terkejut. "Ini belum dimulai loh ujiannya.. Tapi otak gue." Lanjutnya sambil merebahkan kepalanya di meja kantin.
Kala menepuk-nepuk pundak Anya sambil mengangguk, "Sama, otak gue juga gak sebagus mereka-mereka.."
Anya hanya memandang jengah pada Kala.
Dan cewek itu? Malah tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih.
"Udah, makan lagi aja es batunya." Usulan Kala ini bukannya bagus, malah membuat Anya kembali menghela nafas. "Eh, eh.. Itu cowok lo sama si waketos tuh.." Tiba-tiba Kala menepuk bahunya cukup keras.
"Sakit Kala." Pekik Anya, namun tetap bangun dan mencari sumber yang di katakan Kala.
Benar saja, Anya melihat Abian dan beberapa anggota OSIS sedang berjalan sambil membawa beberapa berkas di tangan mereka.
"Pada kemana tuh?" Tanya Kala.
"Ya, mana gue tau lah." Jawaban Anya membuat Kala yang mendengus.
"Gue gak nanya lo.. Cuma ngomong doang." Ucap Kala yang juga memperhatikan para anggota OSIS itu.
"Oh, iya.. Waktu hari itu, lo ketemu Daniel gak?"
"Kenapa?" Kening Anya mengerut.
"Engga, soalnya waktu itu Daniel dateng ke kelas nanyain lo.. Lo ketemu dia? Ada urusan apa lo sama dia?" Anya memutar bola matanya malas.
"Gak ada urusan apa-apa kok gue sama Daniel." Jawab Anya yang kini berbalik dan menyandarkan tubuhnya.
"Terus ngapain dia nyariin lo?" Tanya Kala yang juga ikut menyandarkan tubuhnya.
"Ya, tentu saja soal Abian." Jawab Anya.
"An, terkadang gue masih heran sama lo berdua.. Gue masih gak nyangka kalo kalian pacaran.. Secara kan lo langganan di omelin dia tuh, kok bisa sekarang nempel kaya double tipe."
Anya melirik sebentar pada Kala yang terlihat penasaran, "Gak tau.." Anya menggaruk tengkuk yang tidak gatal, "Gue juga gak ngerti.. Dan entah sejak kapan juga gue punya perasaan ini sama dia." Lanjut Anya.
"Mungkin takdir lo berdua." Ucap Kala menebak-nebak.
"Mungkin."
.
.
.
Pulang sekolah.
Sesuai janji Abian, dia membawa Anya ke perpustakaan kota. Tempat yang sangat besar dan luas, ada empat lantai di dalam perpustakaan.
Ternyata banyak orang yang juga belajar disini, mereka sudah fokus dengan buku masing-masing.
Anya dan Abian memilih beberapa buku untuk menambah catatan, lalu membawanya di meja khusus untuk dua orang.
Abian langsung mengeluarkan buku catatannya, "Sini.. Aku ajarin yang belum kamu paham." Abian menyuruh Anya untuk mendekat.
Anya juga mengeluarkan buku catatannya, lalu mengikuti arahan yang Abian ajarkan.
"Jadi rumusnya harus pakai yang ini?"
"Yang barusan gue jelasin itu biar dapat di pahami sama lo.. Jadi lo coba kerjain soal yang ini pake rumus barusan.
Abian menyerahkan satu lembar kertas pada Anya, yang terdapat beberapa soal.
"Gue coba dulu ya.." Anya pun mulai mengerjakan soal dengan rumus yang Abian kerjakan.
Sambil menunggu Anya mengerjakan, Abian juga mengerjakan soal yang lain.
Mereka menghabiskan waktu disana selama hampir tiga jam, sampai suara perut Anya membuat mereka berdua hilang fokus pada buku mereka.
"Hehehe.." Anya menyengir malu, karena bunyi perut yang tiba-tiba.
"Ya udah, nanti lanjut lagi aja.. Sekarang kita cari makan dulu." Ucap Abian mengusap rambut Anya.
Anya setuju langsung menganggukkan kepalanya.
Mereka berdua membereskan buku catatannya, juga meminjam beberapa buku untuk di bawa ke rumah.
Setelah itu mereka mencari tempat makan.
Ternyata belajar bersama tidak sesulit itu, malah seru karena Abian yang membantu. -_-
Ada kemajuan lagi.
Setelah selesai makan, Abian mengantarkan Anya pulang. Hanya mengantar saja, karena sudah malam juga dan Abian harus pulang juga karena lelah.
Hari ini sudah cukup baginya, karena masih banyak waktu yang bisa merek lakukan ke depannya.
Setiba di tempat kost, mata Abian menemukan kendaraan yang tidak asing untuknya.
Dengan tergesa Abian segera masuk ke unit lantai dua dimana tempat nya tinggal.
"Sial." Umpat Abin pelan, saat melihat seorang pria yang berdiri tepat di depan pintu kamar kostnya.
"Akhirnya.. Lo balik juga."
"Ngapain lo?"
"Menurut lo?"
☘️☘️☘️
KAMU SEDANG MEMBACA
Anya Oktaviani (SLOW UP)
Ficção AdolescenteJangan lupa follow akun author yaa 🥰🥰 Cerita baru lagi nih.. Jangan lupa tambah ke cerita favorit kalian 😊 Typo bertebaran 🙏🙏 Semoga gak moodyan ya nulis nya 😁😁😁🙏🙏.. Mohon maaf bila ada kesamaan dalam Nama, tempat dllnya.. Ini real ceri...