Bab 49

22 2 0
                                    

Liburan sekolah masih ada waktu sebelas hari lagi, Abian berencana untuk pulang ke rumah. Abian ingin membicarakan apa yang terjadi padanya dan juga Galang pada orang tuanya.

Hari minggu pagi ini Abian mampir sebentar ke rumah Anya, hanya untuk pamit pulang ke rumah dan juga untuk melihat wajah cantik Anya-nya sebelum pergi.

Abian memilih hari ini karena mungkin lebih cepat lebih baik untuk membicarakan ini bersama orang tua nya, dan Anya juga ada Dean yang libur tugas juga ada Alea.

Gadis tercintanya tidak merasa kesepian.

"Aku pulang dulu, mungkin bakal beberapa hari disana.. Kamu gak papa kan?" Abian yang duduk di atas motornya, membelai rambut Anya.

Mereka bicara di pekarangan rumah Anya.

Anya yang berdiri di samping motor Abian menganggukkan kepalanya, "Gak papa, ada papa sama mama juga di rumah.. Kamu hati-hati di jalan nanti, kabarin aku kalau sudah sampai.." Jawab Anya yang sekarang memeluk Abian yang masih duduk di atas motornya.

Abian mengangguk, dan membalas pelukan Anya, "Ya, aku bakal kabarin kamu.. Tapi mungkin aku kasih kabar agak lama.. Kamu gak papa??"

Anya tau itu, Abian pasti akan mengurus masalahnya terlebih dulu.

"Iya, tapi boleh kan kabarin aku pas kamu sampai?? Aku khawatir, aku takut jika kamu tidak ada kabar." Jawab Anya.
Ya, Anya takut.
Karena setiap Abian pulang, cowok itu sulit untuk memberi kabar padanya, seolah hilang di telan bumi.

Abian mengusap rambut belakang Anya yang masih ada di pelukannya, "Aku akan usahakan itu.."

Abian melepaskan pelukannya, matahari sudah mulai terasa menyengat pada kulitnya, dia harus cepat.

Abian mengusap kening Anya lalu mengecupnya. "Aku pulang dulu.. Jaga diri baik-baik.." Pamit Abian.

Ada rasa tidak rela di tinggalkan berhari-hari, namun kembali lagi. Setiap orang punya masalahnya tersendiri, dan butuh untuk menyelesaikannya.

Anya mengangguk, "Iya hati-hati.."

Abian memasang helmnya, lalu mengusap kepala Anya pelan. Dan menyalakan mesin motornya.

"Aku sayang kamu.." Ucap Abian dengan sempat-sempatnya sebelum pergi.

Anya melambaikan tangannya sampai motor yang Abian kendarai sudah tak terlihat olehnya lagi.

Anya berjalan memasuki rumah, ada Dean yang sedang duduk di sofa sambil membaca koran ditemani segelas kopi panas.

Anya duduk di samping Dean, dan menyandarkan kepalanya di bahu Dean.

"Ada apa dengan anak papa?" Tanya Dean, melipat korannya lalu disimpan di atas meja.

Dean mengusap kepala Anya yang masih bersandar padanya.

Anya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, namun raut wajahnya terlihat sedih.

"Gak papa.. Biarkan Abian menyelesaikan masalahnya, dia tidak mau ada beban yang mengganjal dan bersikap pura-pura seolah tidak tau.. Kamu masih ada papa dan mama disini.. Segitu gak maunya di tinggal Abian kah?" Tanya Abian di akhir ucapannya sambil menggoda Anya.

Anya menegakan kembali tubuhnya dan menatap Dean dengan wajah cemberut. "Dihh, manyun gini kaya anak bebek.." Ledek Dean yang satu detik selanjutnya mendapat pukulan dari Anya.

"Ihh.. Papa ngeledek, kalau Anya anak bebek.. Berarti papa - ayahnya bebek dong." Ucap Anya yang melipatkan tangannya di depan dada.

"Lah, jadi keluarga bebek dong ini.. Haha.." Dean tertawa dan Anya pun ikut tertawa.

Rasanya Dean baru kemarin mendengar suara tangisan Anya saat lahir, sekarang anak gadisnya sudah tumbuh sebesar ini. Dan memiliki orang yang disayang selain dirinya dan Alea, waktu begitu cepat berlalu.

Dean memeluk Anya, membuat anak itu mengerutkan keningnya.
"Maafin papa jika tidak pernah ada waktu buat kamu."

Dengan cepat Anya menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin menangis lagi hari ini. Anya ingin bahagia.

"Anya seneng kok, setiap papa pulang.. Papa selalu bikin Anya bahagia, papa sering ajak Anya main kalau papa ada di rumah.. Papa gak salah, papa jangan minta maaf.. Anya gak mau nangis lagi.. Anya mau ketawa bahagia bersama papa, mama dan orang-orang yang Anya sayang.." Jawab Anya mendongak menatap mata Dean.

Dean tersenyum.

Gadis kecilnya sudah dewasa.

Ada rasa tak rela anak gadisnya tumbuh dewasa dengan cepat, tanpa melihat prosesnya dengan full.

Dean mengusap rambut Anya memberikan kecupan di puncuk kepala anak tercinta.

"Heii, itu suami aku.. Ngapain kalian pelukan kaya gitu?" Alea sudah berdiri di dekat mereka dengan berkacak pinggang.

Saat keluar kamar, hal pertama yang dia lihat keromantisan anak dan ayah. Alea merasa cemburu.

Anya terkekeh dan malah mempererat pelukannya pada Dean.

"Heii, itu suami mama.." Alea menghentakan kakinya lalu duduk di sisi kiri Dean dan ikut memeluk prianya.

"Ini punya mama ya.." Ucap Alea seolah memperingati pada anaknya sendiri.

"Dan ini papa Anya ya.." Anya yang tak mau kalah pun ikut memberi peringatan.

Dean hanya terkekeh dikelilingi dua wanita cantik yang dia cintai.

"Papa punya kalian berdua.. Papa beruntung memiliki dua wanita luar biasa seperti kalian.. Papa sayang sama kalian berdua.." Ucap Dean mengecup kening Anya lalu mengecup kening Alea namun cukup lama.

Membuat Alea senang.

Anya kembali terkekeh melihat tingkah Alea yang tidak mau tersaingi soal Dean.

"Ekhemm.. Maaf tuan nyonya, itu.. Sarapannya udah siap." Ucap bibi yang tiba-tiba mengganggu suasana romantis keluarga ini.

Bibi terkekeh melihat dua wanita majikannya yang terlihat cemberut karena Dean yang melepas pelukan mereka.

"Papa laper.. Kalau mama sama Anya gak laper sih ya~ udah.." Ucap Dean yang langsung lari ke dapur.

"PAPA!!!!" Teriak Alea dan Anya bersamaan.

Dean terkekeh saat sudah tiba di dapur dan duduk di kursi meja makan, kedua wanitanya datang bersamaan dan juga duduk di sisi kanan dan kirinya.

Bibi membantu menyiapkan mereka sarapan, suasana pagi ini sungguh menyenangkan.

Suasana pagi yang selalu di harapkan oleh Anya.

Dan berharap setiap pagi nya ingin selalu seperti ini, walau tidak mungkin.. Tapi untuk sekarang, aku bahagia..

☘️☘️☘️

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang