Bab 14

48 3 0
                                    

Selama dua hari Anya izin tidak masuk sekolah dan di hari ini, hari rabu. Hari diaman dirinya harus mendapati kesialan lagi.

Bangun kesiangan.

Alea sudah kembali dengan pekerjaannya, dan pergi pagi-pagi sekali.

Anya mendengus kesal, bersiap berangkat sekolah di antar supir. Karena belum boleh menyetir sendirian.

Tanpa sarapan dan seperti biasa rambut yang di cepol acak, Anya turun dari mobil.

Matanya menemukan cowok yang sudah dia sangka, Abian. Cowok itu sudah berdiri di dekat gerbang dengan membawa buku kesayangannya. (Buku kesiswaan).

Anya lagi-lagi mendengus.

Lagi.

Pasti hukuman lagi.

Dengan berjalan pasti Anya menghampiri Abian, cowok itu mengusap wajahnya kasar. Terdengar hembusan berat darinya, membuat Anya mendongak menatap Abian.

Pasrah.

Itu yang saat ini Anya rasakan.

"Kenapa bisa?" Tanya Abian membuka suara.

"Apanya?" Gadis ini malah balik tanya membuat Abian kembali menghela.

"Kenapa bisa terlambat lagi?"

"Ya bisa lah.."

Abian mengusap wajahnya lagi, bahkan Abian tidak bisa memikirkan hukuman apa lagi untuk Anya. Bahkan gadis ini baru saja masuk kembali ke sekolah setelah izin sakit.

Abian tidak setega itu.

Itu menurut dirinya sendiri.

Berbeda dengan Anya.

Anya selalu merasakan Abian menyebalkan.

Abian menulis nama Anya Oktaviani di buku yang sedari tadi dia pegang.

"Masuk aja.." Ucap Abian yang langsung bergeser, memberi Anya jalan.

Karena Abian menghampiri siswa yang juga datang terlambat.

Anya bengong.

Jelas.

Tidak percaya, bahwa Abian tidak menambahkan omelan padanya.

Namun Anya langsung tersadar dan melangkah melewati gerbang berjalan menuju kelasnya.

Dan kali ini Anya beruntung, saat tiba di kelas guru masih belum datang.

Anya langsung menuju bangkunya dan bernafas lega.
Kala yang sedari memperhatikan dirinya membuat Anya sedikit terganggu.

"Iya, mau ngomong apa?" Tanya Anya menoleh pada Kala.

"Lo gak di cegat Abian?" Kan, bahkan Kala pun merasa heran.

Tau jika Anya terlambat, namun tidak akan secepat ini untuk masuk ke kelas.

Anya mengangguk, "Gue di cegat.." Jawab Anya lalu mengeluarkan buku pelajaran pertama.

"Nah.. Kok bisa udah ke kelas lagi?" Anya mengedikan bahunya, tanpa menjawab. Karena guru sudah masuk kelas.

Anya pun berhasil mengikuti pelajaran pertama dari awal.

Jam istrahat pertama sudah mulai sejak lima menit yang lalu.

"Mau kantin gak sih.." Ketus Kala yang menunggu Anya tidak juga bangun dari bangkunya.

"Gue laper.. Masa lo gak laper sih.. " Cerocos Kala.

Anya menghela nafas lalu bangun, Kala tersenyum lalu merangkul tangan kanan Anya dan membawanya ke kantin.

"Ehh buset penuh banget ni kantin.." Ya, makanya Anya masih berdiam di kelas karena ini.

Dirinya malas jiga terlalu banyak orang di jam istrahat pertama, malas untuk berdesakan, berebut makanan.

Saat Anya hendak berbalik, Kala langsung mencegahnya.
"Nohh ada tempat kosong." Tunjuk Kala, dan mereka menuju tempat itu.

"Lo tunggu aja.. Gue yang pesenin.. Lo mau beli apa?" Tanya Kala.

Anya yang memang belum sarapan tapi malas makan makanan berat,
"Titip roti aja sama minum.." Jawab Anya.

Kala mengangguk, "Udah itu aja?"

"Ya.." Singkat dan jelas.

Kala langsung pergi.

Sambil menunggu Kala, Anya memainkan ponselnya.
Dan melihat grup tongkrongan nya cukup rame, banyak notif masuk.

Tapi Anya hanya membaca tanpa niat ikut nimbrung.

Saat matanya teralih dari layar ponsel, namun sialnya malah bertatapan dengan Abian yang sedang berdiri tak jauh dari pintu kantin.

Anya langsung membuang muka.

Orang gila..
Umpat Anya dalam hati.

Tak lama Kala membawa pesanan mereka, Kala yang memilih makan mie dan menyerahkan roti pada Anya.

Anya memakannya tanpa selera, dan dirinya juga melihat Abian yang duduk di meja depannya. Membuat pandangan mata Anya terganggu.

Apa gak ada meja lain gitu..
Ucap Anya dalam hati.

Namun Anya mengedarkan pandangannya, dan ternyata sudah terisi penuh.

Lagi-lagi Anya mendengus.

"Kenapa lo?" Tanya Kala yang menyadari sahabatnya ini sedari dia tiba udah bad mood.

"Gak papa.." Jawab Anya singkat.

Mengingat kembali kejadian dua hari sebelumnya, Anya masih berasa aneh.
Sikap Abian yang saat itu berbeda, lebih banyak bicara. Tapi setelah dirinya kembali sekolah, seolah-olah kejadian itu tidak terulang.

Abian menyebalkan.

Anya berniat akan ke cafe setelah pulang sekolah, sekalian nenangin otak sama hatinya.

Hari ini tidak ada yang spesial, seperti hari-hari biasanya. Mengikuti pelajaran sampai waktunya jam pulang tiba, dan selama itu tidak ada Abian yang memanggilnya atau guru kesiswaan.

Aneh..

Anya sudah yakin akan mendapatkan hukuman lagi yang entah apa, tapi sampai sekarang sudah waktunya pulang. Bahkan Anya menunggu di kelas selama lima belas menit tidak ada yang memanggilnya.

Berarti tidak ada hukuman?

Baguslah.

Anya langsung berdiri karena kelas juga sudah mulai sepi, Kala? Dia sudah pulang lebih dulu.

Meninggalkan kelas, memesan ojek online. Untuk mengantarnya ke cafe.

Abian memperhatikan Anya yang sudah meninggalkan sekolah dengan menaiki motor.

"Lo gak bakal gabung dulu?" Tanya teman si sebelahnya.

"Sorry, gue ada urusan.." Tolak Abian.

"Oke deh.. Hati-hati bro.." Lanjut temannya.

Dan Abian hanya mengangguk, lalu menuju tempat parkir dimana motornya berada.

Abian pun meninggalkan sekolah.

☘️☘️

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang