Bab18🌸

48 3 0
                                    

Setelah melihat Abian menutup pintu kamarnya, Anya bangun dan mencari ponselnya.

Ah, ternyata masih nyala.

Anya melihat aplikasi chat, disana ada pesan masuk dari Alea dan Dean. Anya juga melihat hanya tinggal grup kelas saja, berarti semua nya sudah selesai.

Lalu Anya juga melihat ada banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Vino.

Percuma,
Sama aja..
Jadi sebenarnya siapa yang beg*? Apa emang ini salah gue? Apa emang gue gak bisa minta seseorang buat ada di sisi gue, bahkan sebagai teman pun? Dirumah gue sendirian, di sekolah gue cuma punya Kala (Abian gak di akui cuy..), padahal gue cuma punya kalian, jadi yang selama ini dilakuin bareng-bareng itu ternyata bohong..
Jadi siapa sebenernya yang jahat disini?
Gue??

Anya membaringkan tubuhnya kembali, menutup matanya dan mengusap kasar air mata yang mengalir.

Kepalanya terasa berat, bahkan sekarang Anya merasa menggigil.
Tidak ada yang menemaninya, bibi selalu di lantai satu.

Sampai tanpa sadar Anya mengharapkan Abian tidak pulang dan menemaninya disini.

Pagi pun tiba.

Anya mendapat pesan dari Abian yang sudah membuat izin untuknya, padahal Anya baru masuk sekolah dan sekarang sudah izin lagi.

Anya menutup matanya dengan lengan, setelah membalas pesan Abian.

Lalu pintu kamarnya ada yang mengetuk.

Tok.. Tok..
"Neng, bibi bawa sarapan.." Ternyata bibi.

"Masuk bi, gak Anya kunci." Ucap Anya.
Lemas, bahkan untuk bangun pun Anya terasa berat.

Bibi membuka pintu dan berjalan menghampiri Anya. Anya di bantu bibi untuk duduk, dan meminum air putih yang bibi bawa.

"Mau bibi bantu neng?" Tanya bibi saat Anya menerima mangkuk berisi bubur.

Anya menggeleng, "gak usah bi.. Anya bisa." Jawabnya sambil tersenyum.

Wajah Anya pucat.

"Bibi ke bawah dulu ya ambilin obat.." Ucap bibi.

"Iya bi."

Bibi keluar kamar Anya.

Anya pun mulai memakan buburnya, meski tidak nafsu makan. Namun Anya memaksakan, padahal hanya bubur tapi satu suap pun Anya menelannya lama.

Sampai bibi datang ke kamarnya lagi, meletakan obat di nakas sebelah tempat tidur Anya. Lalu pamit lagi kebawah melanjutkan pekerjaannya.

Dan Anya baru memakan tiga sendok bubur.

Sambil memakan bubur, mata Anya terus melirik ponsel di sampingnya.
Meski ada beberapa notif masuk, tapi bukan itu yang di tunggu Anya.

Anya menunggu balasan dari Abian, setelah dirinya membalas pesan Abian tadi. Dan Abian tidak membalas pesannya sampai sekarang.

Anya melirik jam, ternyata sudah jam sembilan pagi. Tandanya pelajaran pertama sudah di mulai sejak tadi.

Kening Anya mengerut, tersadar dengan apa yang sekarang dirasakan.

Kenapa gue nunggu balesan Abian?
Ucapnya dalam hati.

Hah..
Anya menghela nafas, dan bubur yang dia makan sudah habis. Anya meletakan mangkuk kosong itu di nampan atas nakas tak lupa Anya minum, dan obat yang bibi bawa tadi juga di minum.

Bunyi jarum jam terdengar jelas di kamar, setiap saat Anya melirik jam dinding disana. Waktu berjalan sangat lambat, baru satu jam terlewati sejak dirinya menghabiskan bubur.

Menunggu jam pulang sekolah masih sangat lama, dan itu juga berarti Abian masih lama datang ke rumahnya.

Anya memilih untuk tidur kembali, karena mungkin efek obat tadi. Anya merasa ngantuk.

Di sekolah..

Setelah jam pelajaran pertama selesai, Abian memeriksa ponselnya. Ada balasan dari Anya, namun dia tak membalasnya lagi keburu guru pelajaran kedua sudah datang.

Hah, tepat waktu sekali.

Entah kenapa, Abian juga merasa waktu  berjalan sangat lambat. Dan bahkan fokus Abian terpecah, dikelas, di ruang OSIS juga pada Anya yang ada dirumah.

Entah kenapa dirinya bisa lupa jika pulang sekolah ada rapat OSIS, mengenai Olimpiade matematika yang di selenggarakan antar sekolah.

Abian di ingatkan lagi saat jam istirahat pertama tadi oleh rekan OSIS nya.

Ah sial.

Padahal Abian ingin cepat tiba di rumah Anya, dan melihat keadaan gadis itu. Abian bahkan masih tidak sempat memberi kabar pada Anya, hari ini entah kenapa benar-benar sibuk.

Abian sendiri pun heran.

Saat mau mengetik, tiba-tiba ada yang mencarinya atau ada yang bertanya padanya untuk menjelaskan soal yang tidak di pahami.

Abian melihat jam yang melingkar di tangannya.

Sial, sudah jam lima sore..
Umpat Abian.

Abian yang melihat tugas OSIS nya ternyata masih menumpuk.

"Dan.. Dan.." Panggil Abian pada Daniel wakil ketua OSIS.

"Apa?" Jawab Daniel sambil fokus menulis.

"Gue izin balik duluan gak papa kan?" Kini Daniel langsung menoleh pada Abian.

Daniel melihat Abian yang terlihat resah, bahkan sebenarnya Daniel sadar sedari tadi ada yang tidak beres dengan Abian.

"Hmm, ya.." Jawab Daniel.

"Oke thanks ya.. Gue balik duluan.." Ucap Abian lalu membereskan barang-barangnya dengan cepat dan berlari keluar dari ruang OSIS menuju tempat parkir.

Daniel mengizinkan Abian karena tidak pernah melihat ekspresi wajah temannya seperti itu, meski sebanyak apapun tugas. Abian tidak pernah terlihat seperti itu kecuali soal kejadian orang tua Abian saat dulu.

Kini Abian melajukan motornya menuju rumah Anya, langit terlihat mendung. Abian berharap dirinya tidak kehujanan sebelum tiba di rumah Anya.

Abian pun merasakan rasa yang asing setiap melihat atau berada di dekat Anya, dan itu entah sejak kapan.

Langit terdengar bergemuruh, tetesan tipis mulai terasa di kulit Abian.

"Pliss, jangan dulu hujan.." Ucap Abian monolog.

Motornya melesat cepat membelah jalan raya, dan akhirnya tiba di rumah Anya. Lalu hujan pun turun dan langsung deras.

☘️☘️

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang