Bab 62

30 1 0
                                    

6 bulan kemudian.

Setelah kenaikan kelas, menjadi murid kelas 12. Banyak hal yang Anya dapatkan, dan banyak yang berubah juga dalam hidupnya.

Apa yang Anya harapkan sejak dulu, kini satu persatu terwujud.

Seperti..

Kehangatan keluarga ✔️
Sahabat, teman ✔️
Pacar ✔️

Mereka semua selalu ada di samping Anya tanpa berpura-pura, seperti saat dulu.

Anya senang sekaligus bahagia.

Di musim kedua akhir semester ini, murid kelas 12 dibuat sibuk dengan contoh soal dan juga ujian harian.

Saat ini di kelas Anya sedang membagi kelompok untuk mendiskusikan soal, meja mereka di satukan dan mereka duduk melingkari meja.

Masih ada waktu 30 menit lagi sampai mata pelajaran ini selesai.

"Menurut gue, segini udah cukup sih sebagai jawaban.." Ucap Toni (teman sekelas Anya).

"Tapi ada yang kurang gitu.. Cuma gue belum nemu apa." Sahut Fahri (ketua kelas).

Ada rasa beruntung bagi Anya karena satu kelompok dengan ketua kelas, karena? Cowok ini memang pintar dan pandai.

"Kalau menurut gue.. Gue setuju sama yang di bilang Toni.. Ini udah pas." Sahut Anya sambil menepuk-nepuk pelan pipinya dengan pulpen.

"Sa, menurut lo gimana?" Tanya Fahri pada Salsa (sekertaris kelas).

"Cukup sih.. Udah segini aja.. Serahin ke depan gih.." Jawab Salsa dan menyuruh Fahri untuk mengumpulkan tugas mereka.

Fahri mengambil kertas jawabannya dan membaca ulang sebentar hasil kerja sama kelompok mereka.

"Oke deh.." Setelah cukup yakin, akhirnya Fahri berdiri dan menyerahkan tugasnya pada guru.

Kelompok mereka menghela nafas lega, karena otak mereka sudah cukup lelah. Dari mata pelajaran pertama hingga sekarang, mata pelajaran ke tiga di buat bekerja keras untuk berpikir.

"Oke.. Kelompok kalian boleh pulang lebih awal.." Ucap Guru.

Mereka awalnya bengong namun-

"YEEAAAAYYYY..." Mereka teriak gembira.

"Sstt... Gak usah berisik!" Tegas guru mengingatkan mereka.

"Hehe..." Mereka semua menutup mulut dan tertawa pelan.

Hal ini hanya berlaku bagi kelompok Anya.

Anya senang dan meledek Kala yang berada di kelompok lain, yang juga belum menyelesaikan tugasnya.

"Bye.. Bye.. Kala.." Bisik Anya saat akan keluar kelas tepat di telinga Kala.

Kala tentu saja kesal.

Dan mendengus.

Anya terkekeh melihat sahabatnya yang sedang kesal.

Sudah hampir terbiasa Anya tidak selalu satu kelompok dengan Kala, karena dirinya sudah akrab teman sekelas maupun yang lain.

Anya menenteng tasnya di bahu, lalu berjalan menuju taman sekolah. Setelah berpamitan dengan teman satu kelompoknya yang memilih pergi ke kantin.

Anya memilih tempat ini karena bisa melihat kelas Abian dengan jelas.

Anya hanya ingin melihat Abian yang sedang belajar.

Setelah tiba di taman, Anya duduk disalah satu bangku taman. Tempat biasa dia duduk memperhatikan Abian, dari sini.

Kening Anya mengerut.

"Kok kelasnya kosong." Gumam Anya saat melihat kelas Abian sepi.

Anya melihat jam tangannya, "Masih jam pelajaran kok." Ucapnya lagi. "Apa ada jadwal praktek ya?".

Anya menggaruk kepalanya, merasa lupa dengan jadwal mata pelajaran sang pacar.

Mereka saling tukar jadwal mata pelajaran, entahlah.

Mereka bilang biar mereka sama-sama tahu jadwal masing-masing.

Anya memilih mengeluarkan headset bluetooth-nya, mendengarkan lagu sepertinya cocok.

Sambil menunggu Abian, yang mungkin sedang berada di ruang praktek atau lab.

Sedang asik mendengarkan musik sambil baca novel di wp, tiba-tiba berasa ada orang yang duduk disebelah.

Anya menoleh.

"Daniel?"

Daniel yang di sebut namanya menengok. "Hmm.."

"Abian mana?" Tanya basa basi dan bertanya kenapa ini orang ada di sebelahnya.

"Ke ruang guru dulu.." Jawab Daniel sambil sibuk dengan ponselnya.

"Lo kenapa jam segini udah diluar kelas?" Anya kembali menoleh pada Daniel yang tak sedikit pun ingin berpaling dari ponselnya.

Sibuk amat.

Anya tau, pasti Daniel lagi cek kerjaannya.

"Tugas gue udah kelar duluan.. Ya, jadi gue disini." Jawab Anya yang lanjut baca novel.

"Sendiri?"

"Satu kelompok.. Cuma mereka pada ke kantin.."

"Oh." Daniel menjawab dengan singkat, membuat Anya tak bisa meneruskan percakapan ini.

Sudahlah.

Anya juga tidak mempermasalahkannya.

Tak lama Abian pun datang sambil berlari, nafas yang terengah-engah. Terlihat wow dimata Anya.

"Kenapa harus lari?" Tanya Anya, saat Abian sudah berada di depannya.

"Gak mau bikin kamu nunggu lama." Jawab Abian yang sekarang duduk di tengah-tengah, antara Anya dan Daniel.

Menyandarkan tubuhnya.

"Ini minum dulu." Anya memberikan botol minumnya.

"Makasih.." Abian menerima dan langsung meminumnya sampai habis.

Lalu tiba-tiba lagi Daniel berdiri, "Gue duluan.." Dan pamit pergi begitu saja.

Anya bengong melihat kelakuan Daniel yang tidak berubah.

Abian hanya mengacungkan jembol tangannya saja.

"Kamu udah selesai?" Anya lebih memilih mengabaikan Daniel yang seperti itu dan kembali bertanya pada Abian.

"Udah kok.. Kamu udah?" Dan Anya mengangguk sebagai jawaban. "Mau langsung pulang? Apa mau main ke tempat aku?" Lanjut Abian.

"Hmmm.. Main deh di tempat kamu, lagian di rumah cuma bibi aja.. Mama masih ada meeting, banyak banget." Jawab Anya melepas headset-nya dan memasukan ke dalam tas.

"Ya udah yuk.. Pulang sekarang, sekalian beli makan.. Makan nya di tempat aku.." Abian berdiri dan mengulurkan tangannya.

Anya tentu saja menerima, dan mereka berjalan berpegangan tangan menuju parkiran siswa.

Tentu saja Anya akan mengirim pesan pada Alea, jika dirinya akan ke tempat Abian. Juga mengirim pesan pada Kala yang masih terjebak di dalam kelas, merasa kasihan tapi mau gimana lagi. Haha.

Anya juga gak akan bisa pulang bareng Kala, karena Kala selalu dijemput tepat waktu.

Setelah tiba di parkiran, Abian membantu memasangian helm pada Anya. Juga membantu Anya menaiki motornya, untung Anya pake celana olahraga. Kalau engga, bakal susah dan ribet.

"Mau makan apa?" Tanya Abian yang mulai menyalakan mesin motornya.

"Apa aja deh yang penting ada nasinya, hehe." Kedua tangan Anya melingkar jelas di pinggang Abian.

Abian?
Tentu saja senang sekaliii..

Mereka berdua keluar melewati gerbang sekolah, tak lupa Abian selalu membunyikan klaksonnya pada pak satpam yang melihat mereka sambil geleng-geleng kepala.

Mau heran tapi itu mereka, mantan ketua OSIS sama mantan langganan ruangan kesiswaan.

Luar biasaa...

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang