Bab 2

118 7 0
                                    

Masih lanjuuutt..
Jangan lupa vote dan komen yaaa 😗😗😗😗

Happy Reading 💜💜

.

.

.

.




Satu jam sudah berlalu, Anya sudah membersihkan sebagian taman. Anya memilih duduk dan beristirahat sebentar, keringat bercucuran di kening gadis ini.

"Cuma gara-gara rambut gue gak di iket, dan ini yang gue harus lakuin??" Ucap Anya sambil menepuk keningnya pelan.

Anya mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan melihat hanya ada pesan dari Kala, juga teman nongkrongnya yang beda sekolah.

Tidak ada pesan dari orang tuanya, dan itu sudah Anya duga. Orang tua Anya memang sibuk, Ayah Anya berprofesi sebagai dokter ahli bedah di rumah sakit terkenal. Lalu ibu Anya, dia di tunjuk oleh Kakeknya untuk memegang salah satu perusahaan properti.

Jadi, Anya tidak ada waktu bersama orang tuanya. Meskipun orang tua Anya sangat baik dan perhatian pada anak satu-satunya itu, hanya saja mereka terlalu sibuk dengan dunianya.

Anya menyerah, dirinya tidak sanggup lagi untuk melakukan bersih-bersih ini, Anya menyimpan penyapu dan pengki di ujung. Lalu Anya mengambil tasnya dan meninggalkan taman sekolah.

Meninggalkan sisa hukuman.

Abian masih memperhatikan dari tempatnya, Abian juga tidak berlari untuk menghalang Anya agar tidak pergi. Abian membiarkannya namun Abian mulai melangkahkan kakinya mengikuti gadis itu dengan agak berjarak.

Abian melihat Anya yang berdiri di luar gerbang sekolah, seolah tengah menunggu seseorang. Benar, lalu tak lama kemudian ada sepeda motor berhenti tepat di depan Anya.

Seorang cowok yang juga memakai seragam abu-abu. Tapi Abian tidak tau cowok itu dari sekolah mana karena tertutupi oleh jaket, juga wajah yang tertutup helm fullface.

Anya pun pergi menaiki motor yang di kendarai cowok tadi.

Siapa?

Siapa orang itu?

Abian juga memilih pergi dengan motor nya, meninggalkan sekolah yang sudah sangat sepi. Hanya ada penjaga sekolah.

***

Anya berhenti di sebuah cafe tempat dia sering nongkrong, ya cowok yang menjemput Anya salah satu teman tongkrongan nya.

"Wihh.. Si cantik baru dateng nihh." Ucap Dito, setibanya Anya.

Tempat ini memiliki sejarah cukup mengesankan bagi mereka, mereka ini sebenarnya geng motor yang sering balapan liar. Tapi entah kenapa semuanya berubah setelah Anya bergabung, bahkan Anya membantu membuat cafe ini berdiri dan menjadi ramai seperti sekarang.

"Di, pesenin gue macha dong.." Anya duduk di kursi dan menyuruh Dito.

"Siap cantik.." Meski ucapan Dito seperti itu, Anya tidak marah.

"Tumben lo lama balik?" Tanya Rara, teman nongkrong Anya juga yang beda sekolah.

"Biasa.. Gue dapet hukuman dulu." Jawab Anya sambil menerima macha yang di bawa Dito lalu meminumnya.

Gelas yang terisi penuh kini tinggal setengah, Anya merasa haus dan lelah. Tapi malam ini Anya harus hadir di acara pertandingan temannya.

Ya, setelah berhenti balapan liar mereka memilih mengalihkannya ke pertandingan-pertandingan resmi.

"Si Vino jadi tanding gak?" Tanya Anya setelah meletakan gelasnya.

Dito dan yang lain mengangguk.

"Ohh.. Terus mana si Vino nya?" Lanjut Anya.

Mereka melongo heran, "Lah, bukannya tadi lo di bareng si Vino.. Kok malah nanya kita-kita.." Jawab Dito sambil menunjuk dirinya dan teman sebelahnya.

Benar, cowok yang bersama Anya tadi adalah Vino. Tapi setelah Anya turun dari motor dan langsung masuk cafe tidak melihat lagi keberadaan Vino.

"Makanya gue nanya juga kan si Vino gak ngikutin gue masuk.." Lanjut Anya.

Benar juga, mereka semua baru sadar jika Vino tidak ikut masuk ke dalam cafe.

"Bentar gue telpon dulu.." Sahut Rara, dan Anya mengangguk.

Setelah beberapa menit berlalu Rara selesai menelepon Vino.

"Si Vino udah di lokasi tanding, katanya jadwalnya di majuin.. Dia bilang tinggal setengah jam lagi mulai, terus nyuruh kita cepet nyusul kesana.." Ucap Rara.

"Ya udah kita berangkat sekarang aja.. Gue nebeng sama yang gak boncengan.." Lanjut Anya.

Mereka semua bersiap untuk pergi, tak lupa pamit ke bibi yang jaga cafe ini.

Ada sekitar 5 sepeda motor yang pergi menuju tempat pertandingan Vino.
Kali ini Vino masuk ke babak final pertandingan boxing.

Sebenarnya, Vino dan beberapa teman lainnya satu tingkat dari Anya. Yang berarti Kakak kelas, tapi Anya tidak memanggil mereka dengan sebutan 'Kakak'. Dan karena mereka juga tidak mau, biar keliatan lebih akrab kalo kata si Dito.

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang