Bab 28

29 4 0
                                    

Semenjak tadi Anya tidak bisa melihat Abian, mengobrol saja tidak bisa. Jam istrahat tadi hanya di temani Kala, biasanya Abian selalu mengajaknya ke ruang OSIS.

Abian juga tidak memberinya pesan, isi teks nya masih pembicaraan terakhir kemarin.

Saat dirinya tengah melamun di taman sekolah tiba-tiba Sonia datang dengan kedua temannya, entahlah Anya tidak tau siapa nama mereka.

"Lo di tunggu di belakang perpus malah disini." Ucap Sonia yang di buat centil.

Anya memutar bola mata jengah.

Malas sekali jiga berurusan dengan orang seperti Sonia ini.

"Disini aja kalau mau ngomong." Ucap Anya santai.

"Lo kok belagu banget ngomongnya." Ucap salah satu teman Sonia yang berambut pendek.

Anya hanya diam tidak minat menjawab.

"Denger ya, lo tuh gak cocok sama Abian." Ucap Sonia dengan jari telunjuknya menekan kening Anya.

Anya tidak terima di perlakukan seperti ini, Anya menepis tangan Sonia.

"Heii, sopan dong lo." Cewek sebelah Sonia sepertinya sangat tidak suka pada Anya, terlihat jelas dari ucapannya dan sorot matanya.

"Mau ngomong apa?" Tanya Anya malas.

"Lo gak usah deket-deket Abian deh mulai sekarang.." Jawab Sonia yang memainkan ujung rambut nya.

Jijik.

"Apa hak lo larang gue?" Anya memang tidak takut pada mereka.

"Ya berhak dong, Abian tuh cocok nya sama gue." Dengan PDnya Sonia bicara seperti itu.

"Lo gak punya kaca ya di rumah?" Jari telunjuk Anya menekan di dada Sonia.

"Maksud lo apa?" Sonia mendorong tubuh Anya, membuat gadis itu terhuyung ke belakang.

"Lo gila hah!!" Sekarang kesabaran Anya sudah menipis.

"Anj*ng!" Sonia juga kesal, dia menarik rambut Anya sampai merintih kesakitan.

"CEWEK GILA!!" Anya yang tak ingin kalah pun membalas menarik rambut Sonia.

Disini Anya kewalahan, karena pihak Sonia tiga orang dan dirinya sendiri.

"LO YANG GILA!" Teriak Sonia.

"STOP.. BERHENTI.." Seseorang tiba-tiba berteriak dan langsung melerai mereka.

Abian.

Cowok itu muncul dengan terengah.

Abian membawa Anya di belakang tubuhnya, kini Anya bisa melihat Abian.

Senyum tipis tersirat di bibir Anya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Abian meminat keningnya.

Dirinya sudah pusing dengan masalah pribadi, terus tugas sekolah juga OSIS dan sekarang. Abian melihat pacarnya berantem.

Tidak ada yang menjawab, sekarang Abian berbalik dan menatap Anya.
"Lo mau jelasin ke gue?" Tanya Abian.

"Mereka bilang gue gak cocok sama lo." Jawaban Anya membuat kening Abian mengerut juga kebingungan.

"Maksudnya?" Tanya Abian.

"Mereka bilang gue cewek gil*.. Gak pantes dapetin lo.. Dan gue nanya dong, apa hak mereka.." Lanjut Anya.

Mendengar penjelasan dari Anya, Sonia dkk mulai terlihat resah. Karena mendapat lirikan dingin dari Abian.

"Terus?"

"Terus rambut gue di tarik sama dia." Anya menunjuk pada Sonia, membuat Sonia terkejut.

"E-engga gitu, g-gue bisa jelasin Abian." Sela Sonia membela dirinya dengan terbata-bata.

"Lo percaya gue atau mereka?" Sekarang Anya yang bertanya pada Abian.

"Lo-

"Cukup.. Semua nya ikut gue ke ruang kesiswaan.." Abian menyela Sonia yang ingin bicara.

"APA?" Jawab mereka berempat kompak saat mendengar Abian bicara seperti itu.

Anya hanya menghela nafas pasrah, lagi. Namanya akan tertulis lagi di buku kesiswaan.

Gak ada ngaruhnya punya pacar ketua OSIS, tetep aja langganan ruang kesiswaan.

Anya mengekor di belakang Abian juga Sonia dkk, mereka tiba di ruangan kesiswaan. Abian menjelaskan kejadian tadi, dan Anya juga menjelaskan dari sisi dirinya.

Pak Randy terlihat menghela nafas berat, "Kalian lagi.. Kalian lagi.. Pusing saya." Ucap Pak Randy menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursinya. "Kalian itu tidak pernah lelah gitu? Saya saja lelah melihat kelakuan kalian.. Dan Sonia, sudah bapak bilang berapa kali.. Rambut kamu jangan di cat warna merah.. Kamu mau sekolah atau hanya bermain-main?" Lanjut Pak Randy.

Kini mata Pak Randy beralih pada Anya, "dan kamu Anya.. Bulan ini kamu sudah berapa kali tercatat di buku kesiswaan? Apa saya harus menghubungi orang tua kamu?"

Anya yang awalnya menunduk kini menatap Pak Randy, dengan tatapan memelas. Anya berharap Pak Randy tidak memberitahukan orang tuanya.

"Kalian semua dapat hukuman pulang sekolah, jangan ada yang berani kabur." Itu putusan Pak Randy.

Sekarang mereka keluar dari ruang kesiswaan termasuk Abian, Sonia dkk berjalan sambil menghentakan kakinya karena kesal harus mendapatkan hukuman.

Abian dan Anya berjalan di belakang mereka dengan agak berjarak, Abian menghela nafasnya lalu tangan kanannya mengusap kepala Anya.

"Ada yang sakit?" Tanya Abian menghentikan langkahnya.

"Sakit lah, rambut gue di tarik dia." Jawab Anya sedikit kesal.

"Ikut gue." Kini tangan Abian menarik tangan Anya, membuat gadis itu mau tak mau mengikuti langkah Abian.

Untung saja di Koridor sekolah sekarang sepi, karena pembelajaran sudah berlangsung sejak tadi.

Abian membawa Anya ke ruang UKS, menyuruh gadis itu untuk duduk di tempat tidur. Lalu Abian berdiri dan memeriksa kepala Anya, melihat apa ada luka atau tidak di kepalanya.

Abian bernafas lega, tidak ada luka disana. Abian mengusap lembut kepala Anya, dengan mata yang menatapnya teduh.

"Cuma perih aja karena ke tarik." Ucap Anya seolah tau apa pikiran Abian.

Abian mengangguk, "iya gue ngerti kok." Kini Abian duduk di samping Anya.

Dengan cepat Anya menyandarkan kepalanya di bahu kanan Abian.

"Ada yang mau di ceritain ke gue?" Tanya Anya yang membuat Abian terkejut.

"Kok, lo bisa tau?" Tanya Abian.

"Keliatan banget dari wajah lo." Jawab Anya.

"Begitu ya?"

"He.em."

"Gue.. Gue.. "

"Gak usah cerita juga gak papa.. Nanti aja kalo lo udah siap, bilang ke gue." Anya menegakan kembali kepalanya yang sekarang menghadap Abian.

Memandang wajah Abian yang entah sejak kapan membuatnya selalu rindu pada cowok ini.

"Lo juga gak sendiri kok.. Lo juga ada gue, lo bisa andelin gue.." Lanjut Anya mengusap tangan Abian.

Abian tersenyum, "thanks ya.. Hati gue emang gak salah." Ucap Abian yang membuat Anya kebingungan.

"Maksudnya gimana?"

"Udah sekarang balik kelas dulu, lo jangan sampai bolos.." Ucap Abian mengacak pelan rambut Anya.

Anya mendengus pelan, kesal sama sikap Abian.

Sisi Abian yang menyebalkan memang sudah melekat pada cowok itu.

Kalau bukan pacar, udah Anya cubit tuh ginjalnya.

Ngeri banget cuy.

☘️☘️

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang