Bab25

37 3 0
                                    

Anya masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.

Seperti tidak nyata.

Kalian percaya dengan cinta yang tumbuh dengan tiba-tiba?

Cinta yang datang tanpa diundang?

Apa Abian tidak salah bicara?

Atau kupingnya mengalami gangguan pendengaran?

Tapi maaf kuping Anya masih bisa mendengar jelas.

Lantas?

Apa Abian serius dengan yang di ucapnya?

"G-gue gak salah denger kan?" Tanya Anya gugup dengan wajah yang memerah, Anya yakin itu.

Tangan Abian masih menggenggam tangan Anya, ibu jari cowok itu mengusap pelan punggung tangan Anya. Menyalurkan apa yang sedang dia rasakan.

Abian mengangguk.

Benar Anya tidak salah dengar.

"Iya itu benar.. Awalnya gue takut, gue ngerasa gak bisa.." Jawab Abian.

"S-sejak k-kapan? K-enapa gua?" Sialan, Anya masih gugup.

"Kalau lo tanya gitu.. Gue juga bingung sejak kapan dan kenapa.. Tapi," Ucap Abian tertahan.

"Tapi?" Kepala Anya sedikit memiring ke kiri, dengan wajah yang penasaran.

Menggemaskan.

"Tapi.. Kalau boleh jujur, gue udah sering merhatiin lo dari jauh dan udah sejak lama.." Lanjut Abian.

"Kenapa bisa? Kenapa lo bisa suka sama gue? Lo tau kan gue di sekolah kayak gimana?" Tanya Anya yang masih tidak menyangka.

"Tentu bisa." Jawab Abian pasti, "jadi jawaban dari pernyataan gue apa?" Sekarang Abian yang balik tanya.

Wajah Anya memerah lagi, jantungnya berdegup kencang seolah akan keluar.

"Lo yakin?"

Abian mengangguk lagi, "Yakin.. Sangat yakin."

"Ta-tapi gue kan-"

"Ssttt.. Gak, gue gak mau denger itu." Jari telunjuk Abian tepat di depan bibir Anya, gadis itu jadi diam. "Yang gue mau denger jawaban dari lo.. Lo percaya sama gue?" Lanjut Abian.

Anya terdiam cukup lama. Berperang dengan pikiran dan hatinya.

Anya takut, dengan apa yang terjadi padanya saat ini.

Abian menangkup kedua pipi Anya, agar gadis itu menatapnya. "Lo percaya sama gue?" Sekali lagi Abian bilang seperti itu.

Anya diam namun akhirnya mengangguk pelan.

"Gue mau denger dari suara lo.." Ucap Abian.

Anya menghela nafas, "Iya gue mau.. Gue mau jadi pacar nya Abian." Lanjut Anya dan langsung melepas tangannya dari Abian, menutup wajahnya malu.

Sekarang jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya, wajah Anya memanas. Menahan gejolak yang tertahan ini.

Abian tersenyum senang.

"Boleh gue peluk?" Tanya Abian.

Anya semakin malu dan gugup tapi tetap mengangguk.

Abian langsung memeluk Anya, membiarkan kepala gadis itu bersandar pada bahunya. Abian merasakan tangan Anya yang juga memeluknya, Abian pun sama halnya dengan Anya. Merasa ini tidak nyata.

Jika Abian punya keberanian seperti sekarang sejak dulu, mungkin Anya sudah menjadi miliknya dari lama.

Namun, sama hal nya. Abian hanyalah manusia biasa yang memiliki rasa takut.

Takut jika seseorang yang dia sukai malah semakin membenci.

Meski Abian tau, jika Anya membencinya. Karena selalu saja mendapatkan hukuman darinya, namun Abian tidak bisa berbuat apapun dengan aturan sekolah.

Dan entah bagaimana, Abian merasakan perasaannya yang semakin tumbuh.

Abian memberanikan diri untuk mendekati Anya dengan perlahan. Dan Akhirnya, sekarang. Anya sudah menjadi miliknya.

Abian pun sama tidak menyangka nya hal ini terjadi.

Waktu begitu saja memberinya kesempatan ini, dan Abian tidak menyi-nyiakan itu.

"Tapi, gimana dengan disekolah?" Tanya Anya yang tersadar.

Abian mengusap pelan rambut Anya yang tergerai, "Gak usah lo pikirin.. Lo juga gak usah dengerin apa kata mereka.. Lo cuma harus liat ke depan dengan gue di samping lo." Jawab Abian, yang membuat Anya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Abian.

Abian terkekeh melihat reaksi dari Anya.
"Lo percaya sama gue kan?" Tanya Abian lagi. Dan Anya mengangguk.

Benar, jika orang lain yang melihat. Mungkin ini terlalu cepat untuk membuat keputusan.

Tapi, jika tidak saat ini. Kapan?

Abian dan Anya belum tentu mereka memiliki kesempatan seperti saat ini.

Hujan yang awalnya Anya benci, kini hujan itu menutupi kebenciannya. Karena sekarang hujan membuatnya senang sebab Abian ada di sini, juga hujan yang akan menjadi saksi mereka berdua.

Di suasana yang romantis seperti ini, Tiba-tiba hal memalukan muncul.

Kruyuukkk...

Perut Anya berbunyi.

Wajahnya semakin dia sembunyikan karena malu, Abian terkekeh. Bahkan sampai terbahak. Membuat Anya memukul punggungnya pelan.

"Oke.. Oke, sorry.." Ucap Abian mencoba berhenti tertawa, namun sulit. "Ekhem.. Mau makan?" Abian berdehem sebentar agar berhenti tertawa.

Anya mengangguk, tentu saja. Perutnya saja sudah berbunyi yang membuatnya malu. Sangat malu.

"Gue masakin nasi goreng dulu ya.." Abian melepaskan pelukannya, Anya langsung menundukkan kepala agar Abian tidak melihat wajahnya.

Namun, Anya merasakan kening Abian yang menyentuh kepalanya. "Gak usah malu.." Bisik Abian lalu mengecup kepala Anya sebentar. "Gue masak dulu." Lanjut Abian yang di angguki Anya.

Gadis itu masih menunduk saat Abian beranjak, Abian mengeluarkan beberapa sayur untuk toping nasi gorengnya.

"Anya, lo mau pake telor ceplok gak?" Tanya Abian, melihat Anya yang sedang bersandar pada sofa.

"Boleh.." Jawab Anya pelan, namun masih tetap terdengar.

"Oke.. Lo kalau bosen nunggu nyalain aja TV nya." Ucap Abian, yang di angguki Anya.

Sekarang Abian berkutat dengan alat masak, tangannya terlihat mahir memegang pisau saat memotong bahan-bahan.

Tidak butuh lama, nasi goreng dua porsi spesial buatan Abian sudah tersaji. Abian membawanya ke ruang TV, karena memang tidak ada meja makan di tempat kostnya.

Menyerahkan satu piring untuk Anya, bisa Abia lihat binar dari mata Anya saat melihat makanan yang dia buat.

Lagi-lagi Abian terkekeh.

Namun Abian merasa senang, karena bisa membuat Anya-nya tersenyum.

☘️☘️

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang