"Gue bakal tepatin janji gue.. Tapi gak sekarang."
"Jadi.... Kapan?"
"Nanti.. Gue udah bilang kan sama lo.. Jadi tolong pergi dari tempat gue sekarang."
"Apa karena cewek itu, lo mengabaikan ucapan lo?"
"Stop.. Jangan pernah bawa nama dia."
"Kenapa? Apa memang iya? Makanya lo lelet kaya gini?"
"Ujian. Selesai ujian gue tepati janji gua."
Ada jeda beberapa menit di antara mereka.
"Oke, gue tunggu.." Seseorang itu melangkah pergi, namun tiba-tiba berhenti, "Kalau lo main-main lagi.. Gue gak jamin kalau dia bakal kena imbasnya." Setelah mengatakan itu dia langsung pergi.
"SIALL.." Abian sangat kesal.
Kenapa tiba-tiba saja orang itu datang ke tempatnya?
"Brengsek."
Bugh.
Abian memukul tembok setelah dia masuk ke dalam, amarahnya masih belum reda.
Tangan Abian mengepal kuat, hingga memerah. Bahkan bekas memukul tadi juga terlihat kebiruan.
Padahal pikirannya sudah cukup tenang beberapa hari ini, karena memang bertemu dengan Anya yang membuatnya jadi tidak memikirkan hal lain.
Abian melemparkan tas nya ke atas sofa, dirinya memilih masuk ke kamar mandi. Membersihkan dirinya, juga siapa tau amarahnya bisa mereda.
Tanpa ingin melakukan hal lain, bahkan Abian sampai lupa untuk mengirim pesan pada Anya. Karena Abian memilih untuk tidur saja, terlalu banyak yang masuk ke dalam otaknya.
H-2 Ujian semester."Anya, pulang sekolah lo ada janji gak sama Abian?" Tanya Kala sambil berbisik.
Karena mereka masih mengikuti mata pelajaran di kelas.
Anya menoleh sebentar, "Gue gak tau, belum nanya sama Abian." Jawab Anya sambil berbisik juga.
"Kalau gak ada, kita main berdua yo.. Sebelum ujian, lo main sama Abiannya hari minggu aja."
Terlihat Anya yang sedang menimbang ajakan Kala.
Benar juga, sudah lama tidak merasakan main bersama teman. Tidak ada salahnya juga.
"Oke, nnti gue kabarin Abian, kalau kita mau main berdua." Jawab Anya yang di angguki Kala.
Mereka berdua kembali fokus ke papan tulis di depan, guru yang sedang menjelaskan unsur kimia. Karena hal itu akan ada di soal ujian, bahkan sebelum ujian saja Anya sudah merasa penat melihat banyaknya rumus di mana-mana.
Sampai akhirnya bunyi bel istirahat terdengar, sorak gembira dari seisi kelas membuat suasana menjadi bising.
Guru kimia yang masih di depan hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Memberikan sedikit masukan tentang soal ujian nanti, lalu pamit kelur kelas.
"Lo mau istirahat bareng gua?" Tanya Kala yang memasukan bukunya ke dalam tas.
"Gue mau ke tempat Abian dulu bentar.. Nanti gue nyusul lo ke kantin." Jawab Anya yang juga membereskan bukunya.
"Oke, gue duluan ya.." Kala pun berdiri dan berjalan keluar kelas.
Setelah Anya selesai membereskan bukunya, gadis itu pun berdiri dan berjalan keluar kelas. Tujuannya ke kelas Abian.
Namun belum juga sampai, Anya sudah melihat Abian yang bersama anggota OSIS.
"Abian.." Panggil Anya, bukan hanya Abian yang menoleh. Bahkan siswi lain pun ikut menoleh.
Padahal suasana di sekolah sudah membaik, tidak ada lagi yang membicarakan dirinya. Hanya saja, masih ada yang menatap nya saat bersama Abian.
Anya berjalan menghampiri Abian, yang melambaikan tangannya tadi.
"Mau kemana?" Tanya Anya yang sudah di samping Abian.
"Mau ke ruang OSIS, mau ikut?" Jawab Abian, mereka mengobrol sambil melanjutkan langkahnya.
"Ada tugas lagi?"
"Bukan, tapi akan ada pemilihan ketua dan wakil ketua yang baru.."
"Ohh.. Masa jabatan lo mau udahan?"
"Hemm, setelah ujian nanti masa jabatan gue sama Daniel udah beres."
"Ohhhh..."
"Kenapa?"
"Ah, bukan apa-apa.. Gue cuma mau bilang, kalau pulang sekolah nanti gue bareng sama Kala mau hangout.. Hehe."
"Ohh, iya udah gak papa.. Lagian gue juga banyak tugas OSIS yang nanti harus gue serahin sama ketua yang baru.."
"Ohh, oke.. Kalau gitu gue ke kantin ya.. Lo jangan lupa makan.. Sama jangan kecapean juga.. Bye Abian.." Anya melambaikan tangannya setelah mendapatkan anggukan dan usapan di kepalanya dari Abian.
Entah, hal kecil seperti itu kini menjadi kesukaannya Anya. Karena saat Abian mengusap kepalanya, Anya bisa merasakan kasih sayang Abian untuknya.
Abian berbelok dari lorong sedangkan Anya berjalan lurus menuju kantin, Abian tersenyum saat melihat Anya yang ceria seperti ini.
Abian juga berharap semuanya cepat selesai, dan dirinya bisa fokus pada Anya dan masa depannya.
Setiba di kantin, mata Anya mengedar mencari sosok Kala ada di mana. Dan Anya menemukan tangan yang melampai padanya, ternyata Kala disana.
Anya menghampiri Kala yang duduk entah sama siapa, Anya lupa namanya.
"Lo udah ngomongnya?" Tanya Kala yang sekarang Anya duduk di depannya.
"Udah kok.. Lo udah pesen makan belum? Yang gue?"
"Udah tenang aja.. Ehh, lo inget gak sama dia?" Tunjuk Kala pada seseorang disamping nya.
"Hehe.. Lupa, sorry." Jawab Anya menggaruk pipinya yang tak gatal.
"Gak papa.. Lagian kita memang jarang ngobrol.. Aku Anisa, Kala biasanya panggil Nisa." Ucap Anisa.
"Ahh, iya Nisa.. Sorry ya.." Sahut Anya.
Nisa ini awalnya teman mereka saat pertama kali masuk sekolah, karena memang Nisa tidak pernah satu kelas dan jarang bareng juga sama mereka. Anya sempat lupa dengannya, juga karena memang Anya pribadi lah yang tidak mendekat dengan yang lain.
"Lo mau ikut kita berdua gak?" Tanya Kala pada Nisa.
"Kemana?"
"Hangout." Ini Anya yang menjawab. "Sebelum ujian, hehe."
"Boleh, nanti aku izin dulu sama orang rumah ya.." Jawab Nisa, yang membuat mereka berdua mengangguk.
Makanan mereka pun datang, Kala yang memesan siomay, Anya yang di pesankan mie ayam, sedangkan Nisa beli batagor.
Mereka bertiga berbincang sambil makan, Nisa juga menanyakan hubungan Anya dan Abian. Karena sudah tidak asing lagi tentang Anya dan Abian, hampir semuanya tau.
Nisa juga turut mendo'akan agar hubungan mereka baik-baik saja sampai nanti. Tentu saja itu yang diharapakan Anya juga, semoga baik-baik saja.
☘️☘️
KAMU SEDANG MEMBACA
Anya Oktaviani (SLOW UP)
Fiksi RemajaJangan lupa follow akun author yaa 🥰🥰 Cerita baru lagi nih.. Jangan lupa tambah ke cerita favorit kalian 😊 Typo bertebaran 🙏🙏 Semoga gak moodyan ya nulis nya 😁😁😁🙏🙏.. Mohon maaf bila ada kesamaan dalam Nama, tempat dllnya.. Ini real ceri...