Alula tidak tau dia harus lega atau justru panik karena tidak ditanyakan apapun oleh orang tua Raka yang sekarang sudah pulang.
"Kakak bilang apa??"
Dengan penuh rasa ingin tau Alula menanyakan hal itu pada Raka yang hendak pergi ke belakang.
"Saya bilang mungkin kamu di kamar mandi," kata Raka seadanya.
Alula masih belum puas dengan jawaban itu. Dia ingin kembali bertanya, tapi sentuhan Kaynara membuat ia refleks menunduk dan menatapnya.
Anak itu menatapnya dengan senyuman lebar. Kemudian ia naik dan duduk dipangkuannya. Alula pun tersenyum sambil memeluknya dari belakang yang membuat Raka tersenyum melihat interaksi keduanya.
"Sepertinya Kaynara memang harus selalu ada diantara kita berdua, Alula," kata Raka sambil tertawa pelan.
Alula berdecak kesal, tapi dalam hati ia juga menyetujui apa yang pria itu katakan barusan. Kaynara memang harus ada diantara mereka berdua, jadi bukan mereka yang harus menjaga Kaynara, tapi anak itu yang harus menjaga keduanya.
Dia juga tidak tau kenapa jadi begini. Padahal Alula jarang berpacaran bahkan ciuman pertamanya itu Raka. Biasanya ketika berpacaran Alula hanya akan berpegangan tangan, merangkul, memeluk atau mencium pipi dan tidak pernah lebih dari itu.
"Papa."
"Iya, kenapa sayang?"
Kaynara diam sejenak. Dia menatap sang ayah dengan malu-malu sebelum mengajukan sebuah pertanyaan.
"Boleh enggak aku panggil Mama ke Tante Alula?" tanya anak itu sambil menatap keduanya secara bergantian.
Alula terlihat terkejut ketika mendengarnya. Ada rasa aneh yang ia rasakan, tapi dilain sisi dia hatinya menghangat ketika mendengar itu. Apalagi ketika melihat Kaynara yang menatapnya dengan raut wajah polos itu.
Sama dengan dirinya, Raka pun sama terkejutnya. Dia langsung diam ketika mendengar pertanyaan itu. Kemudian dia juga melirik Alula yang menunggu dia memberikan jawaban untuk anaknya.
Tapi jawaban yang Raka berikan langsung membuat Alula menundukkan kepalanya.
"Jangan dulu, ya."
Bukan hanya Alula, tapi Kaynara pun sama. Anak itu terlihat kecewa dan sedih yang membuat Raka menghela nafasnya pelan.
Apa tidak terlalu cepat untuk itu?
Mereka bahkan masih merahasiakan hubungan ini dari orang-orang. Bukan apa-apa, tapi Raka masih sangat takut dengan tanggapan yang akan diberikan oleh orang-orang pada Alula karena memiliki hubungan dengannya.
Meskipun Alula mengatakan jika dia tidak masalah dengan hal itu, tapi tidak dengan Raka.
"Kenapa? Memangnya Tante Alula enggak akan jadi Mama aku?" tanya Kaynara sedih.
"Bukan begitu sayang, tapi kan ini masih rahasia nanti kalau Kaynara panggil Tante Alula dengan sebutan Mama orang-orang pada tau," kata Raka yang membuat Alula menatapnya selama beberapa detik.
Kaynara menghela nafasnya pelan. Anak itu pun pasrah karena tidak bisa memanggil Alula dengan sebutan Mama.
"Alula.."
Panggilan itu membuat Alula kembali menatap Raka dan tersenyum.
"It's okay. Aku ngerti maksud Kakak."
Hanya itu tanggapan yang ia berikan, tapi Raka tau kalau Alula pun merasa sedih dan kecewa dengan jawaban yang dia berikan.
Tapi Raka hanya takut gagal.
