••••
•
•••
Andrew curiga. Meskipun Raka sudah mengatakan bahwa tidak ada siapapun di kamarnya, tapi dia tetap curiga.
Karena ketika Raka membuka dan menutup pintu dengan sangat cepat itu sudah sangat mencurigakan lalu ditambah dengan matanya yang tidak sengaja melihat kemeja berwarna putih di lantai.
"Udah, kan? Gue balik ke kamar ya, Bang."
Satu lagi yang aneh. Raka sedari tadi seperti buru-buru sekali ingin kembali ke kamarnya.
"Oh iya Alula..."
"Iya, nanti biar gue yang sampein ke dia."
Andrew bahkan belum sempat menyelesaikan perkataannya, tapi Raka sudah lebih dulu menjawab. Kemudian pria itu pergi begitu saja untuk segera kembali ke kamarnya.
Hal itu membuat Andrew semakin bingung dan menaruh curiga padanya.
"Kayaknya ada yang disembunyiin," kata Andrew.
Sedangkan itu Raka terlihat begitu terburu-buru untuk kembali ke kamarnya. Dia mengeluarkan ponselnya dan ternyata sudah satu jam dia meninggalkan Alula sendirian di kamarnya.
Raka berlari kecil menuju kamarnya dan tidak menyadari jika Andrew memperhatikannya dengan penuh curiga, tapi Andrew tak menyusul pria itu. Dia akan mencoba mencari tau sendiri tanpa harus bertanya pada Raka karena dia tau bahwa pria itu tidak akan pernah mau mengakuinya.
Kemudian setelah Raka sampai di kamarnya. Dia segera membuka kunci dan masuk ke dalam. Begitu masuk hal pertama yang pria itu lihat adalah Alula yang tertidur di kamarnya.
Sial! Wanita itu tidak menuruti Raka untuk memakai hoodie atau sweaternya.
Untung saja Alula menutup tubuhnya dengan selimut. Meskipun hanya sebatas dadanya. Karena tak ingin mengganggu Raka berjalan dengan hati-hati.
Ini salah. Raka berkali-kali mengatakan hal itu, tapi dia tetap naik ke atas ranjang dan menghampiri Alula yang masih tertidur. Mengingat apa yang mereka lakukan beberapa saat lalu membuat Raka merutuki dirinya sendiri.
Raka tak melakukan apapun. Dia duduk disamping Alula yang tertidur. Karena belum menghubungi anaknya sejak tadi Raka pun berniat menelpon Kaynara sekarang.
Tanpa membangunkan Alula yang terlihat lelap Raka pun menghubungi sang ibu untuk berbicara pada Kaynara karena dia sudah berjanji akan menelepon. Tak butuh waktu lama teleponnya sudah diangkat oleh ibunya dan Raka pun sudah bisa mendengar suara anaknya yang sepertinya sedang menonton tv.
"Ma, maaf aku baru sempat telepon," kata Raka.
'It's okay. Kalau kamu masih sibuk enggak papa, Raka. Ini Kaynara baru saja.... itu Papa, yaa?'