"Tadi yang telepon Mama."
Saat tiba-tiba saja Kaynara mengatakan hal itu padanya Alula sedikit curiga. Apalagi ketika ia menyadari jika kekasihnya itu beberapa kali berbalas pesan dengan ekspresi wajah kesal dan emosi.
Alula ingin menyusul Raka, tapi tidak mungkin ia meninggalkan Kaynara dan tidak mungkin juga membawa anak itu. Beberapa saat yang lalu Alula bertanya Raka sedang berada di mana dan pria itu mengatakan bahwa dia sedang bertemu dengan temannya.
Tapi, entah kenapa Alula tidak percaya. Menurutnya Raka pasti bertemu dengan Caitlyn atau dengan pria yang mengaku sebagai ayah kandung Kaynara itu.
Alula menghela nafasnya berkali-kali. Dia menatap Kaynara yang sedang melihat-lihat make up miliknya dengan antusias. Anak itu tadi melihat semuanya di atas meja yang habis dia gunakan ketika tadi bersiap-siap dan tak sempat ia simpan kembali.
"Wah Mama punya banyak merah-merah untuk bibir, tapi ini ada yang warnanya bukan merah."
Anak itu berceloteh sendiri sambil mengambil dan melihat lipstik milik Alula yang beragam warna.
"Kenapa warnanya coklat?" tanya Kaynara ketika membuka dan melihat isinya.
Alula tertawa kecil lalu berjalan mendekat ke arah anak itu. Dia nyaris berteriak ketika Kaynara tidak sengaja menyenggol bedak yang baru saja ia beli saat menaruh kembali lipstik miliknya dan membuat benda itu pecah.
Raut wajah Kaynara langsung terlihat kaget dan takut di waktu yang bersamaan. Dia berniat membersihkan, tapi Alula di tengah rasa terkejutnya segera melarang anak itu untuk melakukannya.
"Eh jangan sayang nanti luka," kata Alula.
Kaynara menunduk dengan wajah sedih. Anak itu takut dimarah karena ia pernah melakukan hal yang sama pada benda seperti itu milik ibunya dan.. dia dimarah serta dicubit.
"Maaf.. aku enggak sengaja," katanya sedih.
Meskipun sempat kesal, tapi ketika melihat Kaynara yang sedih dan juga takut itu membuat Alula langsung berubah. Dia tersenyum dan mendekati Kaynara sambil mengangkat tubuh anak itu lalu mendudukkannya di atas kasur.
"Enggak papa. Sudah jangan sedih. Sekarang Kaynara tunggu di sini biar Mama bersihkan dulu," kata Alula dengan penuh pengertian.
Kaynara hanya mengangguk saja, tapi anak itu masih menunduk dengan wajah sendunya. Dia melihat bedak yang sudah terjatuh dan pecah itu dengan penuh rasa bersalah.
Sekitar lima menit setelah selesai membersihkan dan membuang sampahnya kini Alula menatap Kaynara yang masih menunduk. Dia pun segera mendekat dan mengambil beberapa perlengkapan make up miliknya di atas meja lalu memindahkannya ke atas kasur.
"Lihatnya di sini aja, ya? Kalau di kasur enggak akan jatuh," kata Alula yang membuat Kaynara langsung tersenyum.
"Mama enggak marah?" tanya anak itu.
"Enggak dong nanti kan bisa beli lagi, jadi enggak usah sedih..."
"Alula?"
Belum sempat Alula selesai berbicara, pintu kamarnya terbuka. Kiara berdiri di sana dengan pakaian yang lebih rapih. Sepertinya ibunya itu ingin pergi keluar.
"Mami mau ke supermarket. Kaynara ikut, yuk." Kiara mengajak Kaynara dan berharap agar anak itu mau ikut.
Kaynara tak langsung menjawab dan lebih dulu menatap Alula.
"Kaynara mau ikut?" tanya Alula memastikan.
"Boleh?" tanya anak itu.
Alula menganggukkan kepalanya mengizinkan. Kemudian dia menatap ibunya yang tersenyum dan mengatakan hal yang membuat Alula tertawa kecil.
