"Waduh abis dapet apaan nih sampe langsung sumringah gitu muka lo, Ka?"
Raka hanya menanggapi perkataan Hendra dengan tawa kecilnya. Dia tidak tau apapun dan benar-benar hanya bertanya karena melihat Raka yang sekarang terlihat berkali-kali lipat lebih semangat.
Senyum pria itu terbentuk dengan sempurna. Berbicara dengan Alula membuat suasana hatinya membaik apalagi ditambah dengan pelukan dan ciuman singkat yang gadis itu berikan untuknya.
Meskipun malu juga karena ketahuan oleh Vina, tapi sepertinya wanita itu tidak mengatakan pada siapa-siapa. Mungkin dia hanya akan diledeki terus oleh wanita itu ke depannya, tapi itu bukan masalah besar.
"Gue cabut, ya Bang. Maaf juga tadi enggak fokus."
Raka menanggapinya dengan perkataan itu yang membuat Hendra menganggukkan kepalanya.
"Santai. Yaudah hati-hati, Ka."
"Sip."
Kemudian Raka menoleh dan menatap Alula yang baru saja keluar bersama dengan Tika. Melihat itu Raka menghampirinya dan merebut barang bawaan yang seharusnya dibawa oleh gadis itu.
Alula ingin bicara, tapi Raka sudah berjalan lebih dulu.
"Ayo."
Alula menunduk dengan sopan lalu berlari menghampiri Raka yang berjalan lebih dulu. Pria itu bahkan membawakan tasnya juga hingga membuat Hendra pun terlihat bingung.
Dia berusaha mengambil barang bawaannya, tapi Raka menatapnya dengan galak.
"Kakkk nanti orang-orang aneh liatnya. Kan yang kerja untuk kakak akuu, kenapa malah bawa barang sendiri? Kenapa malah bawa tas aku juga??"
Alula mengomel pada pria itu, tapi Raka tak menanggapi dan membawa semuanya hingga mereka masuk ke dalam mobil.
"Kak Raka ihh."
"Kenapa, sayang?"
Alula yang sudah ingin mengomel langsung diam mendengar perkataan itu. Ditambah dengan tatapan mata Raka serta senyuman manisnya.
Dia bahkan langsung kehilangan seluruh kata-katanya hanya karena panggilan sayang itu.
"Jangan kayak gitu lagi, Kak. Aku kan kerja sama Kakak kalau orang lain lihat..."
"Memangnya saya salah bantuin pacar sendiri?" tanya Raka dengan santainya.
Alula diam lagi. Dia tidak tau kenapa Raka tiba-tiba jadi sangat terang-terangan begini padanya.
Sekarang pria itu sudah melajukan mobilnya meninggalkan studio. Alula pun tak mengatakan apapun lagi dan malah sibuk memandangi kekasihnya.
Hubungan mereka mungkin masih terbilang sangat singkat, tapi Alula juga tidak bisa bohong bahwa dia sudah mencintai Raka sebesar ini. Bahkan Alula tidak pernah takut memikirkan tanggapan orang-orang jika hubungan mereka sampai terbongkar.
Dia tidak peduli hal itu. Apapun yang membuatnya bahagia maka itulah yang akan terus dia pertahankan. Dan Raka telah memberikan banyak kebahagiaan untuknya, jadi serumit apapun hubungan mereka nantinya dia tidak akan pernah mau melepaskan pria itu.
"Aku sayang banget sama Kak Raka."
Alula mengatakan itu secara tiba-tiba hingga membuat Raka langsung menoleh padanya.
"Saya juga," balas Raka.
"Aku mau peluk Kakak yang lama," kata Alula yang membuat Raka tertawa kecil.
"Nanti sebelum turun kita pelukan dulu," kata Raka.
Alula tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Kemudian dia menatap Raka lalu mengatakan hal yang membuat pria itu tertawa karena tau apa maksudnya.