"Kemarin aku nungguin Papa pulang, tapi Papa lamaaaa sekaliii jadi aku tidur lagi."
Pagi harinya seusai mereka menyantap sarapan. Kaynara sudah berceloteh dan menyampaikan kekesalannya pada Raka yang kini hanya bisa tersenyum sambil mendengarkan anaknya.
Bibir anak itu mengerucut sebal. Dia mencubit tangan Raka dengan tangan kecilnya yang sama sekali tidak meninggalkan rasa sakit. Bukannya marah Raka malah mengangkat tubuh anaknya dengan mudah lalu membawanya untuk duduk di pangkuannya.
Dia mencium pipi anak itu dengan gemas hingga berkali-kali. Hari ini akan menjadi hari yang panjang untuknya karena itu dia butuh pelukan anaknya yang selalu berhasil memberikannya kekuatan.
Selain harus kembali melanjutkan pekerjaannya Raka sendiri akan mulai melaporkan semua perbuatan Caitlyn terhadap Kaynara hari ini. Dia sudah bicara dengan orang tuanya dan ia akan menemui pengacara siang nanti.
"Kata Mama aku pulang sekolahnya di jemput Oma. Kenapa aku di jemput Oma? Kenapa tidak dijemput Mama dan Papa?" tanya anak itu sambil mendongak dan menatap ayahnya.
"Papa kan kerja terus Mama juga, jadi Kaynara di rumah Oma dulu, oke? Nanti sore Papa jemput," kata Raka yang membuat anak itu menganggukkan kepalanya.
"Okeee."
Raka tersenyum sambil menatap Kaynara. Kemudian dia menanyakan sesuatu tentang Caitlyn pada anaknya itu.
"Papa mau tanya soal Mama, boleh? Tapi, bukan Mama Alula." Raka meminta izin pada anaknya.
"Ehh? Tadi malam Mama Alula juga tanya soal Mama," kata Kaynara yang membuat Raka tersenyum dan mengatakan jika dia juga ingin bertanya.
"Hmm yasudah Papa boleh tanya." Kaynara pun mengalah dan mengizinkan ayahnya untuk bertanya.
"Papa sudah tau kalau Mama pernah nakal sama Kaynara. Sekarang Papa mau tanya Mama pernah melakukan apa aja pada Kaynara?" tanya Raka dengan penuh kelembutan.
Anaknya itu diam dan terlihat ragu untuk menjawab hingga Raka langsung berusaha untuk meyakinkannya.
"Enggak papa sayang. Papa enggak akan marah dan Mama juga enggak akan marahin Kaynara, jadi jawab jujur, oke? Anak baik enggak boleh bohong," kata Raka yang membuat anak itu menatapnya dengan wajah sedih.
"Mama suka cubit terus pukul dan dorong aku... emm terus.."
Kaynara diam lagi. Anak itu mengalihkan pandangannya dan menatap ke segala arah. Dia terlihat gelisah dan takut hingga membuat Raka semakin penasaran.
Dia kembali mendesak anaknya untuk memberikan jawaban dengan jujur.
"Mama... Mama pernah kurung aku di kamar mandi sama di gudang. Aku takut di gudang itu gelap sekalii Papa lampunya mati semua terus aku dengar suara tikus. Aku menangis minta dibukakan pintu, tapi tidak dibukakan sama Mama terus sudah agak lama pintunya dibuka sama Om Ethan habis itu Mama marah-marah," katanya yang membuat Raka langsung diam.
"Kenapa Kaynara enggak pernah bilang kalau Mama sudah melakukan itu semua?" tanya Raka dengan raut wajah sedih.
Dia merasa begitu bersalah karena membiarkan Kaynara merasakan hal seburuk itu.
"Nanti Mama marah. Kata Mama aku nakal makanya aku harus dihukum biar enggak nakal lagi. Mama juga bilang kalau aku nakal terus nanti Papa enggak mau jagain aku lagi terus taruh aku di panti asuhan, aku enggak mau. Makanya aku menurut dan tidak bilang-bilang Papa," katanya sambil tersenyum.
Raka menghela nafasnya pelan. Dia mengusap sayang kepala anaknya yang masih bisa tersenyum meskipun sudah mendapatkan perlakuan seburuk itu dari ibunya.