"Maksudnya? Kenapa Ibu tidak konfirmasi dulu hal itu pada saya?"
Raut wajah Raka benar-benar terlihat tidak bersahabat ketika ia dan Alula datang untuk menjemput Kaynara, tapi sang wali kelas mengatakan jika anaknya pergi bersama Caitlyn. Tentu saja hal itu membuat Raka terkejut dan marah diwaktu yang bersamaan karena pagi tadi ia yang mengantar anaknya sampai ke sekolah bahkan hingga ke depan pintu kelas.
Kenapa bisa tiba-tiba pergi dengan Caitlyn? Dan tanpa izin darinya????
Ghina terlihat bingung untuk menjawab karena awalnya pun dia ragu untuk mengizinkan, tapi mengingat Caitlyn adalah ibu kandung Kaynara dan mengatakan jika ia sudah mendapat izin dari Raka, mau tak mau ia mengizinkan.
"Kenapa bisa anda biarkan Kaynara pergi begitu aja sedangkan saya sendiri yang sudah mengantarnya hingga ke depan kelas??? Kalau Ibunya memang ingin mengajak Kaynara pergi sudah pasti dia akan langsung menjemputnya di rumah saya bukan di sekolah!" kata Raka marah.
"Maaf, Pak Raka. Sebelumnya saya sudah mengatakan pada Ibu Caitlyn untuk mengkonfirmasi hal tersebut, tapi beliau bilang jika beliau sudah meminta izin pada Bapak.... makanya saya akhirnya kasih izin," jelas Ghina dengan takut-takut.
Wajah Raka benar-benar memerah. Pria itu menahan amarah karena posisinya ini sedang di sekolah. Di sampingnya ada Alula yang sama terkejutnya ketika mendengar jika Kaynara tidak berada di sekolah.
"Sialan! Caitlyn sialan." Raka mengumpat pelan yang membuat Alula menggenggam tangannya.
Dengan cepat Raka melepaskan genggaman tangannya untuk mengambil ponsel di saku celananya dan berusaha menghubungi Caitlyn.
"Caitlyn.. dia sendirian?" tanya Alula yang kini menghampiri wali kelas anaknya.
"Tidak, Bu. Tadi beliau datang dengan seorang laki-laki," jawab Ghina yang membuat Raka langsung menatapnya.
"Siapa? Ethan?" tanya Raka dengan cepat.
"Saya tidak tau namanya, tapi bukan Bapak Ethan," ucap Ghina pelan.
Ghina memang mengenal Ethan karena jika yang menjemput Kaynara adalah Caitlyn pasti wanita itu datang bersamanya.
"Kak.."
"Pasti Alex. Brengsek! Berani sekali mereka melakukan ini," kata Raka geram.
Raka langsung berjalan menjauh yang membuat Alula menatapnya. Ia tak langsung menyusul dan berusaha untuk bertanya hal lainnya pada wali kelas Kaynara tersebut.
"Caitlyn enggak bilang mau kemana, Bu?" tanya Alula.
"Tidak, Bu Alula. Saya minta maaf.. saya benar-benar tidak tau jika Ibu Caitlyn tidak meminta izin lebih dulu pada Pak Raka. Saya mau melarang pun bingung karena Ibu Caitlyn bersikeras untuk membawa Kaynara... saya juga awalnya ingin mengkonfirmasi hal tersebut pada Pak Raka, tapi beliau marah dan saya tidak punya pilihan. Apalagi beliau datang ketika kelas sudah akan dimulai." Ghina berusaha menjelaskan pada Alula dengan raut wajah penuh penyesalan.
Kini ia pun nampak khawatir. Kaynara adalah murid pintar yang tidak pernah membuat ulah dan sangat ceria. Dia berteman dengan semua orang dan tidak pernah membalas jika ada teman yang jahil padanya.
Alula menghela nafasnya pelan. Ia menyentuh pundak Ghina seraya tersenyum tipis dan mengatakan tidak papa.
"Lain kali kalau dia datang seperti itu jangan kasih izin lagi, ya, Bu?" kata Alula.
Ghina mengangguk dengan raut wajah penuh penyesalan. Ia menatap Alula yang sekarang pamit untuk menghampiri Raka yang masih berusaha menghubungi Caitlyn dengan ponselnya.