Sepuluh menit. Alula tau sepuluh menit yang Raka ucapkan hanya kebohongan belakang. Sebab hingga sekarang pria itu masih belum berhenti juga.
Bukan hanya bibirnya, tapi Raka juga mendaratkan ciumannya di seluruh wajah Alula. Untungnya tangan Raka tidak nakal menyentuhnya kemana-mana.
Saat Raka memberikan jeda Alula langsung menghirup udara sebanyak-banyaknya. Nafasnya terdengar tak beraturan. Dia menatap Raka yang masih belum menjauh darinya bahkan jarak wajah mereka hanya beberapa centimeter saja.
Dahi mereka bersentuhan. Raka mengusap pelan pipinya sambil tersenyum. Hingga kemudian ketika merasa bahwa ia sudah memberikan jeda yang cukup, Raka kembali menciumnya.
Pria itu kembali mengikis jarak di antara mereka. Alula yang berada dibawah kungkungan pria itu hanya diam. Bibirnya terbuka untuk memberikan akses pada Raka agar menciumnya lebih dalam.
Raka menciumnya dengan penuh kelembutan hingga membuat Alula terbuai, tapi tak lama kemudian Raka menyudahinya. Ia menjauhkan sedikit wajahnya dan tersenyum lalu mencium bibirnya singkat hingga tiga kali.
"Sepertinya saya sudah korupsi waktu," katanya yang membuat Alula tertawa kecil.
Matanya tak bisa lepas dari Raka yang tersenyum dan mengusap pelan bibirnya dengan ibu jarinya.
"Tidak mau coba tanya ke Mami dan Papi kamu, mereka masih lama atau tidak?" tanya Raka.
"Memangnya kalau masih lama kenapa?" tanya Alula yang malah balik bertanya.
"Kita.. bisa pindah?" kata Raka ragu.
"Pindah ke mana?" tanya Alula pura-pura tidak tau.
"Maunya ke mana?" Raka balik menggodanya.
Keduanya pun kini tertawa lalu Raka memeluk sayang tubuh Alula yang langsung dibalas dengan tak kalah erat.
"Kak Raka.."
"Hm?"
"Aku mau tanya sesuatu," kata Alula yang membuat Raka melepaskan pelukannya.
"Tanya apa?"
"Kenapa Kak Raka selalu diam aja meskipun Caitlyn seperti itu?" tanya Alula penasaran.
Caitlyn selalu bicara tidak baik pada Raka. Dia juga selalu membahas masa lalu Raka hanya untuk membuat pria itu sedih dan berlarut-larut dalam penyesalan. Selain itu Caitlyn juga selalu berbuat seenaknya, entah itu pada Raka ataupun Kaynara.
Dan Alula bingung. Alula selalu bertanya-tanya kenapa Raka hanya diam saja?
"Sebenernya Kak Raka enggak diam banget, sih. Kadang Kak Raka masih marah kalau Caitlyn ngomongnya keterlaluan, tapi Kak Raka enggak pernah yang marahhhhhh banget, tapi tenang aja kalau Kak Raka enggak bisa marah sama cewek itu aku bisa wakilin Kakak. Aku bisa bantu Kakak jambak rambut dia atau cakar mukanya," kata Alula dengan berapi-api.
Raka tersenyum tipis. Sebenarnya Raka hanya tidak ingin memperpanjang masalah dan membuang-buang tenaga untuk menghadapi wanita itu. Caitlyn bukan orang yang akan langsung diam bahkan meskipun Raka sudah bersikap kasar atau sampai main tangan.
Dia tidak ingin Caitlyn memanfaatkan emosinya yang tidak bisa ia kontrol dengan baik itu sebagai senjata untuk merebut Kaynara dari sisinya.
"Dia bukan orang yang akan menyerah dan diam meskipun kamu sudah bersikap kasar, Alula. Saya hanya tidak ingin berurusan terus menerus dengan Caitlyn..."
"Tapi, diamnya Kakak juga tetap membuat Kakak terus berurusan sama dia, kan? Caitlyn itu nyebelin banget. Sepertinya dia orang yang pendendam makanya dia enggak suka lihat Kakak bahagia dengan orang lain padahal dia sendiri punya pacar," kata Alula dengan wajah kesal.