••••
••••
"Kapan kamu datang?"
Raut wajah Edgar terlihat antusias ketika seseorang memasuki ruang kerjanya. Pria paruh baya itu langsung berdiri dan memeluk singkat lalu menepuk-nepuk pelan pundak orang itu.
Sama dengan dirinya pria itu pun tersenyum lalu bersama dengan Edgar duduk berhadapan.
"Astaga udah lama banget Om enggak ketemu kamu," kata Edgar sambil tersenyum.
"Apa kabar Om? Tante juga gimana kabarnya?" tanya pria itu dengan ramah.
"Baik, Mama sama Papa kamu juga baik, kan?" tanya Edgar yang dijawab dengan anggukan singkat oleh pria itu.
"Oh iya Alula.."
"Saya udah ketemu dia belum lama ini Om, tapi kayaknya dia enggak inget sama saya," katanya sambil tertawa kecil.
Edgar tersenyum singkat dan memaklumi hal itu. Tentu saja Alula tidak ingat karena terakhir kali anaknya itu bertemu dengan pria ini ketika dia masih tk.
"Dia masih kecil waktu kamu pindah, jadi pasti enggak ingat, tapi mungkin akan ingat kalau Om tunjukkan foto kalian berdua," kata Edgar.
"Iya mungkin.."
Edgar mengeluarkan ponselnya dan berniat untuk menghubungi istrinya. Dia akan meminta pria itu untuk ke rumah dan makan malam bersama mereka.
Pria itu adalah anak teman baiknya yang dulunya juga bertetangga dengannya. Sampai akhirnya temannya dipindah tugaskan yang membuat dia terpaksa pindah.
"Sebentar, kita makan malam saja sama-sama. Sepertinya juga Alula sudah pulang ke rumah," kata Edgar sambil menghubungi istrinya.
"Enggak usah, Om. Mungkin bisa lain kali aja. Saya juga enggak enak karena sepertinya Alula sudah punya pacar," katanya sambil tersenyum tipis.
"Enggak masalah. Hanya makan malam bersama saja bukan hal lain," kata Edgar.
Pria paruh baya itu kembali menghubungi istrinya hingga panggilan itu diangkat juga.
"Halo, Mi."
'Iya, kenapa sayang?'
"Alula sudah pulang?" tanya Edgar.
'Tadi udah, tapi barusan pergi lagi. Tadi ada Kak Imelda ke rumah dan sempat ngobrol sebentar sama Alula kayaknya anak kamu kurang suka dengan perkataan Kakak... dia kesal tadi.'
Edgar pun langsung diam. Dia menghela nafasnya pelan ketika mendengar perkataan itu. Kakaknya pasti bicara yang tidak tidak pada anaknya.
Padahal sudah dia bilang untuk tidak ikut campur. Edgar belum memutuskan apapun karena dia juga belum bertemu dengan Raka dan dia pun... takut dengan ancaman anaknya itu.