Ralline membaringkan tubuh cucunya setelah mereka sampai di rumah. Saat sampai di sekolah tadi Ralline melihat Kaynara yang terlihat ketakutan dengan kedua tangan menutup telinga dan tubuh yang gemetaran.
Sudah satu tahun ini Kaynara begitu ketakutan setiap kali hujan turun. Oleh karena itu dia tadi sangat panik ketika pergi ke sekolah Kaynara dan menemukan anak itu ketakutan.
Ralline sama sekali tidak curiga karena setengah jam sebelum Kaynara pulang Caitlyn mengatakan bahwa dia akan menjemput cucunya ke sekolah. Hal itu membuat dia beranggapan jika Kaynara sudah aman bersama Caitlyn karena wanita itu pun tau bahwa anaknya memiliki fobia terhadap hujan.
Jadi dia tidak khawatir karena merasa jika Kaynara sudah berada di tempat yang aman, tapi ternyata dugaannya salah besar.
"Sstt enggak papa sayang. Sekarang Kaynara sudah di rumah sama Oma."
Kaynara bahkan masih mengenakan seragam sekolahnya. Anak itu masih terlihat ketakutan karena hujan turun dengan sangat deras tadi. Belum lagi ditambah dengan gemuruh dan kilat yang membuatnya semakin ketakutan.
Sebisa mungkin Ralline berusaha untuk menenangkannya. Dia mengusap kepala cucunya dengan penuh kasih sayang.
"Papa.. aku mau sama Papa."
Suaranya pun terdengar gemetar karena rasa takutnya. Perlahan anak itu meneteskan air mata yang membuat Ralline langsung memeluknya.
"Iya, sekarang sama Oma dulu, ya."
Ralline tidak tau akan semarah apa anaknya pada Caitlyn jika dia melihat hal ini. Sudah satu jam sejak Raka mengabarkan hal ini dan Ralline akan menghubunginya jika dia sudah berhasil menenangkan cucunya.
Tangan kecil itu memeluk erat tubuh Ralline bersamaan dengan isakan yang keluar dari bibir Kaynara.
Sedangkan itu disisi lain. Andrew datang untuk melihat keadaan Raka dan meminta photoshoot untuk dihentikan sejenak sampai Raka mendapatkan kabar pasti tentang anaknya. Dia mengenal pria itu cukup baik hingga tau kalau ini bukan hal kecil untuknya.
Segala hal tentang Kaynara adalah hal yang membuat Raka rela kehilangan segalanya. Hingga sekarang pria itu tak kunjung tenang karena ibunya belum memberikan kabar sama sekali.
Berkali-kali dia berusaha menghubungi sang ibu dan juga Caitlyn, tapi tidak satu pun yang menjawab panggilannya. Alula pun sedari tadi terus memperhatikan Raka dengan perasaan khawatir.
Dia ingin menenangkan pria itu dengan memeluk atau hanya sekedar menggenggam tangannya, tapi dia teringat perkataan Raka semalam.
Hingga beberapa saat kemudian handphone itu menyala dan nama Caitlyn terlihat di sana. Dalam hitungan detik emosi Raka seolah ditarik keluar begitu dia membaca nama itu.
'Ka, aku... aku ada kerjaan mendadak tadi dan aku lupa kalau...'
"Lo gila, hah?!" Raka berseru kuat pada Caitlyn.
Seruan itu membuat Alula terkejut bukan main apalagi melihat Raka yang benar-benar emosi.
"Tangan lo udah enggak berfungsi lagu buat ngabarin Mama?! Fuck! Kaynara nungguin lo datang Caitlyn! Dia nunggu. Dia nunggu sampai sekolah sepi. Dia takut... lo tau kalau dia takut hujan... Lyn.."
Emosi Raka perlahan hilang. Pria itu kini bersandar pada tembok sambil menunduk. Lebih dari emosi yang dia rasakan kini Raka ketakutan.. dia takut terjadi sesuatu yang menimpa anaknya disaat dia tidak ada di sana.
'Ka, aku minta maaf... aku bakal ke sekolah sekarang atau dia udah di rumah Mama? Aku lupa...'
"She's your daughter, Lyn."