Suasana terasa cukup sepi dan hening di flat kediaman keluarga Manfredo di Berlin. Bahkan, suhu di meja makan pagi ini terasa sama dinginnya dengan suhu di luar rumah.
Kynan sendiri yang merasakannya justru menjadi sedikit canggung dalam acara sarapan bersama pagi ini. Selain itu, ia juga sadar kalau sikap Queen yang tadi pagi manja dengannya kini justru menjadi dingin.
"Jadi, Kynan... bagaimana kabar keluargamu?" tanya Richard setelah sarapannya selesai.
"Mereka baik-baik saja," sahut Kynan sembari tersenyum lebar. "Kami saling bertukar kabar."
Richard tersenyum sembari mengangguk kecil. "Kuharap nanti kita semua bisa bertemu bersama," ujarnya dan Kynan mengangguk setuju sembari tersenyum lebar seperti anak polos.
"Kenapa kalian ingin bertemu dengan kami sekarang?" tanya Queen tiba-tiba menghentikan sarapannya yang belum habis dan menatap Astryd lurus-lurus.
Astryd yang merasa dirinya sedang ditatap oleh Queen di depannya pun langsung mendongak dan tersenyum manis pada Queen maupun Kynan. "Ini awal tahun dan aku juga sudah lama ingin bertemu dengan Kynan. Jadi, aku memanggil kalian kemari."
"Well, kalian tidak perlu melakukannya, karena—"
"Sebelumnya, kau meminta kami untuk makan bersama dengan kalian di saat dan kondisi yang tepat, bukan?" sela Astryd tiba-tiba sambil masih tersenyum lebar.
"Kurasa ini adalah waktu yang sempurna! Kita bisa menghabiskan hari kita bersama disini!" seru Astryd dengan senang dan Kynan turut terkekeh. Sementara Queen hanya terdiam melihat sikap ibunya yang terlihat selalu saja berbeda hanya demi tujuannya.
"Aku baru tahu kalau kalian tinggal di Berlin juga," ujar Kynan dengan ramah pada Richard dan Astryd.
"Sebenarnya, kami tinggal di Hessen, bukan disini," sahut Richard. "Ini adalah flat lama kami."
"Sebelum kami sesukses sekarang, kami tinggal di flat ini. Queen juga besar di rumah ini, membuat rumah ini penuh dengan memori-memori masa kecilnya," ujar Astryd sembari menatap Queen yang hanya melanjutkan sarapannya tanpa berniat untuk menatap Astryd.
Tapi, kemudian Astryd menatap Kynan kembali sembari tersenyum lebar. "Rumah ini benar-benar berarti bagi kami dari dulu. Saat itu kami memang sudah memiliki rumah di Hessen, tapi belum menempatinya. Hingga akhirnya kami benar-benar memutuskan untuk pindah saat..." Astryd menggantung kalimatnya dengan bibir dan kedua mata yang bergetar.
Detik kemudian, Astryd tidak bisa menahan air matanya lagi yang jatuh karena teringat kejadian mengerikan di masa lalunya. "Kami pindah, karena... karena saat itu seharusnya Queen memiliki adik perempuan, tapi..."
Astryd sudah tidak bisa menahannya lagi. Ia langsung beranjak dari kursi makannya dan menuju ruang belakang.
"Maafkan kami," ujar Richard pada Kynan dengan tulus. "Sudah lama sejak istriku kehilangan anak kedua kami, tapi dia masih sering terpukul karena itu."
Brakkk.
Queen beranjak dari kursi makannya dengan sedikit kasar dan langsung pergi tanpa mempedulikan Kynan dan Richard yang keheranan karena sikapnya. Rupanya, ia menghampiri Astryd yang ada di teras belakang.
"Kenapa Mama melakukan hal ini padaku?" tanya Queen menatap Astryd dari samping.
"Apa maksudmu menceritakan itu semua pada Kynan? Kenapa kau mengungkit hal itu lagi? Kenapa kau membawa kami ke rumah ini? Apa maumu dari kami?" Queen menuntut Astryd dan merasa kesal sekaligus sedih secara bersamaan.
Astryd hanya diam berdiri menatap kosong ke depannya. Namun, beberapa detik kemudian, ia menghela napas panjangnya dan menatap Queen. "Bagaimana hubunganmu dengan Kynan?" tanyanya dengan nada tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner for Life - HBS #3
Romance(NEW - ON GOING) 🔞 Third series of Handsome Brotherhood Seorang Kynan Roderick percaya bahwa ia tidak perlu memiliki banyak hubungan, namun cukup hanya dengan satu perempuan dalam hidupnya. Prinsip hidupnya adalah berhubungan dengan perempuan sekal...