Keesokan harinya, Queen bangun dengan kondisi tubuhnya yang sangat lemah dibandingkan sebelumnya. Bagaimana tidak? Tidak ada makanan yang masuk ke perutnya dan dia kehilangan banyak energi.
Pandangan Queen diedarkan ke seluruh ruangan kamarnya. Sampai kemudian, tatapannya jatuh pada telapak tangan kirinya yang diperban. Seketika, kilas balik tentang semalam datang.
"Kalau kau pergi, maka ibu juga."
Tepat saat Queen meletakkan sebilah pisau di atas lengan kirinya, seorang pelayan yang baru saja masuk dan melihatnya langsung berlari menghentikan Queen yang hendak memotong nadinya sendiri. Namun, Queen memberontak dengan berteriak-teriak disaat pelayan itu memeluk Queen berusaha melepaskan sebilah pisau yang dipegang erat-erat di tangan kanan Queen.
Mendengar teriakan ribut dari kamar Queen, Astryd dan dua pelayan lainnya datang. Sekilas, mereka terkejut dengan keadaan Queen dan pelayan itu, tapi mereka pun langsung membantu untuk menenangkan Queen supaya ia tidak membunuh dirinya sendiri.
"LEPASKAN AKU! LEPASKAN!" teriak Queen yang memberontak saat ketiga pelayan memegangi kedua tangannya dan Astryd hendak melepaskan sebilah pisau dari tangan kanan Queen.
"Paula, kau tidak bisa melakukan hal ini! Kau tidak bisa pergi meninggalkan Mama!" seru Astryd dengan tegas, walaupun air mata sudah jatuh dari kedua matanya.
"BIARKAN AKU MATI! BIARKAN AKU MATI!" teriak Queen dengan suaranya yang paling keras. "ANAKKU PERGI, AKU MAU MENYUSULNYA!" teriaknya lagi yang sempat membuat kewalahan ketiga pelayannya.
"Tidak! Mama tidak bisa membiarkanmu pergi!" teriak Astryd dengan tegas.
Namun, tiba-tiba Queen semakin memberontak dengan keras, sampai seketika sebilah pisau itu mengenai pergelangan tangan kiri Queen. Darah segar pun keluar dari pergelangan tangannya. Astryd dan ketiga pelayan yang lainnya memekik terkejut dan Astryd membeku di tempatnya dengan kedua matanya yang sudah basah.
Teriakan Queen berhenti. Tapi, detik berikutnya Queen kembali tak sadarkan dirinya kembali dengan pergelangan tangan kirinya yang mengeluarkan banyak darah.
Seketika, Queen memejamkan kedua matanya dan air matanya mulai mengalir keluar. Entah apa yang ia tangisi. Kegagalannya untuk pergi menyusul anaknya atau karena rasa sakit di tangannya sekarang, karena ia seperti tidak bisa merasakan apapun sekarang.
***
Matahari kini sudah berada di puncaknya. Siang menyapa dengan cepat. Tapi, Queen masih hanya berada di ranjangnya.
Dua pelayan baru saja masuk untuk membawakan makan siang Queen. Mereka membujuk Queen untuk makan. Tapi, Queen hanya diam tanda menolak. Bahkan, saat salah satu pelayan sudah mendekatinya dengan makanan pun, Queen tak ingin menoleh dan justru menepis tangan pelayan itu sampai membuat sendok berisi nasi terjatuh.
Tepat saat dua pelayan tadi keluar, terlihat dr. Irmina yang baru saja datang. Sekilas, ia melihat makanan yang dibawa kembali oleh dua pelayan tadi dan kembali menatap Queen. Perlahan, ia mendekati Queen dan duduk di kursi tepat di hadapan Queen.
"Paula, aku datang lagi," ujar dr. Irmina sembari tersenyum lebar yang ia paksakan.
Pasalnya, dr. Irmina sempat miris melihat bagaimana Queen yang menjadi lebih kurus daripada sebelumnya. Bahkan, ada lingkaran hitam di bawah kedua mata Queen, kedua matanya juga merah dan sembab, dan wajahnya terlihat sangat tirus sampai tulang pipinya sangat terlihat.
Queen tak menjawabnya. Sementara dr. Irmina hanya tersenyum sabar sembari menghela napas panjang.
"Paula, aku membawakanmu sesuatu," ujar dr. Irmina dengan kedua mata yang berbinar-binar. Kemudian, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya yang ternyata adalah sebuah kotak pemutar musik klasik.
![](https://img.wattpad.com/cover/334788558-288-k665491.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner for Life - HBS #3
Romance(COMPLETED) 🔞 Third series of Handsome Brotherhood Seorang Kynan Roderick percaya bahwa ia tidak perlu memiliki banyak hubungan, namun cukup hanya dengan satu perempuan dalam hidupnya. Prinsip hidupnya adalah berhubungan dengan perempuan sekali seu...