55. Broken Pieces

31 3 0
                                    

Media played: The Weeknd – Call Out My Name
——————————————————————————

Hari ini salju turun lebih deras daripada kemarin. Tepi-tepi jalan setapak sudah tertutup oleh salju setebal 2-3 cm. Udara di luar sangat dingin.

Tapi, itu tak Queen pedulikan. Ia hanya berjalan dengan tatapan kosong, namun pikirannya masih mengulang apa yang diceritakan oleh orang tuanya dan Debby yang bunuh diri di depannya.

"Kau mengambil semua milikku! Kau mengambil laki-laki yang kucintai! Keluargamu juga sudah mengambil kedua orangtuaku! Keluargamu sudah menghancurkan kehidupanku!"

"Ia memang membayar dan itu membuat rumahnya harus dijual, perusahaannya bangkrut, dan semua keluarganya pindah ke daerah lain."

"Jordan ada di mobilnya. Ia melihatku dan langsung menabrakku dengan mobil itu. Kau kehilangan adikmu saat itu."

"Tepat sehari kemudian, kami dengar istrinya datang ke Berlin. Tapi, dia terlibat kecelakaan beruntun di jalan tol, menyebabkan ia menjadi korban yang meninggal di tempat."

"Mereka tiada..." Queen menghentikan langkahnya dan bergumam sendiri dengan tatapan kosong ke arah. "Karena aku?"

"Queen!"

Samar-samar, Queen dapat mendengar ada seseorang yang memanggilnya. Tapi, ia pikir itu hanyalah suara lain yang ada di otaknya.

"Queen!"

Bukan. Kini, Queen sadar kalau memang ada yang memanggilnya. Perlahan, ia mendongak untuk mencari sumber suara itu. Saat di depan dan di sampingnya tidak ada, ia pun menoleh ke belakang.

Di situ, ada dr. Irmina berdiri menatap Queen sambil tersenyum sendu. Tangan kanannya terulur perlahan dan kemudian berkata, "Queen, ayo?"

***

"Jangan khawatir. Dia ada di tempatku. Nanti biar kuantar dia pulang."

dr. Irmina terlihat baru saja mematikan teleponnya setelah berbincang dengan Anitta yang sempat khawatir dengan Queen yang belum kembali. Setelah itu, barulah ia menghampiri Queen yang tengah duduk termenung di sofa.

"Minumlah," ujar dr. Irmina sembari memberikan teh chamomile pada Queen. "Itu bisa membuatmu lebih tenang dan hangat."

Diam. Queen tak menjawab apapun dan tatapannya masih kosong ke arah yang masih sama. Sudah sejak 20 menit yang lalu sejak ia datang ke tempat tinggal dr. Irmina, tapi ia masih belum bicara apapun. Namun, dr. Irmina tetap menunggunya.

"Apa..." Tak lama kemudian, Queen mengeluarkan suaranya, walaupun lirih.

"Apa aku berdosa?" ujar Queen lagi masih dengan nada yang lirih dan tanpa menatap dr. Irmina. "Apa aku benar-benar sudah merenggut kebahagiaan orang lain?"

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya dr. Irmina dengan lembut.

Queen terdiam. Namun, ia tersenyum kecil tanpa menatap dr. Irmina.

"Aku masih ingat permintaan terakhirku yang konyol pada mama," ujar Queen lirih sembari mengingat-ingat masa lalunya dulu. "Saat itu, aku tahu mamaku tidak suka aku masuk dunia permodelan. Mamaku marah. Tapi, aku justru bercanda dengan memintanya untuk memberikanku adik dan adikku akan bekerja di perusahaan keluarga kami kelak."

Partner for Life - HBS #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang