66. Everything is About Time

26 4 0
                                    

Dua minggu kemudian.

Setelah empat jam perjalanan dari Berlin menuju Hessen, akhirnya sekarang Evelyne sampai juga di tempat tujuannya. Dari dalam mobilnya, ia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 13.08 PM. Mobilnya baru saja memasuki kawasan depan rumah mewah bercat putih. Setelah itu, ia keluar dari mobilnya dan menatap lurus-lurus rumah mewah di depannya itu.

Evelyne melangkah dengan langkah anggunnya mendekati pintu besar rumah mewah itu. Ia menekan tombol bel dan menunggunya selama beberapa saat dengan sabar.

Tak lama kemudian, pintu terbuka menampakkan seorang pelayan rumah tangga. Ia mempersilakan Evelyne masuk ke ruang tamu. Sementara pelayan itu pergi untuk memanggil tuan rumahnya.

Saat Evelyne sedang duduk di sofa dan memperhatikan ruangan mewah yang ada di rumah keluarga Queen ini, seorang perempuan yang seperti tak menua datang. Evelyne sudah langsung tahu kalau itu adalah Astryd, ibu Queen.

"Selamat siang, Mrs. Genovefa," sapa Evelyne dengan ramah sambil berdiri dari sofanya dan bersalaman dengan Astryd.

"Selamat pagi," sapa Astryd balik dengan tak kalah ramah.

"Aku Evelyne West, cucu dari Abraham Wordsworth. Aku adalah tetangga satu lantai apartemen Queen." Evelyne memperkenalkan dirinya cukup lengkap dengan memperkenalkan sedikit keluarga besarnya.

Selama beberapa detik, Astryd terdiam mendengar nama Wordsworth. Hingga akhirnya ia terkejut sendiri menyadari siapa itu Wordsworth. Sebagai pebisnis yang pernah mengepakkan sayap di Australia, Astryd tentu tahu siapa itu keluarga Wordsworth.

Detik berikutnya, Astryd tertawa ramah pada Evelyne. "Untuk cucu seorang Wordsworth, aku tak menyangka kau akan jauh-jauh datang kemari," ujarnya berbasa-basi.

Evelyne terkekeh. "Sebenarnya, aku kebetulan sedang berada di Berlin selama beberapa bulan ini dan aku merasa cukup dekat dengan Queen saat kami sering bertemu sebagai tetangga."

"Aku bahkan tidak tahu kalau anakku bertetangga denganmu," sahut Astryd sambil masih terkekeh kecil. "Jadi, ada apa kau datang kemari?"

"Sebenarnya, aku datang kemari untuk menjenguk Queen. Sudah satu bulan yang lalu aku dengar dia hiatus dari pekerjaannya karena urusan kesehatan. Kupikir dia tidak akan hiatus lama. Tapi, semakin kupikir lagi, aku benar-benar khawatir sebagai tetangganya yang dekat. Aku juga sudah menganggapnya teman," jelas Evelyne panjang lebar.

"Tapi, tentu saja aku akan menjenguknya kalau kau memperbolehkanku, karena aku tahu kalian sangat menghormati privasi."

"Tentu saja boleh!" seru Astryd dengan senang. "Kau adalah temannya. Aku tidak akan melarangmu kalau kau ingin menjenguknya," sahutnya lagi. Kemudian, ia pun mengajak Evelyne untuk naik ke lantai dua ke kamar Queen.

Astryd menemani Evelyne masuk ke kamar Queen. Sementara Queen hanya duduk di kursi goyangnya dengan tatapan kosongnya yang masih sama.

"Paula, temanmu datang kemari untuk menjengukmu," ujar Astryd dengan lembut pada Queen, walaupun Queen tak menjawabnya. Kemudian, Astryd kembali menatap Evelyne. "Ajaklah dia bicara. Itu tidak masalah. Aku akan keluar membiarkan kalian berdua di sini."

"Terima kasih, Mrs. Genovefa," sahut Evelyne dengan ramah. Setelah itu, Astryd pergi dan Evelyne duduk di samping kursi goyang Queen.

"Halo, Queen," sapa Evelyne dengan ramah. "Oh, tidak. Apa aku boleh memanggil nama aslimu? Paula atau Kathe atau Katy?" Evelyne tersenyum lebar.

Hening. Queen mendengar Evelyne. Tapi, ia tak menjawab atau menyahuti Evelyne.

Dari sini, Evelyne dapat mengerti bagaimana kondisi Queen sekarang. Namun, yang membuatnya merasa miris adalah pertanyaan yang tiba-tiba muncul di benaknya, apa Queen sudah seperti ini selama satu bulan ini?

Partner for Life - HBS #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang