59. A Witch

21 3 0
                                    

Sembilan jam sebelum kepergian Kynan.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Kynan tengah mengepak pakaian-pakaiannya ke dalam koper yang ia gunakan untuk kemari.

Kynan sudah memutuskan kalau ia akan kembali ke Sydney, seperti apa yang Queen mau. Lagipula, satu-satunya cara untuk sembuh dari sakit hati adalah dengan pergi jauh dari penyebab sakit hati itu. Kynan tidak bisa lebih lama lagi di Berlin.

Kynan sudah memberi kabar pada Ansell 30 menit yang lalu. Mereka akan berangkat ke Sydney besok siang. Namun, saat ia sedang beberes-beres, bel pintu penthousenya berbunyi.

Kynan sempat berpikir itu tidak mungkin Ansell yang datang, kan? Walaupun malas menerima tamu, ia pun tetap membuka pintunya.

Sungguh, benar-benar tak disangka. Di antara beberapa kenalannya, ia tak pernah berpikir Evelyne akan datang ke rumahnya.

"Selamat malam," ujar Evelyne sambil tersenyum manis. "Apa aku boleh masuk?"

Tanpa balas menyapa, Kynan mempersilakan Evelyne masuk. Sembari ia membereskan ruang tengahnya, Evelyne berjalan ke sofa dan duduk di situ dengan pandangan yang ia edarkan ke ruangan.

"Aku sudah lihat konferensi pers agensimu tadi siang," ujar Evelyne dengan tenang. "Kudengar kau sudah berpisah dengan Queen?" ujarnya lagi masih dengan tenang, namun Kynan hanya diam duduk di sofa lainnya.

Sementara itu, kedua mata Evelyne jatuh pada koper-koper Kynan yang sudah dirapikan. "Oh, dan kulihat kau sedang melarikan diri?"

"Aku tidak melarikan diri," sahut Kynan dengan cepat. Sementara satu alis Evelyne terangkat penasaran. "Aku hanya kembali ke Sydney. Sudah tidak ada apapun yang tersisa untukku disini."

"You think so?" sahut Evelyne sambil tersenyum kecil. "Ini pertama kalinya aku melihatmu seberantakan ini, Kynan."

"Sebenarnya ada apa kau kemari, Eve?" tanya Kynan jengah.

"Kalau kau mengaca sekarang, kau akan tahu seberapa kacaunya sekarang dirimu," ujar Evelyne sembari meneliti penampilan Kynan yang tidak seperti biasanya. "Melihat Queen yang bersikap biasa-biasa saja dan dirimu yang kacau seperti ini, aku bisa langsung tahu kalau Queen yang meminta untuk berpisah. Apa aku benar?"

Kynan terdiam dan tertunduk. Evelyne benar. Ia tidak akan menyangkalnya.

"Ini yang dia inginkan. Aku berikan hatiku, dia merusaknya. Aku berikan kepercayaanku, dia mengkhianatinya. Dia minta berpisah, maka kuakhiri saja semuanya," ujar Kynan lirih.

Evelyne menghela napas panjang. Ia mencondongkan sedikit tubuhnya dan menatap lurus-lurus Kynan yang terlihat seperti laki-laki yang putus asa karena putus cinta.

"Aku bisa membantumu," ujar Evelyne dengan serius sambil tersenyum meyakinkan. Perlahan, Kynan mendongak dengan dahi berkerut bingung.

"Well, tentu saja aku bisa membantumu kalau kau meminta," ujar Evelyne lagi sambil mengendikkan bahunya sekilas. "Jadi, apa yang kau mau?"

Kynan terdiam dan menatap Evelyne dalam-dalam. Ia tidak tahu apa ia harus percaya pada Evelyne atau tidak setelah apa yang Keanu ceritakan padanya. Tapi, ia tidak bisa berpikir lama lagi tentang itu. Dia sudah terlalu frustasi sekarang dan rasanya benar-benar menyakitkan.

"Peace," jawab Kynan pada akhirnya sambil menatap Queen lurus-lurus dengan membayangkan kedamaian yang ia inginkan.

"Peace." Evelyne tersenyum dan kembali duduk dengan tegap. "Okay," ujarnya lagi dengan tersenyum penuh meyakinkan.

Partner for Life - HBS #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang