52. Don't Tell Me What to Do

20 3 0
                                    

Pagi yang cerah. Queen terlihat baru saja bangun terlebih dahulu setelah semalam ia tidur dengan menggunakan pil tidur dari suami dr. Irmina.

Queen meregangkan leher dan kedua tangannya ke udara. Saat beranjak berdiri, ia menoleh dan mendapati Kynan masih tertidur lelap. Ia tidak tahu kapan Kynan pulang. Tapi, ia juga tidak mau berlama-lama berdiri menatap Kynan tanpa berbuat apapun. Jadi, ia pun langsung berjalan masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, kini Queen sudah semakin segar. Ia pun berjalan ke dapur untuk memasak French Toast andalannya. Sembari memasak, ia mendapatkan pesan dari Anitta.

Anitta : Tina meminta kita datang jam 10 nanti.

Queen membalas pesan itu dengan mengiyakan. Setelah itu, ia kembali melanjutkan menyiapkan sarapan untuknya dan Kynan.

Selesai membuat French Toast, kini Queen tampak hendak mengambil cangkir yang ada di rak perabotan paling atas. Ia tengah berjinjit berusaha untuk mengambilnya saat tiba-tiba saja ada dua lengan kekar yang memeluknya dari belakang. Hampir saja Queen melompat kaget dan berteriak kalau ia tidak menyadari itu adalah Kynan.

"Selamat pagi," sapa Kynan dengan manis sembari mencium pipi Queen dari belakang.

Queen tersenyum kecil sembari melepaskan pelukan Kynan. "Selamat pagi," sapanya balik dan berjalan ke meja pantry lain. "Bisakah kau ambilkan dua cangkir untukku?"

Awalnya, Kynan terlihat hanya diam, karena menyadari Queen terasa sedikit aneh pagi ini. Tapi, karena tak ingin memperpanjang masalah, ia pun menuruti apa kata Queen untuk mengambilkan dua cangkir.

"Semalam tidur jam berapa?" tanya Kynan yang lebih memilih untuk memperhatikan Queen sekarang.

"Jam delapan," jawab Queen tanpa menatap Kynan dan hanya tersenyum kecil, sementara fokusnya hanya pada minuman di depannya.

Kynan mengangguk mengerti sembari tersenyum polos. Keadaan tiba-tiba menjadi sunyi selama beberapa saat tanpa alasan. Sebelum akhirnya Kynan angkat bicara lagi dengan berhati-hati. "Tentang dua hari yang lalu... sekarang, aku bisa¾"

"Tadi Anitta memberitahuku untuk datang menemui Tina jam 10," sela Queen dengan cepat sembari menoleh menatap Kynan dan tersenyum kecil.

Satu alis Kynan terangkat sedih merasa terkejut sekaligus aneh saat Queen menyelanya dengan tenang seperti itu. "O-oh, ya? Kalau begitu... aku akan mengantarkanmu," ujarnya berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

"Padahal kau tidak perlu mengantarku, aku takut aku mengganggu kesibukanmu," sahut Queen sembari menoleh dan menikmati teh panasnya dengan tatapan ke depan.

"Tentu saja tidak," ujar Kynan terkekeh geli. "Lagipula, nanti sore juga aku ke luar kota sebentar karena ada jadwal. Jadi, biar aku bersamamu selama beberapa jam dulu saja."

Mendengar kalau Kynan akan pergi lagi, entah kenapa itu menjadi hal yang sedikit ganjal untuk Queen dengar. Rasanya ia masih tidak rela, tapi di lain sisi, ia mencoba untuk tetap seperti biasanya saat dulu sebelum bertemu Kynan.

"Kalau begitu, aku akan siap-siap sekarang," ujar Kynan dengan senang dan berjalan masuk kembali ke kamarnya.

Sementara itu, Queen hanya menghela napas panjang di tempatnya. Ia memejamkan kedua matanya berusaha untuk menenangkan sekaligus menguatkan dirinya sendiri.

"Queen, kau bisa melalui ini! Kau bisa!"

***

Hwah.

Rasanya Queen ingin menghirup udara di agensinya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan bak menikmati udara pergunungan. Sudah cukup lama ia tak ke agensinya sendiri dan entah kenapa itu membuatnya rindu. Apalagi ruangan Tina sekarang. Sudah lama juga ia tak masuk ke ruangan ini.

Partner for Life - HBS #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang