30. What Should I Do?

32 4 0
                                    

Queen mengerutkan dahinya bersamaan dengan kedua matanya yang perlahan terbuka. Ia membalikkan badannya menghadap ke langit-langit kamarnya. Pandangannya mengitari satu ruangannya yang ternyata adalah tempat tidurnya dan hari sudah petang.

Sudah di kamar rupanya. Batin Queen bersuara.

Tak lama kemudian, pintu kamar Queen terbuka. Queen menoleh kecil dan ternyata Anitta yang masuk.

"Syukurlah kau sudah bangun," ujar Anitta mendekati Queen sembari membawa nampan berisi makanan sayuran sekaligus air mineral. Kemudian, ia membantu Queen yang hendak bangun dan bersandar pada kepala ranjangnya.

"Siapa yang membawaku kesini?" tanya Queen dengan suara yang masih lemah.

"Ansell, asisten pribadi Kynan," jawab Anitta. "Aku menelepon Kynan dan dia mengirim Ansell."

"Oh." Queen tertunduk kecil. "Apa Mama tahu tentang hal ini?" tanyanya dengan lirih tanpa menatap Anitta.

"Tanpa aku beritahu, sudah pasti Mama mengetahuinya terlebih dahulu," sahut Anitta dengan mantap.

Queen tersenyum kecil. "Kau benar juga."

Jujur, dalam hati Queen sempat berharap ibunya meneleponnya. Tapi, Anitta tak bercerita tentang itu. Jadi, sudah pasti ibunya tak menelepon.

"Oh, iya. Tadi aku dapat telepon dari hotel yang ada di Munich tentang ponselmu yang ketinggalan. Katanya mereka akan mengirimnya kemari," ujar Anitta menatap Queen dengan lembut.

Queen menghela napasnya sedikit kasar. "Jangan bahas ponsel itu lagi."

"Kenapa?" Dahi Anitta berkerut tak mengerti.

"Kynan sudah tahu." Queen mendongak perlahan menatap Anitta, sementara Anitta masih diam tak mengerti. "Dia tahu kalau dari awal bukan aku yang menjawab pesan-pesannya."

Dua mata Anitta sedikit terbelalak lebar. "Bagaimana bisa?"

"Aku juga tidak tahu." Queen menggeleng sembari tertunduk lemas.

"Tapi... sekarang sudah berbeda, bukan? Dulu memang bukan kau, tapi kau sudah menyimpan ponsel itu beberapa hari denganmu," ujar Anitta.

"Tapi, terlambat," sahut Queen lirih. "Tadi pagi kami berselisih paham tentang itu. Dia terlihat sangat kecewa setelah tahu aku membohonginya. Setelah itu ia pergi dan aku kembali ke ruanganku. Kemudian, hal mengerikan itu terjadi. Tiba-tiba ada laki-laki asing masuk—"

Perkataan Queen langsung terpotong saat Anitta langsung memeluknya dengan erat. Anitta mengusap punggung Queen dengan penuh sayang, membuat Queen tersenyum terharu dan berkaca-kaca.

"Mari jangan bicarakan hal mengerikan itu lagi," ujar Anitta.

Queen tersenyum dengan air mata yang mulai menetes. "Terima kasih, Anitta."

"Don't mention it," sahut Anitta. "We're friends after all."

***

Jam dinding di kamar Queen sudah menunjukkan pukul 12 malam. Anitta sudah tertidur di kamar tamu. Sementara Queen terlihat beranjak dari kamarnya setelah sedari tadi hanya beristirahat. Ia berjalan menuju meja tulisnya dan mengambil buku diarynya dari tasnya.

Queen membuka buku diarynya perlahan. Selama beberapa saat, ia hanya terdiam dengan wajah tertekuk dan pandangan yang sulit dideskripsikan. Perlahan, ia pun menggerakkan alat tulisnya untuk menulis di buku diarynya.


Dear diary,

Hari ini aku berselisih paham dengan Kynan. Tapi, aku rasa itu adalah kesalahanku dari awal.

Aku tidak pernah menyimpan nomor laki-laki selain Papa dan Morgan. Tapi, Kynan... dia terus saja mendekatiku. Aku tidak suka itu. Dia membuatku bingung dan aku tidak tahu harus bagaimana.

Apa aku harus membalas kebaikannya? Apa aku harus membalas pesan-pesannya? Tapi, pada akhirnya aku membuat Anitta untuk melakukannya untukku.

Aku tahu itu salah. Aku tahu aku sudah berbohong dengan alasan aku yang takut.

Dan ketakutanku terwujud hari ini. Hatiku merasa perih tanpa alasan yang jelas saat Kynan terlihat kecewa padaku tadi pagi. Aku tidak tahu kenapa, tapi satu yang jelas mungkin ini karena aku mulai memperhatikannya?

Aku tidak tahu, tapi seharian ini aku memikirkannya terus. Bahkan, saat aku diculik hari ini pun aku meneriakkan namanya dari hatiku. Aku memintanya untuk datang. Berharap dia menolongku, seperti pangeran berkuda putih atau semacamnya.

Aku bertanya-tanya padaku hari ini. Apa aku sudah jatuh hati pada Kynan? Apa aku sudah mulai menaruh perasaan pada Kynan? Lalu, kalau sudah begitu, apa yang harus kulakukan?

***

Keesokan harinya, Ansell terlihat menyetir mobil bersama Kynan di sampingnya. Pagi ini, mereka akan mengantar orang tuanya ke bandara untuk kembali ke Sydney setelah dua hari kemarin berada di sini.

"Sangat disayangkan Queen tidak bisa ikut hari ini," ujar Alice yang terang-terangan memperlihatkan kesedihannya saat mereka baru saja tiba di bandara.

Kynan yang mendengarnya hanya diam. Ia masih ingat tadi saat Alice yang menanyakan dimana Queen dan kenapa Queen tak ikut mengantarnya pulang. Tapi, Kynan hanya menjawab kalau Queen sedang istirahat di apartemennya. Ia sendiri juga memilih untuk tak menceritakan kejadian penculikan Queen kemarin, supaya Alice tidak heboh mendengarnya.

Kini, Kynan tengah berjalan masuk ke bandara bersama kedua orang tua dan tiga bodyguard lainnya. Jam di bandara sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Tiga puluh menit lagi pesawat mereka berangkat.

"Beri kabar padaku kalau kalian sudah sampai di Sydney," ujar Kynan pada kedua orang tuanya.

"Rajinlah berkarir disini. Ini adalah pekerjaan pertamamu, jangan berbuat yang tidak senonoh." Trevor memberikan nasehat.

Kynan tersenyum lebar sembari mengangguk. "Tentu."

"Jangan lupa selalu makan sayur setiap hari. Jangan makan makanan berminyak terlalu banyak. Mengerti?" ujar Alice yang justru terdengar seperti perintah sekaligus ancaman.

Kynan dan Trevor sama-sama terkekeh geli. "Itu bisa diatur."

"Oh, ya. Jangan lupa berkunjung ke rumah. Tapi, jangan sendiri! Bawa Queen juga!" seru Alice memberikan perintah.

Kynan justru terdiam. Ia hanya bisa tersenyum sembari mengangguk.

"Tapi, kau harus selalu ingat ini, Kynan. Kau adalah orang Australia. Pekerjaanmu adalah tanggung jawabmu disini. Tapi, itu bukan berarti kau dapat melupakan rumahmu. Kau paham maksudku, kan?"

Kynan tersenyum penuh arti pada Trevor. "Tentu aku akan selalu mengingatnya."

"Jaga kesehatanmu disini. Jangan pernah mengabaikan panggilan telepon dari kami. Kalau kau butuh bantuan, ada Ansell di sisimu. Mengerti?"

"Iya," sahut Kynan sambil tersenyum gemas.

"Kami pergi dulu," pamit Trevor sambil memeluk Kynan dan Kynan membalasnya dengan gentle. Begitu pula dengan Alice.

Kemudian, Trevor dan Alice mulai masuk ke lobi sembari sesekali melambaikan tangan mereka pada Kynan. Setelah Trevor dan Alice sudah tidak tampak dari pandangan Kynan, barulah Kynan dan Ansell kembali menuju mobil mereka.

"Anitta memberi kabar kalau hari ini Nona Queen masih sakit di apartemennya. Apa kau akan menemuinya?" tanya Ansell sebelum ia menjalankan mobilnya.

Jujur, Kynan sempat terkejut saat mendengar kabar kalau Queen sakit. Tentu saja ia sangat ingin menemui Queen. Ia ingin berada di dekatnya dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Hanya saja...

"Tidak. Lain kali saja."
——————————————————————————
Tbc.
Thursday, 30 November 2023

Partner for Life - HBS #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang