51. Best of You

22 3 0
                                    

Hari berganti dengan cepat. Tapi, tidak ada yang berbeda bagi Queen. Ia masih berada di tempatnya yang sama sore ini seperti kemarin siang saat Kynan berangkat ke Paris. Di dalam kamar yang sama seperti kemarin, ia masih berbaring di atas ranjang dengan tatapan kosongnya ke langit-langit kamar.

Berdiam diri seperti ini rasanya sangat damai untuknya. Ia sendiri juga tidak memiliki hasrat untuk melakukan apapun. Bahkan, pesan dan telepon dari Kynan pun tidak ia lihat. Ia takut tanpa alasan yang jelas.

Di tengah keheningannya kini, teleponnya berdering lagi. Tapi, bukan dari Kynan, karena ia menggunakan nada dering khusus untuk Kynan. Ini orang lain yang menelepon.

Walaupun malas untuk melihatnya, Queen pun tetap menoleh melihat layar ponselnya yang ternyata tertulis 'dr. Irmina'. Awalnya, ia hanya mendiamkannya, karena ia tidak tahu harus menjawabnya atau tidak. Tapi, dua detik sebelum nada deringnya berhenti, ia pun mengangkatnya.

"Halo," sapa Queen lirih.

Selama beberapa detik, tidak ada sahutan dari dr. Irmina. Hingga tak lama kemudian, ia berseru, "Bagaimana kabarmu?"

Queen hanya terdiam. Tatapannya kosong, walaupun pikirannya masih berjalan.

Menyadari Queen yang hanya terdiam, dr. Irmina bertanya, "Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Bagaimana kalau kita bertemu?"

"Kenapa?" Akhirnya Queen bersuara, walaupun hanya lirih.

Terdengar kekehan kecil dr. Irmina. "Jangan khawatir, Paula. Aku datang bukan sebagai psikologmu, tapi sebagai teman baikmu."

Entah kenapa Queen merasa lega mendengarnya. Bukannya ia takut dengan psikolog, tapi ia rasa bukan psikolog yang ia butuhkan sekarang. Tapi teman. Jadi, ia rasa tidak ada salahnya dr. Irmina datang sekarang.

***

Di penthouse Kynan yang terasa sangat sepi, Queen baru saja selesai mandi setelah dari kemarin ia tidak membersihkan dirinya. Kini, ia duduk di depan meja riasnya sedang mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk. Tapi, tiba-tiba saja ia berhenti dan menatap pantulan dirinya di cermin.

Queen mendekatkan wajahnya ke cermin. Ia melihat wajahnya dengan teliti dan mendapati ada dua lingkaran hitam di bawah kedua matanya.

Sekilas memang tidak terlalu kelihatan. Tapi, kalau dilihat dari dekat, siapapun pasti bisa mengetahuinya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ada lingkaran hitam di bawah matanya dan kali ini ia mendapatkannya lagi setelah semalaman ia tidak tidur dengan baik.

Queen berusaha mengabaikannya. Namun, ia juga tak berusaha untuk menutupi lingkaran hitamnya. Ia hanya memberikan lotion dan bedak tipis pada wajahnya supaya tampak lebih segar.

Tak lama kemudian, pintu bel pintu penthouse berbunyi. Sudah pasti itu adalah dr. Irmina. Jadi, Queen langsung beranjak berjalan keluar menuju ruang depan untuk membuka pintunya.

Sesaat setelah pintu terbuka, langsung terlihat dr. Irmina yang menyambut Queen sembari tersenyum lebar. Bahkan, ia langsung berhambur memeluk Queen, karena merasa rindu setelah sekian lama tak bertemu.

"Duduklah dulu, biar kubuatkan minuman," ujar Queen sembari berjalan ke dapur dan dr. Irmina duduk di sofa ruang tengah.

"Setelah sekian lama, aku benar-benar terkejut saat mendengar kabar kalau kau mengencani seseorang dan sekarang kau sudah tinggal bersamanya?" seru dr. Irmina sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang penthouse.

Queen hanya diam tersenyum kecil sembari menghampiri dr. Irmina dengan membawa dua cangkir teh panas untuk mereka. Kemudian, ia duduk di samping dr. Irmina.

Partner for Life - HBS #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang