3. Her and Him

104 8 0
                                    

Jalanan di Kota Berlin sudah mulai gelap. Banyak lampu-lampu berwarna-warni di kota mulai menyala untuk menghiasi pemandangan malam. Di bangku panjang dekat sungai yang cukup sepi, Queen terlihat duduk dengan napas yang sedikit terengah-tengah.

"Sepertinya orang-orang itu sudah tidak mengejar kita lagi."

Seorang laki-laki mendekati Queen dengan napas yang juga sedikit terengah-engah. Queen hanya menatapnya sekilas dan kemudian kembali menatap ke depan.

"Oh, iya. Maafkan aku karena tadi sudah lancang." Laki-laki itu terkekeh kecil. Kemudian, ia mengulurkan tangan kanannya dengan maksud memperkenalkan diri sembari berkata, "Aku Kynan."

Queen mendongak menatap Kynan, tapi tak membalas uluran tangan Kynan. "Kau laki-laki yang tadi pagi meminta tanda tanganku."

"Kau ingat rupanya." Kynan terkekeh sedikit canggung, terlebih setelah uluran tangannya tidak diterima dan dengan terpaksa, ia menarik tangannya kembali.

Detik berikutnya, Queen beranjak dari kursi dengan maksud untuk pulang. Tapi, tiba-tiba saja ia mengaduh dan tangan kanannya memegang kaki kanannya yang ia rasa sakit. Melihat itu, Kynan dengan sigap langsung berjongkok di depan Queen dan menyentuh kaki kanan Queen.

"Mana yang sakit?" tanya Kynan.

"Tidak perlu, ini—"

"Kau berlari dengan high heels, sudah pasti ada yang luka," sela Kynan dengan cepat. "Lepas sebentar sepatumu," ujarnya lagi sembari menatap Queen lurus-lurus dari bawah.

Queen merasa baru saja diperintah oleh laki-laki asing itu. Tapi, pada akhirnya ia menurut apa kata Kynan dan melepas sepatu kanannya sembari meringis menahan sakit.

Benar saja. Setelah Queen melepas sepatunya, Kynan dapat melihat luka kemerahan di kedua tungkai kaki Queen.

"Tunggu sebentar." Kynan membuka tas kecilnya dan mengambil sebuah salep.

Kali ini ia harus merasa bersyukur karena selalu membawa kotak P3K kecilnya di dalam tas. Kalau ibunya yang tidak pernah menyuruhnya membawanya, mungkin Kynan tidak akan pernah membawanya. Lagipula, ia tidak pernah memakainya, hingga sekarang ia menggunakannya untuk seorang perempuan.

"Apa kau doraemon?" tanya Queen pada Kynan yang tengah mengoleskan salep ke lukanya.

Kynan terkekeh kecil. "Aku Kynan, bukan doraemon."

Kynan mendongak sekilas sembari tersenyum manis yang selama beberapa saat dapat membuat Queen membeku di tempat karena terpesona oleh Kynan yang baru saja tersenyum manis padanya. Namun, cepat-cepat ia mengalihkan pikirannya.

"Kau boleh membawa salep ini," ujar Kynan sembari menyerahkan salepnya setelah selesai mengobati luka Queen.

"Tidak perlu. Aku bisa membelinya sendiri," tolak Queen dengan cepat.

Kynan mengangguk dan memasukkan kembali salepnya. "Sebaiknya jangan pakai sepatu itu dulu. Kakimu masih perlu waktu untuk sembuh," ujarnya memberikan nasehat. Sementara Queen hanya diam.

"Queen!" Tiba-tiba, terdengar seorang perempuan berteriak memanggil Queen. Itu adalah Anitta yang baru saja turun dari vannya.

"Ini."

Kynan benar-benar tak menyangka tiba-tiba saja Queen memberinya beberapa lembar uang. Ia tak mengerti ini. Bahkan, tanpa mengucapkan apapun lagi, Queen langsung melenggang pergi masuk ke van bersama Anitta.

Sementara itu, Kynan terdiam di tempatnya berdiri sambil menatap mobil van Queen dan beberapa lembar uang dari Queen secara bergantian. Ia tersenyum geli.

"Tidak mengucapkan terima kasih, tapi memberiku uang? Dia pikir aku pengemis?"

***

Partner for Life - HBS #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang