69. Home

37 5 0
                                    

Awan-awan di langit terlihat sangat indah sekarang. Evelyne benar-benar menikmati pemandangan itu dari dalam jet pribadinya dengan suasana hati yang sangat bagus sembari meminum wine favoritnya yang selalu ia minum setiap kali suasana hatinya sedang bagus.

Di tengah-tengah Evelyne yang sekarang sedang bersenandung kecil, teleponnya yang ada di atas meja berdering halus. Kakeknya menelepon kembali. Evelyne mengangkatnya sembari tersenyum lebar.

"Apa kabar, Kakekku yang tercinta!" seru Evelyne dengan ceria.

Terdengar kekehan geli dari seberang telepon. "Jadi, sekarang semuanya di sana sudah selesai?" tanya kakek Evelyne, Abraham.

"Tentu saja sudah. Sekarang tinggal bagaimana mereka bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri," sahut Evelyne dengan santai.

"Aku jadi penasaran," ujar Abraham.

"Apa?"

"Tadinya tidak ada rencana kau akan memberitahu Kynan. Tapi, setelah kau menemui Queen, kau justru meminta Arman memberitahu Kynan hari berikutnya. Apa yang terjadi?" Evelyne terdiam dan tersenyum kecil mendengarnya. "Apa yang kau rasakan saat itu?"

"Entahlah. Aku juga tidak begitu mengerti kenapa aku melakukannya," sahut Evelyne dengan ringan. "Tapi, yang kutahu saat itu hatiku benar-benar sakit melihat kondisi Queen yang buruk. Aku tidak tahan melihatnya. Jadi aku berpikir, yang bisa mengurus hal ini adalah aku seorang, karena aku ikut andil di dalamnya sejak awal."

"Ternyata cucuku seorang malaikat!" seru Abraham tiba-tiba yang terdengar sangat bangga mendengarnya. Sementara Evelyne hanya menggelengkan kepalanya geli.

"Aku penasaran lagi," ujar Abraham lagi.

"Apa?"

"Bagaimana kau bisa dibolehkan bertemu Queen oleh ibunya?" tanya Abraham.

Seketika, Evelyne tersenyum penuh arti. "Tentu saja aku memakai namamu," ujarnya sambil tertawa bangga teringat dengan bagaimana Astryd yang langsung berubah sangat ramah pada Evelyne saat menyebut ia adalah cucu dari Wordsworth.

"Cucu kurang ajar!" seru Abraham kemudian yang membuat Evelyne semakin tertawa geli.

Pasalnya, selama ini Evelyne tidak pernah menggunakan nama Wordsworth, karena itu bisa jadi bahaya. Tapi, kali ini ia menggunakannya, padahal sudah dilarang.

"Jadi, kapan kau pulang kemari?" tanya Abraham.

"Kenapa? Apa kalian merindukanku?" Evelyne menggoda dan dia dapat mendengar Abraham mengumpat detik berikutnya. "Aku sedang dalam perjalanan ke Miami sekarang."

"Bukannya kita sudah sepakat kalau membiarkan Keanu dan istrinya lebih lama terlebih dahulu?" sahut Abraham.

"Memang," sahut Evelyne. "Aku hanya ingin jalan-jalan sebentar di Miami, sekalian memesan penthouse dengan pemandangan laut terbaik."

"Dasar, cucu yang satu ini, kau benar-benar tidak suka pulang ke rumah, ya?!" seru Abraham. "Bahkan, saat ke Sydney saja kau tidak pulang ke rumah."

Evelyne terkekeh geli. "Kek, kau sudah tahu, jangan bersikap seperti anak kecil seperti itu," ejeknya dan lagi-lagi Abraham mengumpat.

"Sampai jumpa, Kakek Tua! Aku mau liburan dulu!" seru Evelyne lagi yang kemudian langsung menutup teleponnya setelah mendengar kakeknya mengumpat lagi.

Phew. Sampai jumpa musim dingin di Berlin. Evelyne benar-benar tidak sabar dapat menikmati musim semi di Miami.

***

Toodyay, Western Australia.

"Dua tahun yang lalu, dimana kondisi mental Queen mulai menjadi tidak stabil. Saat itu ia datang dengan tenang, tapi setelah didiagnosis, ia sangat mudah merasa cemas dan itu bisa memicunya mengalami depresi. Awalnya, dia masih mengabaikannya dan keras kepala padaku. Sampai dia benar-benar mengalami masa-masa berat karena depresinya."

Partner for Life - HBS #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang