Embusan napas kasar tersulut cepat bersamaan dengan langkah tungkai kaki yang sama buru-burunya. Pria yang mengenakan jas putih dengan stetoskop menggantung di leher itu tampak gusar. Padahal masih pagi namun ia sudah sesibuk ini, apalagi sejak ada seorang pasien aneh yang menjadi tanggungjawabnya masuk dua hari yang lalu.
Seseorang yang menghebohkan seluruh kota bahkan hampir seluruh negeri karena ditemukan tak sadarkan diri di tengah-tengah sungai Han. Banyak spekulasi dalam pikiran Jeonghan tentang alasan mengapa pria itu bisa sampai berada di sana, entah mau mengakhiri nyawa atau apa namun yang jelas sampai sekarang pihak kepolisian belum bisa mengidentifikasi identitasnya.
Karena itu, sejak mendapatkan kabar kalau pria itu sudah sadar Jeonghan segera bergerak menuju kamar pria itu. Tepat setelah pintu dibuka Jeonghan segera menaikkan stetoskop pada kedua telinganya sembari bicara, "tunggu sebentar tuan, mohon berbaring saja dulu" pada pria yang tampak kebingungan itu.
Untungnya orang itu menuruti saja apa yang Jeonghan katakan sehingga pemeriksaan berlangsung cepat. Begitu dirasa keadaan sudah lebih baik, Jeonghan melepas stetoskopnya dan berlanjut menuliskan keadaan pria itu.
"Bagaimana perasaanmu sekarang? Kau merasa sakit pada tubuhmu?" tanya Jeonghan lagi, ia mengecek tabung infus yang sudah habis setengah.
Pria itu tampak meringis, mengusap bagian perut kirinya. Melihat ekspresinya, Jeonghan tahu jika pria itu merasa kesakitan sekarang. Bagaimana tidak? saat dibawa ke rumah sakit keadaannya sudah tidak sadarkan diri dengan luka lebam di sekujur badan serta robek di beberapa bagian. Termasuk luka tusukan yang lumayan dalam pada pinggang kiri, beruntung sekali pria ini bisa selamat dengan keadaan seperti itu.
"Iya," ucapnya pelan, matanya terbuka pelan sembari memperhatikan sekitar yang tampak asing, "ini... di mana?"
"Kau di rumah sakit tuan."
Mendengar perkataan Jeonghan, pria itu tampak bingung lalu berusaha bangun. Jeonghan mencegahnya apalagi ketika melihat raut wajah menahan sakit yang pria itu tunjukkan.
"Lukamu belum kering," tutur Jeonghan lagi lalu membantu pria itu dengan menaikkan posisi brankar agar lebih tinggi, "berbaring saja lagi."
"Rumah sakit?" Lagi-lagi pria itu tampak bingung lalu menatap sekitarnya yang tampak asing, "di mana barang-barangku? Akh, di mana kapalku."
Kepala Jeonghan miring, ia bingung dengan celotehan pria itu. Polisi yang membawanya kemari tidak bicara apa-apa soal barang-barang pria ini karena mereka hanya menemukannya seorang diri saja dengan pakaian compang-camping.
"Mungkin polisi yang memegang barang-barangmu tuan. Untuk kapalmu aku juga tidak tahu."
"Polisi? Siapa polisi?"
"Hah?" Kini Jeonghan berspekulasi orang ini masih dalam pengaruh obat bius, karena itu cara bicaranya aneh, "mereka yang membawamu kemari, kau tidak ingat?"
Pria itu memegangi kepalanya yang terasa nyeri, ingatan terakhirnya hanya pada perkelahian di samudra luas dengan dirinya yang terlempar dari kapal setelah duel dengan lawan yang hendak merebut peta dan harta yang sudah ia dan awak kapal miliki. Setelah itu ia tak tahu apa lagi yang terjadi, ia bahkan bingung mengapa ia sampai di tempat asing yang sangat berbeda dengan tempat asalnya dulu.
Pria itu menggeleng, "ini di mana?"
Pertanyaan itu lagi, "kau di rumah sakit tuan."
"Bukan, maksudku apa nama negeri ini? Seberapa jauh dari Auqamor?"
Lagi-lagi Jeonghan dibuat bingung oleh pria itu, istilahnya benar-benar asing bagi Jeonghan. "Kita di Seoul tuan, untuk seberapa jauh dari Aqumor aku juga kurang tahu karena aku belum pernah dengar tentang tempat bernama Aquamor. Apakah Aquamor itu nama salah satu tempat di Korea? Atau di negara lain?"
Pria itu menggeleng, ia juga bingung dengan jawaban Jeonghan, "tidak, Aquamor itu tempat asalku. Itu letaknya di negara Cadassi."
Mendengar celotehan pria itu yang semakin tidak masuk asal, Jeonghan menuliskan diagnosa baru pada buku catatannya, "kau bisa beristirahat dulu, aku akan kemari lagi nanti. Oh iya, untuk keperluan administrasi kami perlu tau namamu. Siapa namamu?"
Pria itu bergeming, dia diam dalam waktu lama dengan raut wajah bingung. Aneh sekali, dia bisa mengingat hampir seluruh hal yang terjadi pada dirinya bahkan soal masa lalunya tetapi ia tidak bisa mengingat siapa namanya sendiri.
"Aku tidak tahu."
Setelah pria itu bicara dan Jeonghan menuliskan diagnosa akhir, Jeonghan pamit untuk keluar dari ruangan dan mempersilahkan pria itu untuk beristirahat terlebih dahulu. Bersamaan dengan Jeonghan yang keluar dari ruangan, ia langsung berhadapan dengan Soonyoung yang berdiri tepat di depan ruang inap bahkan hampir mengetuk pintu.
Jeonghan bergeser ke samping karena wajahnya berhadapan dengan tepat kepalan tangan Soonyoung, orang itu membungkuk untuk meminta maaf atas perilakunya.
"Selamat pagi Dokter Jeonghan, saya adalah Kwon Soonyoung polisi yang bertanggungjawab atas kasus pria yang hanyut di sungai Han tempo hari," ujar Soonyoung sembari menunjukkan kartu identitas dan surat tugasnya, ia tersenyum hingga matanya hanya tampak segaris. "Saya dengar pasien sudah sadar, jadi di sini saya akan mengindentifikasi lebih lanjut karena sampai sekarang pihak kepolisian belum berhasil menemukan identitasnya."
Jeonghan menghela napas, ia mengeluarkan catatan dari dalam saku, "tepat sekali polisi ada di sini. Saya juga ingin menyampaikan beberapa hal tentang kondisi pasien, menurut diagnosa pasien masih dalam pengaruh obat bius jadi belum bisa bicara dengan logis sehingga untuk sekarang pasien belum bisa ditemui untuk identifikasi lebih lanjut."
Soonyoung paham dengan apa yang Jeonghan jelaskan, ia kemudian membungkuk lagi, "terimakasih atas bantuannya Dokter. Tolong beritahu saya jika keadaan pasien sudah memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan."
"Ya, saya pasti akan memberi kabar terbaru pasien secara berkala. Oh iya pasien bertanya soal barang-barangnya, apakah polisi menemukan barang pria itu?"
Soonyoung menggeleng, "kami hanya menemukan dia saja. Setelah hari itu tim kami bahkan menyusuri sungai dan tidak menemukan apapun lagi. Apa saja yang pasien tanyakan pada dokter?"
"Baiklah, terimakasih. Dia bicara soal di mana barang-barang bahkan kapalnya, dia juga bicara soal daerah asalnya yang asing menurutku. Dia bilang dia berasal dari suatu negeri bernama Cadassi? Lalu ketika aku menanyakan namanya ia tidak tahu. Karena itu diagnosaku dia masih belum benar-benar sadar."
Ekspresi Soonyoung sama seperti ekspresi Jeonghan saat mendengar penuturan pria aneh tadi, dia juga bingung.
Brakk
Suara hentakan di dalam ruang rawat membuat dua orang itu terkejut, Jeonghan segera membuka pintu lalu masuk diikuti oleh Soonyoung yang bersiap dalam posisi kuda-kuda. Betapa terkejutnya mereka berdua saat melihat gorden jendela kamar terbakar dengan laci yang berada di bawahnya sudah hancur pada bagian atas.
Pria tadi masih berada di atas brankar dengan posisi kesakitan. Jeonghan segera menolong pria itu sementara Soonyoung berusaha mematikan api yang semakin besar.
"A-apa yang terjadi tuan? Kau baik-baik saja?" tanya Jeonghan panik.
"Ke-kekuatanku melemah," ujarnya sembari mengepalkan tangan kanan.
Jeonghan dan Soonyoung saling pandang dalam kebingungan. Sesaat sebelum keduanya berjalan mendekat terdapat bola cahaya berwarna ungu keluar dari kepalan tangan pria itu dan terbang cepat ke arah Jeonghan dan Soonyoung. Beruntung Soonyoung memiliki refleks cepat sehingga menubruk Jeonghan hingga keduanya tiarap di lantai kamar.
Suara gaduh itu mengundang orang lain untuk datang. Pelan-pelan Soonyoung dan Jeonghan menoleh ke belakang untuk melihat efek yang timbul dari bola cahaya tadi, bulu kuduk mereka berdiri begitu melihat langit-langit kamar yang terbakar dan retakan besar timbul di dinding kamar.
Lantas keduanya menatap satu sama lain. Jeonghan bergidik, bagaimana kalau apa yang pria itu katakan benar adanya. Sementar itu Soonyoung bergerak cepat memanggil unit kepolisian lain untuk mengamankan rumah sakit lalu membantu Jeonghan bangkit untuk keluar dulu dari ruang inap itu dan menjauhi pasien.
Keduanya syok bukan main. Bagaimana bisa ada bola cahaya yang keluar dari tubuh seseorang seperti itu. Apa yang sebenarnya terjadi di sini. Identifikasi pria misterius ini harus dilakukan secepat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai
Fanfiction"Bahkan jika seluruh dunia berakhir malam ini. Aku ingin kita memutar kembali waktunya sekarang!" Start: 29 Januari 2024 190224 #1 in "ekspedisi" 110724 #1 in "myungho" 240724 #1 in "air" 011124 #1 in "joshua"