38. Mati

140 19 0
                                    

Badan kapal terus ditubruk sampai-sampai seluruh penumpangnya terombang-ambing menabrak permukaan kapal dengan keras. Keadaannya benar-benar kacau. Seungcheol harus mengeluarkan kekuatannya secepat mungkin, mereka tidak akan bisa bertahan lama jika terus seperti ini.

Setelah satu hantaman lagi kapal mereka terlepas dari cengkraman kraken, kapalnya terlempar lalu terbawa arus bawah laut yang tinggi membuat mereka terus turun menuju dasar.

Wonwoo berusaha berdiri, meraih tuas kemudi untuk menyeimbangkan kapal.

Menyadari posisi mereka yang akan menubruk bebatuan karang Jihoon kembali memberi peringatan pada anggota lain untuk bersiap-siap dengan segala resiko yang akan terjadi. Sepersekian detik sebelum kapal menghantam karang Seungcheol berhasil memulihkan kekuatan dan menciptakan perisai besar yang melindungi seluruh permukaan kapal sehingga efek yang terjadi ketika mereka menabrak dasar laut tidaklah separah apa yang Jihoon prediksi.

Tetapi, kapal masih belum bisa dikawal sepenuhnya. Chan terduduk, meringis dengan mengusap pelipisnya yang terhantuk meja kendali.

Wonwoo memegangi tuas baling-baling dengan kuat, ia lalu menekan tombol lampu. Ia panik lagi karena sonar kapal memperlihatkan ada banyak titik merah yang bergerak ke arah mereka.

"Seung–"

"Kita harus kabur."

Belum lagi Wonwoo selesai bicara, Seungcheol telah masuk dalam ruang kemudi untuk mengambil alih. Sirine tanda bahaya membuatnya mau tak mau harus bertindak cepat. Pria itu memejamkan matanya erat-erat sebelum mengerang untuk menyalurkan energi dari dirinya sendiri pada seluruh badan kapal.

Perlahan kapal mulai bergerak. Dari waktu ke waktu semakin cepat, seluruh lampu dan tombol yang ada menyala kedap-kedip karena sumber daya yang tidak stabil. Karena itu pula rasanya pergerakan mereka terkesan sangat sembrono. Tak masalah, lagi pun tujuan mereka adalah melarikan diri.

"Kerangka kapalnya tidak bisa menahan tekanan air," Soonyoung meringis, rasanya ia sudah tidak sanggup berusaha menahan badan kapal agar tetap utuh di posisinya.

Sementara itu Joshua yang berada tak jauh darinya berupaya meminimkan tekanan air yang ada agar mereka bisa bergerak lebih cepat. Itu adalah hal yang sulit karena ada banyak sekali air di sekitar mereka.

"Tahan Soonyoung," ucap Joshua.

Anggota lain membantu sebisa mereka, Jihoon memprediksi arah ke mana mereka pergi, yang lain mengamankan satu sama lain kalau sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan.

Lampu sorot bagian depan kapal pecah diiringi dengan rusaknya bagian baling-baling yang membuat pergerakan mereka seketika melambat. Beberapa tombol pun tidak bisa berfungsi dengan baik.

Melihat titik merah yang semakin dekat dengan badan kapal Seungcheol mengerang, mengerahkan kekuatan lebih besar agar kapal bisa bergerak menjauh. Namun, sama sekali tidak terjadi perubahan. Ia sudah mengeluarkan banyak kekuatannya.

Kapal kembali turun menuju dasar. Titik merah yang tampak dari sonar adalah sinyal dari kraken dan belasan paus pembunuh yang mengejar mereka.

Menyadari tak ada harapan lain, Seungcheol langsung merangkul Wonwoo dan Chan. Mungkin, di sisa tenaganya akan ada perisai yang melindungi mereka semua nantinya.

Begitu monster kraken hendak menyerang kapal, serangannya dihalau oleh paus yang menubruk monster itu dari arah samping. Kemudian dari arah berlawanan ada penyerangan juga yang dilakukan oleh paus pada kraken yang semakin mengganas.

Sadar kalau paus itu tampaknya tidak menjadikan mereka sebagai target, Jihoon lalu bergerak menuju ruang kendali dan berkata, "bawa kapal ini menjauh."

Seungcheol melepaskan rangkulannya, ia menatap dua orang itu, "pergilah masuk ke dalam geladak, kalian akan aman."

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang