44. Hidup dan Mati

136 18 0
                                    

Mereka yang dibekukan oleh monster tidak merasakan kematian langsung. Secara harfiah, mereka akan lebih dahulu melewati fase kritis panjang sebelum dihadapkan pada keputusan masih ingin hidup atau menyerahkan nyawa saat ini juga.

Karena itu, halusinasi selama berada di dalam tahap pembekuan berisi peristiwa yang membuat seseorang akan memutuskan apakah mau hidup atau mati. Peristiwanya terus berulang sampai tanpa sadar seluruh darah dalam tubuh mereka membeku. Pada akhirnya akan mati juga.

Menarik napas panjang, Seungcheol berteriak begitu netranya berhasil terbuka. Ia duduk, mengusap wajah dan memperhatikan suasana sekitar. Jeonghan ada di dekatnya, baru saja menyembuhkan.

"Apa yang terjadi?" tanya Seungcheol panik, pikirannya berkecamuk, rasanya ada banyak sekali peristiwa yang telah ia lewati selama tak sadar.

"Panjang ceritanya," balas Jeonghan, ia berbalik menghadap ke arah Dokyeom lalu menyentuh tangan pria itu, "nanti kuceritakan."

Bekas kehitaman terus melebar di tubuh Jeonghan, malahan sekarang sudah sampai di leher dari yang sebelumnya menutupi seluruh area wajah.

"Di mana yang lain?" tanya Seungcheol lagi.

Sang kapten langsung berdiri, mencari keberadaan rekannya yang sama sekali tidak tampak di area kapal. Ia khawatir.

Jeonghan selesai dengan tugasnya. Dokyeom perlahan membuka mata, mempertanyakan hal yang sama dengan apa yang Seungcheol sebutkan tadi.

Yang ditanyai tak menjawab, Jeonghan malah berjalan pelan menuju bagian sisi kiri kapal, mengambil tameng dan tombak kemudian diserahkannya pada Seungcheol.

"Ayo, kita harus membantu mereka."

Dari perkataan Jeonghan saja Seungcheol sudah tahu kalau yang lain sedang ada dalam bahaya sekarang. Dokyeom yang masih merasa pusing memaksa kesadarannya untuk berada di angka seratus persen. Kalau benar hanya tinggal mereka maka kondisi sekarang sedang genting-gentingnya.

Dengan cepat Seungcheol mengikuti langkah Jeonghan. Mereka sama-sama tidak tahu di mana posisi teman yang lain berada, hanya berbekal insting kemana mereka mengarah.

Tepat.

Tak lama mereka menjumpai Chan berlari ke arah mereka, wajahnya panik dan ketakutan.

"Chan!" Dokyeom yang memanggil.

Pria muda itu terjatuh tepat di hadapan Seungcheol, napasnya menggebu, spontan tangannya berpegang pada tungkai Seungcheol.

"Apa yang terjadi? Kau baik? Di mana yang lain?"

Pertanyaan beruntun dari Seungcheol tak bisa langsung dijawab oleh Chan. Ia harus terlebih dahulu menjernihkan pikiran dari peristiwa nahas yang baru saja terjadi. Padahal mereka sudah optimis bisa menang, namun mereka kalah jumlah sehingga dengan mudahnya Jihoon dan Seungkwan terkena serangan.

Belum sempat menjelaskan, empat orang itu sudah bertemu dengan sosok yang tampaknya menjadi alasan Chan ketakutan.

Dokyeom mendadak mual, ia ingat sekali bertemu dengan benda ini ketika akan mencari jalan pulang menuju kapal. Lalu ia malah dibekukan, mengingat kenangan itu membuatnya nyilu karena memori menakutkan membayangi pikiran selama ia dibekukan.

Sebagai orang yang juga pernah berjumpa dengan si monster, Seungcheol agak gemetar. Apalagi sebelumnya dia sudah kalah. Serangan monster akan membekukan mereka semua.

"Di mana anggota yang lain Chan?" sekali lagi Seungcheol bertanya, mereka bergerak pelan mundur.

"M-mereka sudah dibekukan," balas Chan berbisik, tangannya ditarik oleh Jeonghan untuk mundur teratur seperti mereka.

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang