32. Diving

144 17 1
                                    

Sekarang tiga belas orang itu melongok ke bawah tempat mereka berpijak, tepat pada sebuah genangan air yang ukurannya sekira-kira lima meter dengan dalam yang tidak bisa diukur. Airnya sangat jernih, karena itu bisa dilihat kalau ujung dari telag ini tidaklah dangkal.

Seekor kera yang bertengger di bahu Jun mengarahkan mereka menuju tempat ini, sebuah telaga tersembunyi yang terletak di sebalik perbukitan terjal tak jauh dari gua. Pemimpin kawanan kera tadi berkata kalau ada gua di bawah air yang juga menyimpan kristal syra di dalamnya.

Hanya saja tempatnya cukup sulit dijangkau. Harus menyelam dulu ke dalam telaga yang memiliki tempat unik di dalamnya yang berbatasan langsung dengan air laut yang mengelilingi pulau.

Seungcheol menghela napas, dari kelihatannya perburuan kristal syra ini akan sulit. Telaganya sempit, dan lagi mereka tidak tahu seberapa jauh harus menyelam sampai menemukan gua di bawah sana.

Joshua maju ke depan, mengayunkan kakinya pada permukaan air lalu berbalik.

"Aku akan pergi," ujarnya.

Jeonghan melotot, memang temannya ini suka cari mati.

"Aku bisa bernapas di dalam air," lanjut Joshua sembari melepaskan pakaian bagian atasnya dan mengalungkan tas pada leher.

Dokyeom turut mengajukan diri, ia bahkan sudah memasukkan kedua kakinya pada bagian telaga yang dangkal, "aku juga."

Tidak ada salahnya mencoba dulu, bisa jadi mereka berhasil. Namun, tetap saja perjalanan ini beresiko. Tidak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi kedepannya.

Yang lain menatap satu sama lain dengan perasaan ragu, selain takut mereka juga tidak punya kekuatan mumpuni yang kiranya bisa menyelesaikan misi ini.

Menyelam ke dalam air yang tidak diketahui berapa jauh titik dasarnya adalah suatu hal beresiko yang bisa menjemput nyawa kapan saja.

Jeonghan menerima pakaian Joshua, ia lalu menarik lengan pria itu untuk berkata, "jangan sampai kau sekarat lagi. Aku tidak bisa selalu menyembuhkanmu."

Joshua tersenyum, seakan hal ini mudah baginya. Seperti yang sudah-sudah saja.

"Berhati-hatilah kalian," pesan Soonyoung, ia merinding sendiri melihat ke dalam telaga yang seakan tak memiliki ujung.

Dua orang itu mengangguk serempak. Joshua melompat ke dalam air dan mulai menyelam sementara Dokyeom mengubah dirinya menjadi ikan air tawar yang segera bergerak gesit menyusul Joshua.

Yang lain memperhatikan dua orang itu yang menyelam semakin jauh ke dasar, Jihoon memejamkan matanya untuk mendeteksi ke mana orang itu akan pergi. Anehnya, ia tak bisa melacak seluruh lokasi yang ada di dalam telaga itu. Kira-kira selepas kedalaman dua puluh meter saja lalu rasanya tidak apa-apa lagi.

"Selagi menunggu mereka, kita harus menyusun strategi untuk menyelesaikan misi di pulau keempat."

Perkataan Seungcheol disetujui oleh yang lain. Mereka berkumpul tak jauh dari telaga, sambil memperhatikan kalau-kalau dua orang itu kembali nantinya.

"Sudah pasti ada banyak orang yang mencoba masuk ke pulau itu selain kita," Jihoon berujar  dengan logika saja kalau ada bangkai kapal di sana tentunya ada orang-orang yang telah mencoba masuk. Namun, tidak bisa diketahui akhir dari kisah mereka.

Yang lain mengangguk setuju, beberapa juga bergidik ngeri takut jika nasib mereka akan berakir sama. Tinggal kapalnya saja.

"Apa saja yang kau lihat di sana?"

Pandangan Myungho beralih pada Hansol yang duduk menyandarkan diri pada batu besar, orang itu meregangkan lehernya lalu menegakkan punggung, "bangkai kapal di bagian pulau utara. Ada beberapa ceruk yang cukup dalam di pulau itu, rasanya tanah di pulau itu tidak bisa diinjak karena kelihatannya seperti lumpur lengket yang juga berbau. Yang jelas hawanya sangat-sangat tidak bersahabat."

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang