Tubuh tegap itu terhuyung, jatuh pada bagian geladak kapal sebelum sebuah pedang terlempar hampir menembus badannya yang lengah. Seungcheol tersentak, langsung berguling dan menarik pedang yang tertancap pada lantai kapal seraya berdiri tegap. Memperhatikan apa yang baru saja terjadi di sekitarnya.
Belum lagi sempat berhasil paham dengan apa yang sedang terjadi, hampir saja ia mendapatkan serangan dari seseorang yang menghunuskan pedang tepat di depan wajah. Cepat-cepat Seungcheol menghindar.
Ia jatuh di atas kapal dengan orang yang begitu ramai di sekitarnya, sedang terjadi pertempuran yang cukup sengit di sana. Seungcheol tak mengenal orang-orang ini, beberapa bahkan wajahnya tampak buram sehingga sulit ia kenali. Namun, setelah beberapa saat barulah ia sadar dengan situasi saat ini.
"P-pertempuran itu!" serunya kemudian.
Jelas. Seungcheol ingat sekali saat-saat ini. Tetapi, meski ia sudah kembali ia tetap saja terlambat. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat dua orang awaknya mati di hadapannya lalu dijatuhkan dari atas kapal.
Merasa marah karena untuk kesekian kalinya ia tak berhasil melindungi timnya, Seungcheol memegang erat-erat pedang di tangannya dan bergerak menyerang balik secara membabi buta. Dikerahkan seluruh kekuatan sampai-sampai pedang yang ia pegang juga memiliki kilatan ungu di sekitarnya.
Seungcheol terus bergerak menumbangkan mereka yang bertempur dengan awaknya yang kalah jumlah. Langkahnya semakin mantap begitu melihat sosok tinggi besar yang disinyalir sebagai ketua komplotan musuh.
Tetapi, belum lagi berhasil menyerang ia sudah mendapatkan sebuah tusukan dalam pada perut kiri dari orang itu. Si ketua komplotan musuh begitu orang itu berbalik.
Kejadiannya sama persis. Seungcheol terdiam beberapa saat merasakan rasa perih begitu pedang itu tercabut bahkan sampai tubuhnya dilemparkan dari atas kapal miliknya sendiri.
Seungcheol ingin berteriak, napasnya tercekat, ia hampir mati. Begitu merasakan deru napasnya sudah pendek-pendek bahkan nyaris hilang, ia langsung membuka mata perlahan dan melihat tubuhnya sedang terangkat perlahan naik.
Matanya sayu, bisa ia lihat lumpur hitam di depannya tengah mencoba menggapai dirinya yang terus bergerak naik.
"Cepat! Cepat!"
Itu suara Chan.
Saat Seungcheol jatuh, dengan cepat Dokyeom mengubah dirinya menjadi seekor rajawali besar dan terbang cepat untuk menarik tubuh Seungcheol yang mulai tenggelam dalam lumpur. Bahkan kepalanya sempat terantuk pada batu nisan makam sang bajak laut sampai terdapat luka memar di pelipisnya.
Susah payah Dokyeom membawa Seungcheol dalam cengkraman. Ia menyusul Hansol yang terbang tinggi di atas. Mereka harus segera kembali ke kapal untuk saat ini. Masa bodoh dengan misi yang harus mereka selesaikan. Ada yang lebih genting.
Sampai di kapal anggota lain langsung menyambut tubuh Seungcheol atas perkataan dari Chan kalau sang kapten sedang terluka. Seungcheol langsung di baringkan di atas dek sementara Jeonghan langsung bergerak mengobati.
Bukan hanya luka memar, bahkan tercipta luka goresan yang mengeluarkan darah. Tak peduli dengan pantangan yang sudah disebutkan sebelumnya Jeongjan langsung menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan Seungcheol secara total.
Pria itu berangsur-angsur sadar, ia terduduk dengan napas tersengal. Rasanya tadi itu sangat nyata. Perasaan takutnya sama seperti waktu itu, rasa bersalah menyelimuti dirinya.
"Apa yang terjadi?" tanya Soonyoung heboh.
"Orang-orang jahat itu," jawab Hansol mulai menjelaskan,"mereka datang, menyerang Seungcheol dan merebut barang yang sudah susah payah kami ambil."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai
Fanfiction"Bahkan jika seluruh dunia berakhir malam ini. Aku ingin kita memutar kembali waktunya sekarang!" Start: 29 Januari 2024 190224 #1 in "ekspedisi" 110724 #1 in "myungho" 240724 #1 in "air" 011124 #1 in "joshua"