06. Pencuri

235 30 0
                                    

Kepulan asap dari cangkir kopi hitam masih membumbung ketika pria dengan rambut mullet itu menyesap rasa dan meletakkan kembali cangkirnya ke atas meja. Ia baru selesai dengan pekerjaannya di sekolah, jam kerja yang cukup padat. Ia tak langsung pulang karena harus menunggu rekannya yang masih tertahan di gedung sekolah untuk menyelesaikan beberapa hal.

Tak masalah untuk menunggu baginya, ia bisa menikmati sedikit camilan sembari memandangi barang unik yang ia temukan beberapa hari lalu. Ukuran panjang dan lebarnya kira-kira sepanjang bahu hingga siku dengan bahan yang terbuat dari kain seperti jerami, yang menjadikan barang ini unik adalah pola-pola abstrak yang tertulis di atasnya beserta tulisan dengan bahasa yang tidak ia kenali.

Ya, Myungho adalah orang yang menemukan tas di hulu sungai tempo hari. Ia sudah menyerahkan barang itu ke polisi lalu esoknya ia mendapati benda ini tak jauh dari tempat ia menemukan tasnya. Ia sempat berpikir jika benda inilah yang disebut hilang oleh polisi, namun ia enggan untuk mengembalikan benda ini dulu. Setidaknya ia harus tahu benda apa ini sebelum mengembalikannya.

Sebagai orang yang bergelut dalam bidang seni tak dapat dipungkiri ia merasa penasaran dengan hal-hal yang tergambar di sana, ia berusaha mencari tahu apa yang ditunjukkan oleh benda ini.

"Maaf aku terlambat, ada beberapa tugas yang ak–" orang yang baru datang itu tercekat, ia berhenti bergerak lalu melangkah pelan ke arah Myungho untuk melihat apa yang sedang Myungho pandangi, "kau!"

Myungho berlagak bingung sementara orang di depannya tampak panik, "kau! Kau ternyata mengambil peta yang hilang!"

"Peta?" sahut Myungho, ia melihat kembali ke arah barang yang ada di depannya. Ia menggeleng.

Jihoon sibuk, ia mengeluarkan ponselnya hendak melapor pada polisi namun dihalang oleh Myungho.

"Hyung! Apa yang kau lakukan?!" sergak Myungho, ia ikut panik.

Jihoon menggeleng cepat, ia menepis tangan Myungho yang berusaha menghentikan perbuatannya. Tidak bisa dibiarkan seperti ini.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan," kata Myungho lagi, "aku tidak mencurinya."

"Lalu? Saat kita diperiksa hari itu kau bilang tidak mengambil apapun, lantas ini apa?"

"Aku bisa jelaskan."

Jihoon menurunkan ponselnya bertahan, hampir saja ia menekan nomor polisi jika tidak berpikir kalau Myungho adalah temannya sendiri. Ia harus mendengarkan Myungho dulu sebelum bertindak lebih jauh.

Merasa Jihoon sudah tak bertindak gegabah, Myungho menarik napas lega lalu melihat sekeliling. Ia menggulung peta di atas meja, menyimpannya di dalam tas lalu berbisik pada Jihoon, "kita bicarakan ini di tempat lain hyung."

Jihoon mengangguk setuju, kedai yang mereka kunjungi tidaklah ramai namun cukup berbahaya jika ada orang lain yang mendengar percakapan mereka lalu salah paham. Ia mengikuti saja kemana Myungho melangkah hingga mereka tiba di bagian gang yang agak gelap tak jauh dari kedai.

"Jelaskan," tagih Jihoon langsung.

Myungho memberi isyarat agar Jihoon lebih bersabar dan memelankan suara, "aku menemukan peta ini setelah aku menyerahkan tas ke polisi. Kembali dari pemeriksaan hari itu aku langsung pergi ke sungai Han dan menemukannya, aku belum sempat menyerahkannya ke polisi jadi aku tidak mencurinya."

Jihoon mengangguk sebagai tanda jika ia sudah paham, ia tak lagi mencurigai Myungho. Namun kini Myungho yang merasa heran, "bagaimana kau bisa tahu benda yang hilang itu adalah peta?"

"Aku bertemu dengan polisi yang kemarin dalam perjalanan ke sekolah, aku bertanya padanya apakah barangnya sudah ditemukan atau belum dan juga bertanya benda apa yang hilang."

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang