"Kita harus melakukan sesuatu, jika tidak kita akan benar-benar mati terjebak di tengah gurun pasir ini."
Joshua yang bicara.
Hari sudah berganti pagi, jika mereka menunggu lebih lama cuaca panas akan membakar mereka semua di sini. Selain harus berhemat dengan air sebagai bahan konsumsi, mereka juga harus menyisakannya sebagai syarat keluar dari samudra penghadang mortal ini.
Orang-orang itu berkumpul di dalam dek kapal, selebihnya seperti Wonwoo masih sibuk di ruang kendali untuk memperbaiki mesin. Sengcheol entah di mana keberadaannya, sejak pagi tak ada satupun dari mereka yang melihat Seungcheol.
Sementara Soonyoung mengunci diri di dalam salah satu bilik, enggan bertemu anggota lain.
"Kita harus melakukan apa?" tanya Seungkwan balik, "bahkan Seungcheol tidak ada di sini sekarang."
"Dia pergi begitu saja?" Dokyeom berucap gusar, tak habis pikir dengan tindakan Seungcheol yang seenaknya.
Jihoon memegang buku yang berisi gambar mereka, ia melihat sebuah gambar baru di sana.
"Siapa ini yang baru mendapatkan kekuatannya?"
Jihoon menunjukkan isi dalam buku kepada mereka yang ada di sana. Semuanya langsung mencoba menerka, mencocokkan gambar dengan figur salah satu dari mereka. Tampak di sana seorang pria berdiri dengan pemandangan kolam air dan pohon rindang di hadapannya.
Merasa tak asing, Chan berseru, "oh! Itu danau yang kulihat kemarin."
Joshua mengernyit memandangi gambar itu, membenarkan ucapan Chan, "ya, tapi ketika didekati itu bukanlah danau, hanya ilusi saja."
Seseorang menyadari jika itu dirinya menggenggam kedua tangan kuat lalu menyembunyikan tangannya di dalam saku. Ia merasa bodoh karena ternyata kekuatannya malah membawa bahaya untuk yang lain.
"Itu tidak penting sekarang," potong Seungkwan, "kita harus cari cara keluar dari tempat ini."
"Kau mau kita bagaimana?" tanya Joshua kesal, "jalan kaki sampai ke pantai dan menyeret kapal ini? Kau gila?"
Seungkwan tersulut amarah karena cara bicara Joshua, "kenapa kau membentakku, aku bicara baik-baik tadi."
Dua orang itu menatap tajam satu sama lain, bahkan tampak api yang mulai berkobar pada kepalan tangan Seungkwan. Joshua tak mau kalah mengumpulkan air di tangannya hendak memadamkan api Seungkwan.
"Sudahlah kalian ini, jangan memperkeruh keadaan."
Perkataan Jeonghan membuat dua orang itu berhenti bertengkar, namun tetap kesal pada satu sama lain.
"Apa yang Wonwoo bilang soal kapal?"
Jihoon berbalik, menutup buku lalu berjalan mendekati Mingyu.
"Dia sedang mencoba memperbaikinya, tapi dia butuh waktu, ya mungkin agak lama karena ada banyak kerusakan yang terjadi."
"Dia itu tidak becus atau bagaimana," sahut Joshua kesal.
Chan menganga mendengar ucapan Joshua yang sangat blak-blakan. Ia pernah mengemudikan kapal ini, strukturnya begitu kompleks dengan teknologi canggih yang baru kali ini ia lihat langsung. Akan butuh waktu lama dan suku cadang yang bagus untuk memperbaiki fungsi kapal ini seperti sedia kala.
Brakk
Pintu bilik dibuka dengan kasar, Soonyoung berjalan menghampiri mereka.
"Aku punya cara," katanya sambil tersenyum sombong, "kita bisa berjalan mendekati pantai sambil membawa beberapa sekoci. Lalu kita melaut dan kembali ke pulau pertama."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai
Fanfiction"Bahkan jika seluruh dunia berakhir malam ini. Aku ingin kita memutar kembali waktunya sekarang!" Start: 29 Januari 2024 190224 #1 in "ekspedisi" 110724 #1 in "myungho" 240724 #1 in "air" 011124 #1 in "joshua"