56. Insting

116 12 0
                                    

"Jadi rencananya begitu."

Seungcheol baru saja mengunci peti yang mereka jadikan sebagai tempat untuk menyimpan barang yang menjadi syarat. Cerita Joshua soal Jongho yang menemukan satu kelopak bunga hujan bintang membuatnya segera mengecek kembali kelengkapan barang mereka. Untungnya semuanya aman.

Hansol duduk di sebelahnya mendengar Seungcheol yang menceritakan rencana mereka selama menetap di pulau ini. Mereka berlayar bersama-sama, tentu Hansol juga berhak tahu tentang rencana yang mereka bangun demi kelancaran.

"Selama kau di pulau ini, apa kau tahu sesuatu?" Soonyoung bergabung, mengambil duduk di sebelah Hansol.

Orang yang ditanyai menggeleng.
"Aku tidak sadar, baru terbangun beberapa hari yang lalu."

Soonyoung merasa bodoh karena baru sadar akan hal itu, pun setelah sadar Hansol belum bisa pergi kemana-mana dahulu dan sekarang kembali bersama mereka. Informasi apa yang bisa digali kalau keadaannya seperti itu.

"Yang jelas jika kau mendapatkan informasi apapun kau bisa bilang pada anggota lain, kita akan sering berdiskusi untuk membahas ini."

Perkataan Seungcheol setelahnya diangguki oleh Hansol. Tak lama tampak Wonwoo ikut bergabung dengan mereka, pria itu baru kembali ke rumah setelah rinai hujan turun dengan volume yang lebih sedikit. Walaupun begitu pakaiannya tetap basah begitu sampai rumah, Dokyeom mengomel lagi menyuruhnya untuk segera membersihkan diri.

"Seungcheol, ada hal penting yang mau kudiskusikan," ujarnya langsung menghadap ke arah orang yang disebut. Soonyoung mengalihkan pandangan, penasaran.

"Apa?"

Mendapatkan tanggapan,  Wonwoo langsung memulai, "begini, selepas kembali dari gudang aku bertemu dengan tuan Gyuri di balai desa. Kami bicara lumayan banyak yang salah satunya soal penduduk desa yang tidak melaut. Aku sudah cerita kan soal alasannya. Nah tadi aku sempat menawarkan padanya untuk membantu penduduk desa untuk membuat kapal dan juga mengajari mereka berlayar karena nyatanya mereka tidak punya tenaga ahli untuk itu. Bagaimana menurutmu?"

"Membuat kapal?" Soonyoung yang duluan berkomentar, ia agak tidak yakin mereka bisa menyanggupi hal itu. Kapal mereka saja belum kunjung siap apalagi membangun kapal lain.

Seungcheol diam, berpikir serius.

"Itu sulit," balas Hansol.

"Membahas apa ini hyung?"

Chan bergabung, ia duduk di sebelah Soonyoung yang langsung menjawab pertanyaan Chan, mengajaknya berdiskusi.

"Rasanya tidak masalah," kata Chan setelah Soonyoung bercerita ulang, "kita kan mahir berlayar. Aku saja otodidak."

"Ya itu kau," sindir Soonyoung, "membuat kapalnya bagaimana, kita tidak bisa menggunakan kekuatan sesuka hati jadi pengerjaannya akan lama, kita harus fokus dengan misi."

"Tapi kita membuatnya bersama penduduk desa juga, tidak akan selama itu."

"Besok kau ikut kami memperbaiki kapal ya, awas tidak!" Ancam Soonyoung.

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun sebuah kapal?" tanya Seungcheol tiba-tiba.

"Paling cepat sepuluh bulan."

Mata Soonyoung terbelalak, ia hendak menendang Wonwoo sangking kesalnya. Bagaimana mungkin mereka harus tertahan di tempat ini selama itu.

"Tapi rasanya kapal kita itu cepat? Hanya beberapa minggu saja."

Wonwoo melengos, kini gantian ia yang hendak menendang Seungcheol.
"Karena yang mengerjakannya pabrik, punya mesin dan suku cadang bagus, ditambah waktu itu sebagian besar karyawanku kuminta untuk fokus mengerjakan kapalnya saja. Dan lagi kapal kita itu hanya tinggal meneruskan rakitan yang ada jadi waktu membangunnya pun singkat."

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang