46. Takdir

136 19 5
                                    

Berkat kekuatan Joshua pula yang membuat kapal mereka bisa berlabuh seperti sedia kala. Ya meski mereka hanya bisa mengandalkan kekuatan angin untuk bergerak yang penting mereka tidak tenggelam karena kebocoran yang sebelumnya timbul akibat serangan kraken.

Selepas berhasil keluar dari pulau es, semuanya berkumpul di dalam dek kapal. Mengistirahatkan diri sekaligus bercerita dari sudut pandang masing-masing tentang apa yang mereka lalui selama ada di pulau salju.

"Jadi di mana kau menemukan batu itu?"

Jihoon yang bertanya, pandangannya fokus pada Joshua yang menggenggam batu hitam pekat itu di tangannya. Ia lalu berbaring dengan sorot mata menghadap ke arah langit-langit.

"Jauh di kedalaman lautan," jawabnya.

Yang lain merasa apa yang Joshua katakan adalah hal sulit bagi mereka, lain cerita bagi Joshua yang memiliki kekuatan air.

"Bagaimana kekuatanmu bisa sebesar itu?" gantian Seungcheol yang bertanya, sampai sekarang ia masih takjub.

"Takdir."

Jawaban Joshua membuat beberapa orang kesal. Mereka bicara sambil menyumpah pada Joshua, yang dikatai balik menggerutu.

"Hei sudah kubilang panggil aku raja ya!" tukasnya sambil kembali duduk.

Jeonghan sebagai orang yang dekat dengan Joshua menilai perilaku temannya itu aneh. Walaupun sehari-hari sikapnya memang sudah aneh tetapi ini aneh yang berbeda.

"Kita kan berpisah ketika kau akan menghalau serangan monster, lalu mengapa tiba-tiba kau ada di sisi pulau yang lain? Dengan kekuatan pengendali es pula."

Cerita dari Soonyoung membuat anggota lain juga penasaran. Sisi mereka yang susah payah berjuang sudah dituturkan secara gamblang, bahkan sampai pada perasaan serta kenangan menyakitkan selama raga mereka membeku.

"Sudah kubilang itu takdir," balas Joshua lagi, "sebetulnya aku juga dibekukan oleh monster itu. Parahnya aku ditenggelamkan juga sampai ke dasar lautan, dan yang aku lihat bangunan yang hendak mereka bangun itu pondasinya tertanam dari bawah laut. Batu ini jadi salah satu pondasinya."

Joshua memaparkan, ia juga menunjukkan batu dalam genggaman pada anggota lain. Mereka mendengar dengan saksama.

"Bagaimana ceritanya kau bisa tetap sadar? Aku juga dibekukan tetapi kesadaranku langsung hilang saat itu juga," tambah Soonyoung. Pria itu memegangi pelipisnya yang kini terasa pusing.

Bahu Joshua terangkat, "tidak tahu juga. Tapi ketika dibekukan pikiran kalian pasti membayangkan hal-hal mengerikan dan membuat putus asa kan?"

Mereka yang menjadi korban serempak mengangguk. Orang seperti Dokyeom langsung bercerita soal dirinya yang dibawa ke masa lalu, fase ketika dirinya dipecat dari pekerjaan sebelumnya. Dia bilang itu membuatnya sedih.

Jun juga menyahut dengan cerita yang tak kalah memilukan. Soonyoung berdalih, kisah yang ia alami bukanlah cerita menyedihkan melainkan sesuatu yang membuat semangat hidupnya bertambah dua kali lipat.

"Nah," Joshua bereaksi atas cerita Soonyoung, "kalau saja saat itu kau memutuskan untuk hidup lebih lama kurasa kekuatanmu akan bertambah."

Soonyoung melongo, ia baru paham. Ada sedikit rasa penyesalan dalam dirinya. Sebetulnya itu hanya spekulasi Joshua saja, karena selepas niat dalam hati ditanamkan untuk hidup lebih lama langsung ada gelojak dalam diri yang seolah memerintahkan Joshua untuk bisa membebaskan diri. Jadi bisa jadi kekuatannya yang sekarang berasal dari sana.

"Kenapa seluruh monster itu rasanya tunduk padamu?"

Pertanyaan dari Seungcheol membuat Joshua diam. Dia juga tidak tahu soal itu, terkadang ketika ia menggunakan kekuatan pengendali esnya Joshua merasa ada jiwa lain dalam dirinya yang dengan mudah memberikan komando sehingga seluruh mahluk di pulau salju itu bisa diperintah olehnya.

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang