05. Satu Dua Awak

242 34 3
                                    

Usai membeli kapal, Wonwoo mengantarkan kembali Seungcheol ke rumah sakit. Setelah pertimbangan serius akhirnya mereka bisa memiliki kapal tadi. Bahkan pemiliknya memberi cuma-cuma pada mereka, hanya perlu menanggung ongkos pengiriman saja. Rencananya Wonwoo akan membawa kapal itu ke pabrik tempat ia bekerja lalu melalukan beberapa perbaikan. Seingatnya ada bahan material bagus untuk memperbaiki kapal.

"Apa kapal yang tadi mirip dengan kapal lamamu?" tanya Wonwoo ketika mereka naik lift menuju lantai di mana Seungcheol biasanya dirawat.

Seungcheol menggeleng, sama sekali tidak sama hanya saja ia merasa tertarik, "aku cuma merasa kalau itu kapal cocok."

"Apa yang kau berikan sampai kapal itu bisa terbang seperti tadi?"

Seungcheol melirik ke arah tas yang tersampir di bahu, ia menoleh ke arah Wonwoo, "itu adalah serbuk terbang. Jika serbuk itu mengenai sebuah benda padat dia bisa membuat benda itu terbang."

"Manusia bisa?" Wonwoo penasaran.

"Tidak bisa. Ah kalau saja kekuatanku pulih, aku bisa membuat kapalnya terbang tanpa harus mengandalkan serbuk terbang. Jumlahnya tidak banyak." Seungcheol mengeluarkan cerek tadi, mengguncang isinya yang terdengar nyaring.

Wonwoo mengangguk paham, semakin lama mengenal Seungcheol ada banyak hal baru yang ia temukan. Pintu lift terbuka, mereka berdua langsung disuguhi dengan tatapan horor Jeonghan. Ia tampak marah, tatapan menusuknya begitu tajam terutama pada Wonwoo yang membawa pergi pasien tanpa izin darinya.

"Kau ini ya!" Jeonghan menggerutu kesal, tangannya terlipat di depan dada. Ia langsung membawa Seungcheol untuk kembali masuk ke dalam ruangan, Wonwoo mengikuti di belakang mereka.

"Sudah kubilang berapa kali kau tidak boleh membawa pergi pasien tanpa izin dariku," ketus Jeonghan sembari memeriksa keadaan Seungcheol.

Seungcheol bertukar pandang dengan Wonwoo, "jangan marah padanya. Kami hanya keluar sebentar karena aku bosan."

Penjelasan dari Seungcheol sama sekali tidak membuat amarah Jeonghan reda, perbuatan Wonwoo tidak bisa dibenarkan.

"Lagipun setelah keluar dari rumah sakit aku akan ikut dengannya."

Mendengar perkataan selanjutnya dari mulut Seungcheol membuat Jeonghan terkejut. Ia terdiam untuk beberapa saat, ia belum bisa percaya dengan Wonwoo. Wonwoo itu berteman dengan Soonyoung yang sejak awal sibuk ingin memginvestigasi Seungcheol. Padahal sudah ia jelaskan bagaimana keadaan Seungcheol saat ini, tapi masih saja.

Jeonghan hanya khawatir jika apa yang Seungcheol punya akan disalahgunakan oleh orang lain. Apalagi jika lebih banyak orang tau soal kekuatan yang Seungcheol miliki, apa tidak akan menjadi pusat perbincangan.

"Seungcheol, aku pulang dulu, aku harus bekerja setelah ini," ujar Wonwoo usai menerima pesan dari tempatnya bekerja. Ia tak mau memberi tahu Seungcheol dulu jika kapal mereka sudah sampai di pabrik.

Seungcheol mengangguk, "Iya Wonwoo, terimakasih banyak. Sampai jumpa."

Wonwoo keluar dari ruangan dengan cepat. Jeonghan menghela napas sambil menarik kursi dan duduk di dekat brankar Seungcheol. Ia sangat khawatir.

"Kalian darimana?" Tanya Jeonghan langsung.

"Kami membeli kapal," ungkap Seungcheol, raut wajahnya menggambarkan kebahagiaan, "kapalnya tidak terlalu bagus tapi Wonwoo bilang dia akan memperbaikinya."

Bukanlah hal yang buruk sebetulnya. Jeonghan percaya pada apa yang Seungcheol katakan, ia perlu tahu kemana saja pasiennya ini pergi bersama orang asing itu.

"Kau percaya padanya?"

Pertanyaan dari Jeonghan membuat Seungcheol bingung, "apa maksudnya? Tentu aku percaya padanya. Ada yang salah?"

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang